CEO Forum: Mengawali Agribisnis dari Titik Nol

(Ruang mahoni MB-IPB, 21/02/2012), CEO forum mengundang Wayan Supadno yang berprofesi sebagai formulator Pupuk Organik Hayati , Hormon Organik, dan Praktisi Pertanian dengan menyampaikan topik terkait “Mengawali Agribisnis dari Titik Nol”. Terjun ke dunia bisnis diawali dengan memanfaatkan karung bekas yangsudah tertumpuk di gudang koperasi untuk dijual, setelah itu karung bekas tersebut dicuci bersih terlebih dahulu sehingga laku dijual. Tidak hanya itu, cangkang sawit yang beserakan di kebun sawit beliau manfaatkan sehingga dapat menjadi pengganti batu bara.Beberapa bisnis lain yang beliau jalankan adalah : bisnis pinang ekspor ke India, bisnis ikan mas, kayu the pasca replanting, beras, sekam padi, hingga membuka kebun sawit. Pada tahun 2009 beliau berhasil membuat formulasi pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan berbagai macam tanaman, yaitu pupuk organik Bio-Extrim, Organox, dan ZPT Hormax. Adapun trik sukses ala Pak Wayan yang berprofesi juga sebagai TNI-AD, yaitu  1) cintai cita-cita dengan pekat dan tulus,2) kenali potensi diri dengan melakukan internal SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) analisis, dan 3) lepaskan hal-hal negatif yang membelenggu diri sendiri.

Pupuk organik yang beliau hasilkan mampu mencetak sawah 21 hektar dilahan tandus dan mengubahnya menjadi lahan subur produktif. Sawah yang awalnya hanya menghasilkan padi 3,5 ton per hektar berubah menjadi 7,5 ton perhektar. Selain itu pupuk tersebut mampu mendongkrak hasil singkong dari 25 ton per hektar menjadi 90 ton per hektar. Untuk membangun sebuah bisnis, maka seseorang harus menentukan obyek arah bisnis dan selanjutnya menerapkan bakat atau panggilan jiwa yangdimiliki, menjalankan STP (segmenting, targeting, positioning), mengenali 5C (character, capacity, collateral, dan condition), harus menentukan tujuan yang SMART (specific, measurable, achievable, realistic, dan time framed), dan yangterakhir mainkan momentum dengan cerdas.  Satu kangkah yang nyata lebih indah daripada ribuan langkah indah hanya dalam mimpi.

Peresmian Program Magister Manajemen Terapan Agribisnis dengan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Dual Mode

KERJASAMA
MANAJEMEN DAN BISNIS (MB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
DENGAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

 

Institut Pertanian Bogor membuka Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis di Politeknik Negeri Jember dengan sistem perkuliahan jarak jauh. Program pascasarjana yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi terapan ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Amanah UUD 1945 menyatakan bahwa setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun demikian kondisi geografis Indonesia yang luas dan terpisah-pisah serta terkendalanya akses pendidikan karena persoalan jumlah SDM berkualitas, menyebabkan kesempatan memperoleh pendidikan tidak dapat dinikmati oleh setiap orang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka MB-IPB dan Polije sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan SDM, terdorong untuk merancang suatu sistem pembelajaran jarak jauh (PPJ), yang merupakan kerjasama antara MB-IPB dengan Politeknik Negeri Jember. Penyelenggaraan program pendidikan ini berdasarkan mandat Surat Dirjen Dikti No. 189/D/T/2011, perihal pembukaan Program Studi Terapan Agribisnis (S2) di Institut Pertanian Bogor, yang menyatakan bahwa Dirjen Dikti memberi mandat kepada Institut Pertanian Bogor untuk membuka Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Program Studi Terapan Agribisnis (S2) melalui ”Dual Mode” dengan Politeknik Negeri Jember (Sabtu, 18/2/2012).

Peresmian Progran Magister Manajemen Terapan Agribisnis dilaksanakan bersamaan dengan Pencanangan Kinerja Prima dan Go Green Campus oleh Dirjen Dikti Kemdikbud RI Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc dengan penandatangan prasasti serta dilanjutkan dengan kuliah pengantar melalui video Conference oleh Prof. Dr. Endang Gumbira Sa’id dengan judul : Terobosan MP3EI dan Peranan Standar dalam Peningkatan Dayasaing Produk Agroindustri Indonesia

Pada momentum saat itu juga telah dilakukan pelantikan sebanyak 31 mahasiswa baru Progran Magister Manajemen Terapan Agribisnis oleh Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr yang selajutnya diserahkan secara simbolis jaket almamater oleh Direktur Polije Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM dan Direktur Pascasarjana MB-IPB Dr. Ir. Arif Dariyanto, M.Ec.

