Seminar Membangun Kebun Sawit yang Lestari untuk Industri Pangan, Energi dan Oleokimia Lainnya

(Kamis, 30 Oktober 2008), Institut Pertanian Bogor (IPB) yang didukung oleh Departemen Perindustrian menyelenggarakan seminar dengan mengambil topik “Membangun Kebun Sawit Yang Lestari Untuk Industri Pangan, Energi, dan Oleokimia Lainnya” pada pukul 08.00 – 16.45 WIB di ruang mahoni MB-IPB. Seminar ini merupakan rangkaian dari acara Dies Natalis IPB ke-45 yang bertemakan “Kiprah IPB dalam Membangun Kedaulatan Pangan dan Energi menuju Kemandirian Bangsa”. Seminar ini mengundang Menteri Pertanian RI Anton Apriyantono untuk menyampaikan keynote speech dengan tema “Membangun kebun sawit yang lestari di Indonesia”. Beliau menyampaikan bahwa membangun kebun sawit yang lestari perlu didukung oleh kajian-kajian mendalam tentang kelapa sawit dari para akademisi dan tetap memperhatikan pembangunan kebun sawit yang berkelanjutan. Seminar ini merupakan bentuk kontribusi IPB sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang bergerak di bidang pertanian dalam pengembangan sawit di Indonesia.

Seminar ini dilatarbelakangi dari pengembangan kelapa sawit ke depan, khususnya di Indonesia memiliki tiga orientasi, yaitu pemenuhan kebutuhan minyak makan dalam negeri, ekspor dan pengganti bahan bakar (biodiesel), serta berbagai bahan baku oleokimia lainnya. Namun, peningkatan produksi sawit perlu memerlukan prinsip dan criteria pendirian kebun sawit yang lestari sebagaimana tertuang pada prinsip dan kriteria dalam Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang meliputi dimensi hokum, tanggung jawab lingkungan atau ekologi, tenaga kerja dan sosial, dan komitmen ekonomi jangka panjang, untuk mencapai kondisi lestari dari industri kelapa sawit. Dengan demikian, diharapkan dapat menurunkan persoalan dalam industri perkelapasawitan, mulai dari rendahnya produktivitas kebun, isu konversi hutan, kebakaran lahan, konflik dengan satwa liar dan ketidakadilan tenaga kerja dan masyarakat lokal, serta kampanye anti sawit oleh beberapa LSM sampai penolakan pasar beberapa negara Eropa pada produk CPO Indonesia. Dengan seminar ini diharapkan pengembangan kelapa sawit di Indonesia lebih terarah dan berkelanjutan baik secara ekonomi, teknologi maupun lingkungan.

MB-IPB: International Agribusiness Field Trip 2008

(19-25 Oktober 2008) MB-IPB mengadakan field trip ke luar negeri : Thailand – Hongkong – China dalam rangka kegiatan studi banding (Benchmarking) bagi pengembangan manajemen dan bisnis di Indonesia, khususnya pengembangan MB-IPB ke depan. Tema yang diusung dari kegiatan studi banding ini adalah “International Agribusiness Field Trip 2008” yang diikuti oleh para stakeholder MB-IPB sebanyak 37 orang. Tujuan diadakannya field trip ini terlebih untuk menambah wawasan, pengalaman maupun pengetahuan para stakeholder MB-IPB tentang berbagai aktivitas manajemen maupun bisnis di negara lain, serta mampu dijadikan acuan ke depan bagi perbaikan manajemen dan bisnis di Indonesia, terutama MB-IPB. Kegiatan ini diikuti antara lain Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said (Senior Advisor MB-IPB), Ir. Tri Joko Prihanto (Direktur Bank Bukopin), dan Aviliani, SE., MSi (Komisaris Independen BRI). Prof. Dr. Ir. Hermanto, Siregar sebagai Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan serta Dr. Ir. Arif Imam Suroso MSc sebagai Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Komunikasi berkesempatan pula mengikuti kegiatan studi banding ini.

Kegiatan studi banding ini memberikan banyak pengetahuan tentang pengelolaan sektor agribisnis di Indonesia, seperti Suppatra Land yang bergerak pada pengembangan buah-buahan tropis yang dijalankan oleh keluarga Suppatra sendiri di Thailand. Koleksi tanaman buah-buahan yang dimiliki keluarga Suppatra ini ditata rapi berdasarkan yang telah didesain. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya profesionalitas dalam pengelolaan dan penataan kebun pada Suppatra Land sehingga mampu menarik para pengunjung untuk menikmati berbagai buah-buahan yang ada. Suppatra Land ini pun menyediakan transit terminal bagi para pengunjung untuk dapat mencicipi buah-buahan hasil dari kebun Suppatra tersebut. Dr. Arief Daryanto (Direktur MB-IPB) selaku pemimpin rombongan mengatakan bahwa “Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kunjungan ke Suppatra Land adalah keterkaitan penting antara sektor pariwisata dengan sektor agribisnis dan profesionalitas”.

