Inovasi Mahasiswa MB-IPB Ciptakan Telur Dadar Instan – Produk Pertama di Indonesia, Cocok untuk Traveler

Berita

Inovasi Mahasiswa MB-IPB Ciptakan Telur Dadar Instan – Produk Pertama di Indonesia, Cocok untuk Traveler

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) beserta staf pengajarnya tak henti-hentinya menciptakan inovasi. Dari pengalaman membawa telur yang sering pecah, maka terciptalah telur dadar instan antipecah dan tanpa bahan pengawet.

Sekelompok mahasiswa MB-IPB, Di bawah komando M Harun Al Rasyid,  menemukan inovasi ini sejak 2014. Hal ini berawal dari tugas kuliah S-2 Pemasaran dari dosennya. Harun bersama kelima teman-nya, yakni Izzan Faikar, Annisa Nurfajrina, Mustika Rimadhani, Anindila Fitria, dan Driska Nurizizah Fasyah, dituntut untuk bisa membuat dan memasarkan suatu produk yang bisa diterima oleh masyarakat. Tak disangka, inovasinya itu bisa disambut antusias. Bahkan, pada Januari 2015 kemarin, produk telur dadar instan yang dinamai Hen’s Instant Omelette itu sudah dilegalkan dan sudah bebas dijual di pasaran.

“Telur dadar instan ini sangat cocok untuk para traveler yang senang bepergian jauh. Selain praktis, telur dadar ini juga rasanya enak dan aman karena tidak mengandung bahan pengawet,” jelas Harun.

Harun bersama teman-temannya kemudian mempraktikkan cara membuat telur dadar instan hasil inovasinya. Botol berisi bubuk telur itu kemudian diisi air sampai batas yang ditentukan, kemudian di-shake hingga merata.

Setelah itu, bubuk telur yang sudah dicairkan kemudian dimasukkan ke dalam penggorengan yang sudah diberi sedikit minyak goreng. Tidak lebih dari lima menit, telur dadar yang sudah memenuhi penggorengan itu sudah siap untuk disantap.

“Tidak perlu menggunakan tambahan penyedap, karena telur dadar instan ini sudah diberi garam agar rasanya tidak hambar. Jadi, tinggal masukkan air, shake, lalu goreng. Ini telur instan pertama di Indonesia,” kata Harun sambil menyajikan telur dadar di atas piring.

Proses yang dilakukan dari telur sampai bubuk itu menggunakan teknologi homogenisasi. Kemudian dikeringkan sampai menjadi bubuk. Hen’s terbilang cukup aman. Sebab, kadar aimya sangat rendah, dan daya tahannya cukup lama.

“Jadi, Hen’s omelette ini alami. Bisa tahan sampai satu tahun. Karena sudah diproses sedemikian rupa dan dikemas dalam botol plastik berkualitas, Hen’s cukup disimpan dalam suhu ruangan, tidak perlu kulkas,” sarannya.

Sejauh ini, Harun dan kelima temannya masih memasarkan produk kebanggaannya itu secara online, melalui akun media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook. Dilihat dari kemasannya yang praktis, Hen’s sangat cocok untuk dibawa hiking ke gunung. Bisa juga saat berlibur ke pantai, bahkan ke luar negeri.

Masih dikerjakan sendiri, keenam mahasiswa itu memproduksi 500-1.000 botol per harinya. Untuk satu kemasan berisi enam botol, dihargai Rp39 ribu. Sedangkan kemasan tiga botol dihargai Rp20 ribu. Satu botol telur dadar instan itu, setara dengan 1,5 telur ayam biasa.(*)