Bagi Politeknik Negeri Jember program ini diharapkan menghasilkan lulusan yang berkompeten dengan semangat menegmbangkan diri, inovasi dan berjiwa kewirausahaan serta berwawasan lingkungan.

CEO Forum: Indonesia-Chinese Style Entrepreneur Overview

(Selasa, 7 February 2012), CEO Forum kali ini mengangkat topik terkait “Indonesia-Chinese Style Entrepreneur Overview” disampaikan oleh Calvin Andersen, MBA.  Tidak dapat dipungkiri, kesuksesan para wirausaha dari negeri tirai bamboo ini sudah tidak dapat diragukan lagi. Kepiawan dalam menghasilkan berbagai produk inovatif mampu membanjiri negara-negara, termasuk Indonesia. Produk-produk Chinadapat kita temui hampir di seluruh negara di empat benua. Tidak heran, banyak wirausaha muda Indonesia belajar dari China.

China dapat melakukan efisiensi di berbagai lini produksi sehingga produk  yang “dilempar” ke pasaran dapat diperoleh dengan harga rendah. Saat ini di China berderet-deret pabrik yang merupakan pabrik milik pemerintah China sendiri, swasta, maupun investasi asing, begitu banyak orang asing yang mempercayakan pabriknya di China. Pemerintah sangat mendukung dunia industridi China melalui berbagai regulasi mendukung tercapainya industri yang sangat efisien ini.

Saat  ini Indonesia merupakan negara tujuan untuk menanam investasi setelah India dan China, sehingga tidak mengherankan bahwa hubungan Indonesia dan China sudah berlangsung selama 60 tahun. Business mind set  Indonesian-Chinese adalah fighting spirit (never give up), guan xi (team work), financial (short term profit), dan sustainable (long term security). Keempat hal tersebut merupakan pilar untuk mencapai goals. Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh pengusaha dengan belajar dari China , yaitu: 1) do what you love and love what you do, 2) usaha terus meskipun situasi semakin sulit (never give up), 3) never blame any day in your life.

CEO Forum bersama Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS

(Ruang Mahoni MB-IPB, 31/01/2012), CEO Forum MB-IPB menghadirkan Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS yang saat ini aktif sebagai Komisaris Independen PT BSP Tbk Group dan beberapa perusahaan lainnya. Beliau juga menjabat sebagai Menteri Pertanian pada Kabinet Pembangunan Indonesia 2004-2009. Dalam kesempatannya beliau menyampaikan Peluang bisnis dengan melihat prospek perusahaan perkebunan dalam acara CEO Forum MB-IPB .

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki berbagai komoditi perkebunan yang bukan hanya untuk pasar dalam negeri tetapi juga untuk luar negeri. “Untuk tiga produk unggulan perkebunan yaitu sawit, karet dan kakao, Indonesia masih bisa menempatkan diri di posisi pertama, kedua dan ketiga,” paparnya. Disusul dengan kopi yang menempati keempat dunia.

Melihat kondisi lahan Indonesia, Indonesia memiliki total luas potensi lahan pertanian 70 juta ha, yang  efektif untuk produksi pertanian  45 juta ha, dengan produk pangan utama dihasilkan dari lahan sawah seluas 7,9 juta ha dan di lahan kering seluas 15,6 juta. Namun luas lahan sawah cenderung menurun sebagai akibat alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian (sekitar 50-70 ribu ha per tahun) sementara pencetakan sawah 20-40 ribu ha per tahun.

Lahan perkebunan Indonesia lebih kurang 18 juta hektar yang didominasi oleh perkebunan sawit, karet,  dan kakao maupun jenis tanaman perkebunan lainya. Tahun 2010 produksi perkebunan Kelapa sawit menghasilkan 9.9 juta ton untuk Perkebunan Besar Swasta, 7.8 juta ton  dari Perkebunan Besar Negara dan 2.1 juta ton dari Perkebunan Rakyat. Dengan melihat hasil yang melimpah maka memposisikan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Namun sayang, bahan baku berupa CPO diekspor, yang membuat Indonesia megkonsumsi dalam bentuk berbagai produk jadi yang bahan bakunya berasal dari Indonesia dengan harga yang cukup mahal. “Seharusnya kita yang menciptakan produk dari bahan baku yang ada,” ungkapnya.
Prospek komoditi kelapa sawit masih memiliki peluang besar dalam mengembangkan industri hilir didalam negeri seperti industri oleokimia, personal care (sabun kosmetik, shampoo), margarin, shortening, emulsifier, dll. Selain itu semakin terbatasnya minyak bumi nasional maupun dunia maka sawit dapat menjadi alternatif renewable energy yaitu menghasilkan biodisel. Adapun untuk limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, kompos. Dengan kata lain semua bagian dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan dan dapat diolah menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah yang prospektif.