Karakteristik lain dari Thailand yang tidak ketinggalan menggagumkan adalah pengembangan industri rumah tangga yang menganut sistem klaster dengan slogan OTOP (One Tambon One Product), artinya satu kecamatan satu produk unggulan. OTOP yang dikunjungi adalah OTOP kerajinan tangan yang terbuat dari bambu dan telah berkembang sejak 30 tahun yang lalu. Kelebihan ini tidak disia-siakan oleh kerajaan Thailand, kerajaan Thailand memberikan fasilitas kemudahaan dalam hal pembiayaan (bantuan kredit modal dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga pasar) dan pemasaran untuk mendorong percepatan industri rumah tangga bambu tersebut. Sistem klaster yang digunakan OTOP kerajinan tangan ini memberikan beberapa keuntungan antara lain : (1) Meningkatkan daya saing produk, (2) Memahami kebutuhan konsumen dan peluang pasar; (3)Meningkatkan hubungan bisnis; (4) Peningkatan mutu (kelas dunia); (5) Memangkas biaya internal; (6) Joint procurement; (7) Memiliki akses ke lembaga dan pemerintah dan (8) Fasilitas bersama. Namun, Pengembangan OTOP ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari pemerintah dari sisi sistem permodalan, pemasaran dan managemen (rancangan produk).

Dalam kesempatan ini para peserta juga mengunjungi salah satu universitas yang menduduki posisi top ranking di Asia (No 3) dan juga Dunia (No 26) versi THES 2008 yaitu Hongkong University (HKU). HKU adalah universitas tertua yang didirikan pada tahun 1911. Dengan tradisi yang kuat di bidang pendidikan sekaligus penelitian yang dicerminkan dengan motto HKU : “The Great Learning”, maka kunjungan ini memberikan inspirasi dan semangat bagi IPB dalam upaya mencapai world class university.

Para peserta juga mengunjungi Hang Seng Stock Market yang memiliki peran signifikan sebagai salah satu barometer industri keuangan dunia. Hang Seng Stock Market ini berlokasi di Hongkong, dimana kota Hongkong ini dikenal sebagai salah satu propinsi di Republik Rakyat China (RRC) yang mayoritas aktivitas ekonominya ditunjang oleh sektor finansial. Dalam kunjungan ke Hang Seng Stock Market ini peserta mendapatkan penjelasan yang berarti terkait dengan sejarah pasar modal di Hongkong, regulasi yang mengedepankan prinsip kehatian-hatian dan kepercayaan sehingga menjadikan Hang Seng berada pada urutan ke 7 dunia berdasarkan kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar.

Para peserta field trip ini pun tidak lupa berkunjung ke Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd yang merupakan perusahaan agribisnis skala internasional yang bergerak pada agribisnis peternakan. Perusahaan ini merupakan gabungan dua perusahaan besar di China yaitu Beijing Dafa Livestock Co, dan Thailand yaitu : Chia Tai Group pada tahun 1986. Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd menerapkan prinsip contract farming yang mengedepankan prinsip membangun kebersamaan dengan para peternak sehingga dua per tiga dari produk yang dihasilkan merupakan buah kerjasama dengan peternak. Dengan prinsip contract farming ini Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd tetap menekankan pada standar kualitas bagi para peternak. Oleh karena itu, terciptalah simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak baik peternak maupun perusahaan sehingga mampu menghasilkan multiplier effect yang sangat besar. Perusahaan ini memang patut untuk dijadikan Benchmarking bagi pengembangan industri peternakan Indonesia yang ditunjukkan oleh kinerja perusahaan yang telah mencapai standar internasional dengan meraih ISO 9001 dengan elemen keamanan makanan, produk pertanian bebas polusi (HACCP) sejak tahun 1999. Perusahaan juga telah memperoleh penghargaan sebagai “Dual Excellent Foreign Investment Enterprise” di China dan mampu menjadi peringkat tertinggi di Nation’s 500 Largest Join Venture Enterprise.

