National Seminar ”Rebooting Business Mindset towards VUCA World”

WhatsApp Image 2019-11-03 at 05.54.53
Berita

National Seminar ”Rebooting Business Mindset towards VUCA World”

(Hotel Pullman, Jakarta Central Park, 2/11/2019), Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema ”Rebooting Business Mindset Towards VUCA World” dalam rangka acara penglepasan Alumni Sarjana Bisnis, Magister Manajemen Bisnis, dan Doktor Manajemen Bisnis Periode 2019. Gubernur BI, Perry Warjiyo dihadirkan sebagai keynote speaker dan para pembicara Business Talk yaitu Indra Utoyo (Direktur Teknologi Informasi & Operasi BNI), Danu Wicaksana (CEO LinkAja), dan Aakar Abyasa Fidzuno (Founder Jouska).

Acara ini juga dihadiri oleh Prof Bambang Brodjonegoro Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan dihadiri oleh sekitar 700 orang peserta yang terdiri dari pakar/pemerhati pembangunan ekonomi dan bisnis nasional; eksekutif dan profesional dari berbagai perusahaan swasta maupun BUMN; birokrat pemerintahan; mitra dan Stakeholder SB-IPB, alumni program Doktor, Magister dan Sarjana SB-IPB; serta mahasiswa dan sivitas akademika IPB.

Pada kesempatan kali ini, SB-IPB melepas sebanyak 26 orang alumni Doktor dan 299 orang alumni program Magister Manajemen juga untuk pertama kalinya melepas alumni Sarjana Bisnis yang berjumlah 43 orang.  Dengan demikian hingga saat ini, SB-IPB telah melepas total alumni sekitar 4.182 sejak berdirinya di tahun 1991”, ujar Dr. Nimmi Zulbainarni selaku Ketua Panitia Seminar Nasional 2019 sekaligus Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan SB-IPB. Dr. Nimmi menekankan bahwa untuk bisa menghadapi era VUCA, perubahan cara pikir diperlukan, maka kami mengangkat tema perlunya rebooting mindset untuk menghadapi tantangan VUCA. SB IPB mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para sponsor para sponsor yang telah membuat acara ini dapat terselenggara dengan lebih semarak, khususnya kepada: Bank Indonesia, PT. Bank BRI, LinkAja, JOUSKA, PT Charoen Pokphand Indonesia , PT. Infiniti Buana Comersindo, Perum BULOG, PT. Bank BCA, PT Freeport Indonesia, PTPN 3, PERURI, BPJS Ketenaga kerjaan, PT. BTPN, PT. Pegadaian, PT. Bank DKI, PT Bank BTN, PT. AAT Indonesia, PT. Pupuk Kaltim, PT Pelabuhan Indonesia III, PNM Investment Management, PT. Perkasa Group, PT Pupuk Indonesia, Riset Perkebunan Nusantara serta media partner dan berbagai pihak yang telah membantu kelancaran acara ini. Selain agenda pagi ini, SB-IPB juga memiliki berbagai agenda kedepan seperti; The First Asean Business Engineering and Technology Symposium yang akan diselenggarakan pada tanggal 2 sampai 3 Desember 2019 di ICC Bogor dan akan mempersembahkan SB-IPB The Movie, yang sebagian besar adegannya akan mengambil berbagai sudut favorit para mahasiswa di dalam kampus SB-IPB, kampus IPB Dramaga, dan kota Bogor.

