Membangun Usaha Sosial untuk Tangani Konflik Manusia dan Satwa Liar

Picture1
News

Membangun Usaha Sosial untuk Tangani Konflik Manusia dan Satwa Liar

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi kelompok masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan memperkuat upaya penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) mengadakan pelatihan usaha sosial.

Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) menjadi salah satu narasumber pada kegiatan pelatihan  berjudul “Pengembangan Usaha Sosial Berbasis Kelompok Masyarakat untuk Mendukung Upaya Penanganan Konflik antara Satwa Liar dengan Penduduk Desa Penyangga Taman Nasional”. Kegiatan yang dilaksanakan 26-28 Agustus 2024 yang bertempat di Balai Desa Labuhan Ratu IX, Lampung tersebut merupakan kolaborasi apik antara Taman Nasional Way Kambas dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP).  Selain SB-IPB, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber praktisi usaha sosial dari PAYUNGI, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Koperasi dan UMKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Lampung Timur, serta akademisi Universitas Nahdlatul Ulama, Lampung.

Pelatihan ini dihadiri bukan saja oleh berbagai kelompok tani dan kelompok Perempuan dari kawasan Taman Nasional Way Kambas, tetapi juga menghadirkan kelompok masyarakat dari sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan bentang alam Bukit Balai Rejang Selatan (BBRS), Bengkulu, serta penyuluh dari kedua taman nasional serta satgas penanganan konflik manusia-satwa liar. Keragaman peserta pelatihan diharapkan dapat menjadi wadah berbagi pengetahuan dan pengalaman antar kelompok.

Jumlah total peserta pelatihan mencapai 40 orang, termasuk kelompok perempuan.  Para peserta pelatihan merupakan pelaku usaha sosial yang telah memiliki berbagai inisiatif kelompok, yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya, tetapi juga berkontribusi pada upaya konservasi dan pencegahan konflik antara manusia dan satwa liar. Pelatihan ini juga bertujuan untuk menguatkan upaya-upaya usaha sosial di berbagai desa penyangga kawasan konservasi. Lebih jauh lagi, keberhasilan usaha sosial diharapkan dapat meningkatkan peran kelompok masyarakat dalam konservasi dan mengurangi kegiata illegal di dalam kawasan.

Usaha-usaha yang dikembangkan oleh kelompok tani ini merupakan usaha lestari berbasis potensi lokal, yang memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana tanpa merusak ekosistem. Contohnya budidaya dan produk berbasis tanaman obat, pengolahan hasil hutan bukan kayu, dan ekowisata berbasis komunitas, yang semuanya dirancang untuk memperkuat ekonomi lokal sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.

SB-IPB mengirimkan dua dosennya, yaitu Dr. Suhendi dan Agustina Widi, MM, yang menyampaikan materi mengenai perancangan usaha sosial dengan pendekatan Business Model Canvas (BMC), penguatan kelembagaan, serta pelatihan penyusunan keuangan usaha kelompok. Pengetahuan tentang BMC dan pelatihan keuangan adalah kunci keberhasilan bagi usaha sosial. BMC membantu dalam merancang model bisnis yang jelas dan efektif, sementara pelatihan keuangan memastikan bahwa usaha sosial dapat mengelola sumber daya mereka dengan baik dan mencapai keberlanjutan jangka panjang. Kombinasi dari kedua elemen ini memungkinkan usaha sosial untuk mencapai dampak sosial yang maksimal sambil tetap menjaga kelangsungan dan perkembangan bisnis mereka. Di sisi lain, materi penguatan kelembagaan yang berfokus pada aturan memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa kelompok usaha dapat beroperasi dengan efisien, transparan, dan berkelanjutan. Aturan-aturan ini membantu membentuk struktur organisasi yang jelas, menetapkan mekanisme pengambilan keputusan, meningkatkan transparansi, mengatur tata kelola keuangan, mengurangi risiko hukum, dan mendukung adaptasi serta pertumbuhan. Dengan aturan yang kuat dan baik, kelompok usaha dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif dan bertahan dalam jangka panjang.

Kerjasama ini diharapkan dapat menjadi contoh yang baik dalam membangun sinergi antara pendidikan, konservasi, dan pengembangan ekonomi masyarakat, serta menjadi langkah awal dari serangkaian kegiatan yang akan memperkuat upaya konservasi melalui pendekatan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.