CEO Forum: Strategi Pembiayaan dalam Menunjang Ekonomi Nasional di Sektor Agribisnis

Announcement

CEO Forum: Strategi Pembiayaan dalam Menunjang Ekonomi Nasional di Sektor Agribisnis

(Selasa, 15/7), CEO Forum kali ini mengundang Dr. Endang S. Thohari (Tenaga Ahli Departemen Pertanian/Adviser Induk Koperasi Tani dan Nelayan) untuk memberikan penjelasan tentang topik ”Strategi Pembiayaan dalam Menunjang Ekonomi Nasional di Sektor Agribisnis” bertempat di ruang mahoni MB-IPB. Topik ini dirasa menjadi topik yang penting bagi mahasiswa yang bergelut di bidang manajemen dan agribisnis karena diharapkan para intelektual yang menekuni bidang ini mampu mengetahui secara detail mekanisme dan strategi pembiayaan yang tepat dalam mendukung kemajuan sektor agribisnis di Indonesia.

Pada awal presentasi Dr. Endang S. Thohari menekankan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang seharusnya menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional karena telah terbukti tangguh selama krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 dan mampu memberikan pertumbuhan positif pada saat itu. Kondisi ini sebenarnya dapat menjadi acuan bagi pemerintah bahwa pembangunan pertanian bersifat strategis dalam menunjang ekonomi nasional. Mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan tidak terlepas dari dukungan pembiayaan di sektor agribisnis itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pembiayaan tersebut kearah sektor agribisnis nasional tersebut.

Beliau mengemukakan bahwa terdapat peluang pembiayaan untuk sektor pertanian itu sendiri. Hal ini dapat ditinjau dari sumber dana yang ada di bank/likuiditas perbankan  yang sangat  tinggi, sedangkan loan to deposit ratio (LDR) baru sekitar 69,87 persen, selain itu alokasi kredit sektor pertanian oleh perbankan masih relatif kecil (< 6 persen) dan potensi usaha mikro, kecil dan menengah di sektor pertanian juga cukup besar. Pemaparan beliau tidak sebatas pada peluang pembiayaan saja. Permasalahan akses pembiayaan pertanian dijelaskan oleh beliau, antara lain: 1) ketidakmampuan petani/ peternak menyediakan agunan; 2) terbatasnya pengetahuan petani/peternak membuat proposal/cash flow usaha; 3) terbatasnya jumlah dan jangkauan operasi bank dan 4) terbatasnya tenaga pendamping untuk menjembatani petani dan lembaga pembiayaan baik perbankan maupun non perbankan. Adapun model skim kredit/pembiayaan sektor pertanian yang dipaparkan adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Pada sesi ini beliau menjabarkan secara detail perkembangan, fitur, penyaluran, ketentuan pokok, landasan teori hingga langkah-langkah menumbuhkan lembaga keuangan mikro dalam model skim pembiayaan tersebut. Pada akhir presentasi, beliau memberikan sebuah kredo pemberdayaan UMKM yang patut kita pikirkan bersama-sama yaitu : ”datangilah mereka, tinggallah bersama mereka, belajarlah dari mereka, cintailah mereka, mulailah dari apa yang mereka ketahui, bangunlah dari apa yang mereka miliki, dengan sumberdaya terbaik yang mereka miliki, ketika semua karya selesai, semua tugas tercapai mereka akan berkata : KAMI TELAH MELAKUKANNYA SENDIRI !”.