WhatsApp Image 2020-09-23 at 14.41.13

Business Talk Series (BTS): Coping Behavior Individu dan Keluarga Terhadap Pandemi Covid-19

Bogor, 29 Juni 2020 – Sekolah Bisnis IPB  (SB-IPB) kembali menggelar Business Talk Series
(BTS) edisi ketujuh pada Senin (29/6). SB-IPB bekerjasama dengan fakultas Ekologi Manusia IPB University (FEMA IPB) berkesempatan menyelenggarakan Webinar Series kelima yang diselenggarakan oleh “Asian Association for Consumer Interest and Marketing” (AACIM) bekerjasama dengan London School of Public Relation (LSPR), Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), STIE Perbanas, dan BPKN. Webinar ini mengangkat topik “Coping Behavior of Individual and Families Against Pandemi Covid-19 ”. Lima narasumber diundang dalam webinar ini, yaitu (1) Ir. Yahya Agung Kuntadi, MM menjelaskan tentang Quo Vadis The Rational Thinking in Covid19 Pandemic (2) Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc  menjelaskan tentang pembentukan karakter SDM di era TUNA (3) Dr. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si mengangkat topik Strategi Coping Keluarga Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19 (4) Prof. Dr. Ir. Yosini Deliana , MS memaparkan tentang Pergeseran Pola Belanja Konsumen saat Pandemi Covid-19; dan (5) Dr. Yudha Heryawan Asnawi, MM yang menutup sesi webinar dengan pembahasan terkait Fakta Sosial saat Pandemi Covid-19 dari segi etika dan sudut pandang bisnis.

Webinar dibuka oleh pemateri mahasiswa S1 SB IPB yaitu Neldo dan Maria Jacklyn tepat pada pukul 08.30 WIB. Acara diawali dengan pemutaran video profil Business School, FEMA, dan AACIM kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu sambutan dari Prof. Dr. Noer Azam Achsani, MS selaku Dekan SB IPB dan Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc sebagai Presiden AACIM.

Selanjutnya webinar diambil alih oleh Moderator yaitu Hanif dan Fitry Primadona. Satu persatu pemateri diberi kesempatan selama sepuluh menit untuk menjelaskan materinya masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi yang diisi dengan beberapa pertanyaan dari peserta tentang setiap sesi.

Ir. Yahya Agung Kuntadi, MM menyampaikan bahwa aliran pemikiran yang dimiliki oleh manusia dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu rasional dan emosional. Pemikiran rasional bertumpu pada logika sebagai respons terhadap fenomena yang dianalisis dengan proses tertentu dan untuk sementara disusun pikiran emosional bertumpu pada perasaan yang dianalisis secara cepat dan tidak ada aturan baku. Pemikiran rasional dibutuhkan oleh manusia untuk mengambil keputusan di tengah kondisi yang tidak menentu. Inilah yang terjadi saat ini selama pandemi Covid-19. Selanjutnya Dr. Ir. Dwi Hastuti fokus pada dampak psikologis yang dialami keluarga akibat pandemi Covid-19. “Solusi menghadapi era baru adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang bebas stres dan berusaha mengelolanya, merangsang otak dengan hormon bahagia, relaksasi dengan aktivitas motorik ringan, serta makan makanan yang baik. Selain itu, penting juga untuk dilakukan. membangun emosi positif dan menciptakan sumber kebahagiaan dalam keluarga karena emosi adalah energi untuk berkomunikasi, menyebarkan energi positif ke sekitar kehidupan keluarga dan masyarakat, ”ujarnya. Megawati Simanjuntak SP, M.Si mengatakan keluarga merupakan bagian terkecil yang terdampak Covid-19, terutama dari sisi kondisi ekonomi atau pendapatan. Perubahan yang terjadi menyebabkan banyak pekerja di-PHK atau di-PHK. Berdasarkan data dari SEMRU Research Institute Telah terjadi peningkatan persentase keluarga miskin di Indonesia akibat pandemi Covid-19 dari 8,2% menjadi 15,4%, selain itu perasaan kekeluargaan juga menunjukkan hasil yang lebih buruk. harus melakukan strategi coping dengan membatasi pengeluaran dan menambah aliran pendapatan, ”ujarnya.

Prof. Dr. Ir. Yosini Deliana, MS mengatakan pergeseran pola belanja tersebut disebabkan oleh faktor perekonomian yang terganggu oleh PHK. “Pola pengeluaran berbagai jenis konsumen selama pandemi ini dapat dilihat dari aspek pendapatan, produk yang dibeli, cara berbelanja, dan fokus barang yang dibeli. Antar generasi juga memiliki kesukaan masing-masing. Namun, ada hal-hal yang menjadi penyebabnya. jangan berubah di era baru, misalnya harus ada nilai pengalaman, keinginan mendapatkan harga yang wajar, serta mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya, ”jelasnya. Sementara itu, Dr. Yudha Heryawan Asnawi mengatakan ekspansi pasar virtual menyebabkan dekonstruksi pasar bergeser dari bursa sukarela menjadi bursa ambiguitas, sehingga menciptakan pasar yang koersif atau “pasar paksa” dan penguatan kekuatan yang menekan ketahanan konsumen. Oleh karena itu, aturan atau lembaga yang memelihara moral dan etika dalam berbisnis yang memenuhi tiga hal, yaitu keberadaan manusia pendukung, sistem sosial, dan ruang kehidupan. Webinar tersebut diakhiri pada pukul 11.30 dengan pernyataan penutup dari Prof. Ujang Sumarwan selaku presiden AACIM