Agribusiness Entrepreneurship: Belajar dari Bisnis Melon dan Aneka Buah

(Selasa, 28 Oktober 2008), CEO Forum kali ini menghadirkan I Made Donny Waspada sebagai Direktur Utama PT. Moenaputra Nusantara, dengan tema “Agribusiness entrepreneurship : belajar dari bisnis melon dan aneka buah” pukul 10.00 – 12.00 WIB di ruang mahoni MB-IPB. Pada kesempatan ini beliau menjelaskan strategi menyiasati usaha dalam komoditas pertanian yang didasarkan pada pengalaman beliau dari bisnis aneka buah-buahan. Berdasarkan ringkasan kami dari presentasi yang dikemukakan I Made Donny, strategi berbisnis komoditas pertanian seyogianya diawali dengan pengetahuan tentang karakteristik dari komoditas pertanian itu sendiri. Dalam hal kasus buah-buahan, karakteristik komoditas pertanian terdiri dari tiga ciri, yaitu : 1) mudah rusak (perishable), 2) meruah (voluminous), artinya penanganan buah-buahan menjadi lebih sulit dan biaya angkutan, kemasan dan penyimpanan relatif mahal, 3) musiman (seasonal), artinya komoditas ini umumnya berbuah setahun satu kali atau dua kali melalui musim panen raya dan musim panen kecil. “Walaupun buah-buahan jenis tanaman semusim seperti melon, semangka, dsb tersedia sepanjang tahun tetapi tetap ada fluktuasi yang nyata. Buah-buahan yang terdapat di Indonesia dipetik pada saat buah tua sekali (over ripe) maka setelah diperam akan menghasilkan buah dengan cita rasa dan aroma yang extra ordinary, namun sayangnya daya simpan buah-buahan tersebut sangat rendah”, ujar I Made Donny Waspada.

Beliau mengutarakan bahwa sebenarnya sentral produksi komoditas pertanian terutama pada kasus buah-buahan dapat memanfaatkan pekarangan kebun tegalan yang tidak dirawat dan hasil hutan secara intensif. Dalam presentasi ini pun beliau menjabarkan bagaimana kondisi perdagangan buah di Indonesia. Buah-buahan di Indonesia saat ini belum memiliki standarisasi mutu dan kemasan, sehingga tidak dipungkiri kondisi ini mampu menyebabkan kerugian bagi pihak petani produsen maupun konsumen sendiri. Sementara perdagangan komoditas buah impor memiliki modal yang kuat dan menawarkan citra buah-buahan yang lebih bermutu dengan harga yang bersaing. Strategi lain dalam menyiasati usaha pada komoditas pertanian buah-buahan adalah seyogianya kita mampu menganalisa perilaku pedagang, konsumen maupun retailer besar buah-buahan Di Indonesia.

Penjabaran Agribusiness entrepreneurship ini pun dikaitkan dengan pengalaman beliau sendiri dalam merintis usaha buah-buahan PT. Moena Farms selama lebih dari 20 tahun. Beliau memilih Bali dalam pengembangan PT. Moena Farms karena kebutuhan terhadap buah-buahan di Bali tidak hanya sebagai konsumsi tetapi juga dimanfaatkan untuk kelengkapan dalam tradisis upacara, sehingga tidak dipungkiri kebutuhan buaha-buahan di Bali akan terus meningkat. Dalam kesempatan ini Beliau pun mengutarakan alasan bergerak pada usaha buah-buahan, karena usaha ini lebih mudah tingkat pengelolaan cash flownya dan mendapatkan tingkat margin yang lebih baik. Keberhasilan PT. Moena Farms ini dapat ditunjukkan dari kemampuanya dalam mengekspor buah melon ke Singapura, Hongkong, hingga Eropa. Dalam akhir presentasinya I Made Donny Waspada menyampaikan bahwa “Kerja keras, tekun dan semangat untuk berubah merupakan senjata ampuh dalam meraih sebuah impian menjadi kenyataan”.

Challenge to Current Agricultural Development in Indonesia

(Selasa, 14/10), Brighten Institute bekerjasama dengan Korea FAO Assosiation menyelenggarakan Focus Groups Discussion (FGD) di Ruang Flamboyan, MB-IPB. FDG ini bertema “Challenge to Current Agriculture Development in Indonesia: Competition Between BioFuel and Food Security”. Penyelenggaraan FDG ini merupakan bentuk kepedulian tentang adanya fenomena yang terjadi di dunia pertanian yang gilirannya akan berdampak pada kondisi Indonesia secara agregat, yaitu adanya trade off antara ketahanan pangan dan pengembangan bioenergi. Permasalahan ini harus segera dipecahkan karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak : “Siapa yang menjadi prioritas utama : ketahanan pangan ataukah pengembangan energi ?”.