Dalam sambutannya Dekan SB-IPB, Prof. Dr. Noer Azam Achsani menekankan bahwa sejak awal pendirian SB-IPB selalu merespon isu-isu nasional terkini dalam upaya memberikan sumbangsih pemikiran dan kerja nyata untuk kemajuan bangsa. ”Rebooting Business Mindset Towards VUCA World” tepat diangkat ditengah-tengah kondisi ekosistem bisnis yang kerap sulit diprediksi dan selalu menantang. Kondisi saat ini dunia berada pada era disrupsi yang berubah dengan cepat dalam berbagai dimensi, baik ekonomi, sosial maupun politik. SB-IPB memegang peranan penting untuk merubah mindset para pebisnis masa depan guna mendapatkan pemimpin bisnis yang tangguh dan sukses. Prof. Noer Azam menambahkan pentingnya alumni bagi sebuah institusi pendidikan, dimana alumni adalah duta besar yang merepresentasikan peran SB-IPB dalam membentuk kepemimpinan bisnis di masa depan, sebagai promotor dengan mindset bisnis baru di era VUCA, sebagai penghubung antara stakeholders kepada masa depan bisnis di era VUCA dan partner strategik bagi SB IPB dalam mendidik calon pemimpin masa depan untuk terus maju dan berperan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Penglepasan ini adalah simbol berubahnya status mahasiswa menjadi partner strategik SB-IPB yaitu duta besar, connector, dan promotor dari SB IPB.

Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria mengawali sambutannya dengan berterimakasih terhadap partners dan stakeholders IPB University dan mengucapkan selamat kepada para lulusan baru yang dilepas hari ini. Rektor IPB menekankan bahwa di masa depan akan hilang 23 juta pekerjaan tetapi muncul 10 juta pekerjaan baru. Dalam menghadapi era VUCA, faktor sukses adalah kejujuran, disiplin dan interpersonal skill. Sejak dulu hingga sekarang IPB University selalu menempatkan integrity sebagai dasar untuk mengembangkan inovasi dan menjadi inspirasi. Dalam pendidikan, IPB University menggunakan kurikulum IPB 4.0 yang menekankan pada integrasi hardskill dan softskill, blended learning, kelas internasional untuk mengembangkan keilmuan dan profesi baru. Saat ini, IPB University menyumbangkan 39 persen inovasi terbaru. Belum lama ini IPB University mendirikan Tani Center dengan program utama aplikasi berbasis artificial inttlegence untuk membantu petani dan nelayan menjalankan aktivitasnya. Dalam setahun terakhir, IPB termasuk dalam 100 besar dunia di bidang pertanian dan kehutanan, termasuk dalam Top 40 sustainable university, peringkat 3 perguruan tinggi terbaik versi BAN-PT, peringkat 1 nasional perguruan tinggi dengan raport terbaik, perguruan tinggi dengan jumlah paten terbanyak, penerima penghargaan widyapadhi untuk sistem informasi dan widyakrida untuk pendorong inovasi di masyarakat, mitra peneliti asing terbaik, dosen terbaik nasional dan mahasiswa vokasi terbaik serta menjadi satu-satunya perguruan tinggi informatif dalam keterbukaan informasi publik. Rektor menutup sambutannya dengan mengajak para lulusan baru untuk menjalankan peran strategisnya sebagai partner universitas dan mendoakan pada lulusan baru untuk memiliki integritas, inovasi dan menjadi insipirasi sebagai ciri khas lulusan IPB University.

Menteri Riset dan Teknologi-Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Prof. Bambang Brojonegoro menekankan pentingnya sektor pertanian dimana sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian, dimana IPB harus tetap setia dengan ruhnya dalam pertanian. Menristek bangga dengan inovasi IPB yang membantu petani untuk makin sejahtera. BPS menunjukkan ketika salah satu sektor pertanian rendah, artinya semakin sedikit orang mau bekerja di sektor pertanian karena itu perlu peningkatan produktivitas pertanian untuk mendorong peningkatan pemdapatan petani. Kita perlu teknologi tepat guna untuk menjawab masalah nyata di masyarakat, terutama masalah kemiskinan, ketimpangan ekonomi dan pengangguran di kelangan petani dan nelayan. Menristek mengajak pada lulusan baru untuk menjadi dan mendukung usaha di sector pertanian dan perikanan. Akhir kata Menristek nengucapkan selamat kepada para lulusan baru dan para dosen dan professor serta berterima kasih atas kontribusi IPB selama ini.