Prospek komoditi perkebunan yang posistif lainnya adalah karet dan kakao. peningkatan kebutuhan karet, terutama Cina dan India membuat prospek komoditas menjadi meningkat terutama di pasar dunia. Nilai tambah pohon karet lainnya adalah  pemanfaatan kayunya dan ragam produk dari lateks. Kayu dari pohon karet dapat dibuat untuk bahan bangunan, furniture, particle board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard), dll.

Prospek komoditi kakao sangat besar menginagat permintaan dunia meningkat dalam konsumsi kakao disusul defisit kokoa dari Pantai Gading yang disebabkan karena masalah politik, Pantai Gading merupakan penghasil kakao terbesar dunia. Melihat hal tersebut komoditas kakao Indonesia memiliki peluang besar untuk menembus pasar internasional (Produk turunan kokoa semakin banyak).

Industri hilir produk perkebunan masih berpeluang sangat besar untuk dikembangkan. Diperlukan dukungan kebijakan pemerintah, industri jasa, industri logistik, jaringan pemasaran yang luas, iklim investasi yang kondusif untuk mencapai maksimal.

CEO Forum: Hybrid Micro financing

(Ruang Mahoni MB-IPB, 24/01/2012), CEO Forum ini menghadirkan Dr. B.S Kusmuljono, MBA yang menjabat sebagai Chairman CPR- Indonesia, Komisaris Bank BNI dan Ketua Komnas Keuangan Mikro dengan menyampaikan topik tentang “Hybrid Microfinancing” . Hybrid microfinance itu sendiri adalah sistem perkuatan permodalan bagi usaha mikro melalui mekanisme pemaduserasian (sinergi) sumber-sumber pembiayaan dari dana masyarakat pada perbankan dengan dana pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan serta perluasaan lapangan pekerjaan utamanya bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS). Keberhasilan KUR Mikro telah dibuktikan mampu menjangkau usaha mikro dan rakyat kecil, sebagai pembuktian bahwa skim penjaminan KUR Mikro tersebut telah sahih dan terus patut dilanjutkan. Tetapi aksesabilitas kaum tani dan nelayan ternyata belum mampu mendorong permintaan ataupun realisasi KUR Mikro ke sektor pertanian. Setelah dilakukan observasi lapang, masalah utamanya adalah bunga KUR – Mikro masih dipandang tinggi untuk sektor pertanian. Bunga tinggi tersebut oleh perbankan dianggap rasional karena risiko di sektor usaha pertanian termasuk tinggi.

Penerapan Hybrid microfinance dapat melalui Kredit Usaha Mikro Pertanian (KUMP). Kunci Keberhasilan KUMP dapat dilihat dari 4 sisi yaitu : 1) Dari sisi BANK : Adanya jaringan karena pada dasarnya bank penyalur harus berada di tengah-tengah calon debitur (community based); Sumber daya manusia perlu kompetensi dan budaya yang spesifik, punya komitmen serta mencintai UMKM sektor Pertanian; Sistem perlu dibangun untuk mengurangi biaya transaksi sehingga lebih efisien, transparan, sederhana dan nyaman (convenient) bagi debitur. 2) Dari sisi CALON DEBITUR / SEKTOR RIIL : Pembinaan (technical assistance) perlu karena calon debitur pada dasarnya belum bankable (persiapan status legal, administrasi, teknik produksi, kepastian pasar), yang bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, Perlu bekerjasama dengan  Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) UMK atau Tenaga Pendamping UMK, lembaga rating LKM dan pihak-pihak lainnya, Perlu alokasi dana PKBL terutama porsi hibah untuk operasional training dan pembinaan calon dan debitur KUMP. 3) Dari sisi LEMBAGA PENJAMINAN : Perlu komitmen pemerintah dalam mengalokasikan dana APBN bagi Lembaga Penjaminan yang memadai dalam kuantitas dan berjangka panjang sesuai dengan jangka waktu KUMP (10 tahun), Merintis pendirian Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) dengan  diampu  oleh Askrindo dan Jamkrindo dan mendorong Pemda untuk mereplikasi Sistem KUMP  di daerah dengan dukungan dana dari APBD. 4) CARA PENYALURAN : Penyaluran KUMP dapat dilaksanakan secara langsung (bank kepada debitur) dan secara tidak langsung (linkage dengan lembaga keuangan mikro/LKM) serta pendekatan kemitraan inti plasma (cluster). Dengan pendekatan linkage tersebut maka dimungkinkan penyaluran KUR dapat menjangkau calon debitur yang berada di remote area dan size-nya mikro. Untuk itu perlu kerjasama dengan lembaga rating LKM independen untuk memperoleh LKM yang baik. Dengan pendekatan kemitraan dimungkinkan penyaluran KUMP menyentuh bidang pertanian secara massal dengan jumlah relatif signifikan.