Acara FDG ini dihadiri oleh Harianto, Ph.D (Direktur Brighten Institute), D.S. Priyarsono, Ph.D sebagai Sekretaris Eksekutif Brighten Institute, Hermanto Siregar, Ph.D (Direktur Ekonomi dan Lingkungan Brighten Institute), Dr. Wahono Sumaryono dan Prasetyo Sunaryo dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Reni Kustiari, MSc, dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, dan Zulfan Tadjuddin,mahasiswa Ph.D dari University of Western Sydney. FDG ini memberikan beberapa kesimpulan, antara lain : pertama, prioritas utama terletak pada ketahanan pangan (food security). Hal ini dikarenakan dalam diskusi disepakati bahwa apabila ketahanan pangan dapat tercapai maka pengembangan biofuel atau biodiesel pun akan tercapai. Kedua, aspek kelembagaan juga merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam mendukung pencapaian kebijakan  baik untuk pengembangan BBN maupun upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan food securityKetiga, aspek spasial, pewilayahan dan insentif sangat penting pula diperhatikan agar kebijakan tersebut berjalan secara efektif. Keempat,diperlukan action lanjutan secara riil baik melibatkan pihak (mitra) luar maupun kerjasama-kerjasama penelitian. Dan kelima, pengembangan lebih lanjut dari hasil exercise mengenai model ekonometrika yang telah dilakukan. Saat ini penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis CGE menghasilkan bahwa untuk menghindari adanya trade off antara ketahanan pangan dan pengembangan biofuel adalah dengan peningkatan produktivitas merupakan upaya yang paling efektif. Maka dari itu, pemerintah sudah seyogiannya harus invest untuk penelitian dan pengembangan kearah peningkatan produktivitas tersebut.

Halal Bi Halal Dan Rasa Syukur Perolehan Sertifikat ISO 9001:2000

Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) kembali menggelar Halal Bi Halal Keluarga Besar MB-IPB yang diselenggarakan Hari Sabtu Tanggal 18 Oktober 2008 Pukul 12.00 WIB-selesai, bertempat di Gedung MB-IPB. Pada kesempatan ini, sambutan Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec sebagai Direktur Program Pascasarjana MB-IPB tidak hanya menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H “TaqabbalalLaahu minnaa wa minkum, minal ’aaidiin wal faaiziin”. Namun, Beliau juga menginformasikan bahwa MB-IPB telah mendapatkan Sertifikat ISO 9001:2000 dari BM-TRADA-UKAS dan MALQA-KAN yang dikeluarkan persis satu minggu sebelum lebaran yaitu pada tanggal 23 September 2008. Maka dari itu, beliau menyampaikan bulan ramadahan kali ini terasa sangat spesial dan sertifikat ISO 9001:2000 menjadikan MB-IPB unit pertama dan sampai saat ini merupakan satu-satunya unit di IPB yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Beliau menegaskan bahwa sertifikat ISO ini bukan akhir atau puncak dari kualitas yang akan MB-IPB berikan, melainkan langkah penting menuju taraf service excellence. Terakhir harapan beliau : “Pencapaian ini mudah-mudahan dapat menjadi simbol komitmen kami untuk selalu mencari dan memberikan yang terbaik kepada segenap stakeholders MB-IPB”, ujar Arief Daryanto.

MB-IPB: “Selamat Idul Fitri 1429 H”

Keluarga besar Program Pascasarjana MB-IPB mengucapkan ”Selamat Idul Fitri 1429 H” Mohon Maaf Lahir Batin kepada Pimpinan IPB,  Pimpinan Fakultas dan Departemen di IPB, Staf Pengajar, Staf Penunjang, dan Mahasiswa MB-IPB. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan barokah-Nya serta menerima amal ibadah kita semua. Amiin.

Segenap Manajemen Program Pascasarjana MB-IPB juga mengucapkan ”Selamat Idul Fitri 1429 H” bagi seluruh Mitra Kerja (baik pemerintah maupun swasta) yang telah turut berkontribusi dalam pencapaian pengembangan MB-IPB. Semoga kerjasama yang telah terjalin akan menjadi amal kebaikan dan semakin baik dalam mewujudkan kualitas kehidupan berkelanjutan.