CEO & Entrepreneurial Development Forum: “Pengembangan Entrepreneurship : Suatu Pengalaman di PTPN XII”

(Mahoni MB-IPB, 05/03/2011), Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-IPB menyelenggarakan CEO & Entrepreneurial Development Forum yang disampaikan oleh Ir. Nurhidayat, MM, Direktur Utama PTPN XII. Pada kesempatan ini, Nurhidayat menyampaikan materi dengan topik “Pengembangan Entrepreneurship: Suatu Pengalaman di PTPN XII” dengan dimoderatori oleh Ir. Dudi S. Hendrawan, MM selaku Manajer Divisi Kerjasama dan Pengembangan Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB).

PTPN (PT. Perkebunan Nusantara) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komoditas pertanian seperti kelapa sawit, karet, aneka tanaman, gula, tembakau dan lain-lain. Saat ini terdapat 14 PTPN yang lokasinya tersebar di Indonesia. PTPN 12 sendiri terletak di wilayah Jawa Timur. Sebelumnya terdapat 32 PTPN di Indonesia kemudian tahun 1996 ada merger, penggabungan-penggabungan PTPN, menjadi PTPN 1 sampai 14. PTPN 12 merupakan penggabungan dari PTPN 23, 26 dan 29 yang kebetulan berlokasi di Jawa Timur dengan komoditi utama kopi, cokelat, teh dan karet.

Pada tahun 2007, PTPN 12 menyadari bahwa apabila hanya mengandalkan upaya-upaya untuk meningkatkan efektivitas operasional, seperti upaya peningkatan produksi, produktivitas dan berusaha menjual dengan lebih baik untuk mendapatkan laba yang lebih bagus maka sulit bagi PTPN 12 untuk memperoleh pendapatan atau laba tambahan yang bisa menjaga kesinambungan usaha. Oleh karena itu, PTPN 12 menyadari harus melakukan sesuatu berupa pemetaan, analisa manajemen strategis, analisis SWOT, analisis eksternal dan internal untuk menyusun strategi baru dalam rangka transformasi bisnis atau lompatan perolehan laba.

Pada presentasinya, Nurhidayat menyampaikan beberapa problematika struktural perusahaan yang dihadapi oleh PTPN 12  yaitu 1) problem keuangan seperti kebocoran operasional yang kontinu dan bunga modal tinggi; 2) problem operasional seperti produktivitas rendah dan lini produksi lemah; 3) problem manajemen seperti manajemen tidak efektif dan inefisiensi. PTPN 12 menyadari hal pertama yang harus disentuh dalam perbaikan ini adalah sumber daya manusia (SDM).

Nurhidayat juga memaparkan 3 elemen dari keunggulan bisnis yang terdiri atas 1) pelaku bisnis; 2) lembaga bisnis; dan 3) proses bisnis. Elemen pelaku bisnis terkait dengan manusia termasuk kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan adversity, kepemimpinan dan penguasaan bisnis. Di akhir presentasi, Nurhidayat menyatakan bahwa 3 hal penting dalam entrepreneurship adalah 1) Menciptakan peluang; 2) Melakukan inovasi produk; 3) Berani mengambil resiko yang terukur.

CEO & Entrepreneurial Development Forum: Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan di Indonesia

(Mahoni MB-IPB, 4/26/2011), Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-IPB menyelenggarakan CEO & Entrepreneurial Development Forum yang disampaikan oleh Anton J. Supit, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia (GAPPI)/Komisaris Utama Sierad Produce. Pada kesempatan ini, Anton J. Supit menyampaikan materi dengan topik “Peningkatan Daya Saing Produk Peternakan di Indonesia” dengan dimoderatori oleh Ir. Yudi Setiadi, MM selaku Manajer Divisi Akademik dan Kemahasiswaan Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB).

Saat ini, setelah perang dingin, pandangan dunia tertuju pada kekuatan ekonomi, orang berlomba-lomba mengembangkan ekonomi. Belajar dari bangsa-bangsa timur seperti Jepang dan Korea bahwa bangsa yang sukses adalah bangsa niaga. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus mengubah paradigma menjadi bangsa niaga bukan bangsa siaga.

Mengenai daya saing, Anton J. Supit mengutip teori Michael Porter yaitu Diamond Model. Beliau mengatakan bahwa untuk mempunyai daya saing internasional, ada 4 faktor yang sangat penting, yaitu 1) Factor conditions; 2) Demand conditions; 3) Related and Supporting Industries dan 4) Firm StrategyStructure and Rivalry. Selain itu harus ada kesempatan dan peraturan pemerintah yang memegang peranan penting.

Pemerintah memegang peranan yang sangat penting termasuk pada komoditas peternakan. Peternakan, terutama ayam, sangat rentan terhadap faktor eksternal. Apapun usaha biosecurity yang telah dilakukan seperti membuat pagar disekitar peternakan ayam, apabila peraturan biosecuritymengenai tata ruang tidak ditaati maka akan menjadi masalah. Saat ini, virus AI (Avian Influenza) semakin berkembang dan mengglobal sehingga ia bisa muncul dimana-mana termasuk di Jepang yang sangat disiplin.

Di Indonesia, belum ada aturan yang jelas. Pemerintah hanya memiliki panduan dari Menteri Pertanian bahwa jarak breeding farm dengan penduduk itu sekitar 1 km. Tetapi karena ini bukan Undang-undang dan tidak sanksi sehingga peternak seenaknya saja memelihara ayam tanpa memperhatikan biosecurity. Berbeda dengan di Thailand, pemerintahnya memiliki Undang-undang yang jelas. Apabila terjadi satu penyakit di suatu daerah, unggas atau ayam yang akan keluar dari daerah tersebut akan diperiksa dulu oleh dinas setempat baru boleh keluar. Anton J. Supit juga menyatakan bahwa peluang usaha di bidang peternakan sangat besar. Selain itu peternakan juga memberikan sumbangan kepada kualitas SDM.