Crucial Conversation in Practical Approach

crucial conversation
Activity

Crucial Conversation in Practical Approach

Pada 29 September 2020, Associate Professor Dr. Leonnard Ong yang merupakan Executive Director Frontliner Services dan juga dosen di IPMI International Business School mengisi kelas Kapita Selekta Manajemen dan Bisnis (KSMB) dengan judul “Crucial Conversation: Practical Approach”. Dr. Leonnard Ong menyelesaikan S3 dari SB-IPB, sedangkan Master of Commerce dari University of Sidney dan Master Business Administration dari The New York University. Ia juga mengikuti berbagai macam executive program dan courses di Eropa, Australia, China dan negara lainnya.

Crucial conversation yang disampaikan dibagi menjadi dua, yaitu intra personal dan inter personal communication skills. Pertama, intra personal communication skills menekankan understanding yourself dengan empat self awareness sources. Empat cara melihat diri sendiri tersebut adalah (1) others’ images melalui bagaimana orang lain melihat saya, (2) social comparison melalui bagaimana kita membandingkan dengan rekan, (3) your interpretations and evaluation melalui bagaimana kita mengevaluasi perasaan dan perilaku kita sendiri dan (4) cultural teaching melalui bagaimana pengajaran budaya mempengaruhi kita.

Kedua, inter personal communication skills menekankan pada working with others melalui tipe komunikasi dan grup untuk menyampaikan tujuan. Kita perlu memahami perbedaan atau diversity yang bisa dikelompokkan menjadi dimensi primary, secondary dan tertiary. Primary dimensions mencakup umur, gender, sexual orientation, ethnicity, race, serta mental dan physical abilities. Secondary dimensions mencakup communication style, education & communications, income, work experience, geographic location, organizational role and level, language, family status, work style, dan religion. Tertiary dimensi terdiri dari change readiness, values, beliefs, motivation, emotional intelligence, risk aversion, intellectual ability dan learning style. Ada enam hambatan untuk menerima diversity atau perbedaan yaitu prejudice, ethnocentrism, stereotypes, harassment, discrimination dan blaming the victim.