Keynote speaker Gubernur BI, Dr. Perry Warjiyo dalam pemaparannya, ia menyampaikan bagaimana kita stay relevant dalam bersama-sama memajukan perekonomian Indonesia. Tren perekonomian masa kini ditunjukkan oleh: 1) diminishing globalization dimana tendensi perdagangan dan investasi global mengarah kepada inward looking; 2) looking for new source of economic growth; 3) volatilitas arus modal asing; 4) financial services dari non-bank dan 5) millennial as labor force and customer.

Untuk bisa stay relevant, maka kita harus melakukan tiga hal yaitu: 1) we have to be adaptive and responsive; 2) we have to synergy dan 3) we have to be innovative. Menjadi adaptif dan responsif ditunjukkan melakukan: a) transformasi kebijakan/strategi (dahulu BI fokus menjaga stabilitas nilai rupiah dg mengandalkan suku bunga, kini fokus BI  bukan hanya stabilitas nilai tukar melainkan juga bagaimana BI bisa berkontribusi nyata dalam perekonomian nasional dg financing); b) Transformasi organisasi (BI membuat unit-unit kerja untuk mendorong perekonomian nasional, membangun cluster-cluster ekonomi, organisasi proses kerja, digitalisasi ekonomi, mengembangkan human resource melalui corporate university dan memberikan award dan reward. Menjalankan sinergi ditunjukkan dengan mulai terbuka untuk bekerja sama demi pembangunan ekonomi, demi mencapai cita-cita Indonesia menjadi negara berekonomi tinggi di tahun 2045. Untuk itu, BI bersinergi dengan pemerintah, OJK, lembaga finansial untuk membangun kawasan ekonomi, pembiayaan infrasturktur dan menentukan kebijakan perpajakan. Menjadi inovatif ditunjukkan dengan penciptaan inovasi, dimana BI melakukan inovasi sistem keuangan untuk mensinergikan pembiayaan digital dan memberdayakan mahasiswa di kampus-kampus sebagai penggerak masa depan keungan Indonesia.

Dalam sesi Business Talk, Direktur Digital Teknologi Informasi & Operasi BRI. Indra Utoyo menyampaikan bahwa kini dunia dgital dan nyata makin melebur. Saat ini Bank BRI adalah institusi keuangan mikro terbesar di dunia. Disrupsi yang makin cepat menuntut kecepatan juga, dimana bukan yang paling besar yang paling bertahan, tetapi yang paling cepat. BRI bertujuan untuk menumbuhkan semua segmen mikro di Indonesia. Digital adalah kuncinya, dimana digitalisasi memungkinkan pelayanan yang lebih cepat dan menjangkau lebih jauh. Untuk itu, hal yang perlu disiapkan yaitu culture, reseource dan talent.

CEO LinkAja, Danu Wicaksana menyampaikan bahwa hanya 42 juta dari 180 juta masyarakat dewasa Indonesia yang bankable. Sementara lebih dari 80 persen populasi dewasa memiliki mobile phone. LinkAja adalah bentuk pemanfaatan mobile phone untuk banking melalui sinergi dari pemerintah, industri perbankan, energi dan telekomunikasi. LinkAja memungkinan digitasi ekonomi dengan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendapatan daerah, pembiayaan usaha kecil menengah dan penyaluran bantuan dan subsidi.

CEO dan Founder Jouska Aakar Abyasa Firdaus mengemukakan milenial diaggap sebagai penyebab disrupsi, tidak konsisten, generasi pemalas, lack of financial knowledge dan tidak mampu menabung. Di tahun 2015, saya dan rekan-rekan membuat platform untuk pengelolaan finansial, karena uang adalah hal penting yang perlu dikelola dengan bantuan pihak ketiga untuk bisa melihat lebih jelas, dimana hidup manusia tidak seharusnya dikontrol oleh uang, tetapi manusailah yang mengontrol uang.