CEO Forum: Membangun Daya Saing Bisnis Sektor Kelautan dan Perikanan

(Selasa, 3 Agustus 2010), CEO Forum menghadirkan Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI : Kabinet Gotong Royong) dengan topik “Membangun Daya Saing Bisnis Sektor Kelautan dan Perikanan”. Otoritas dunia yang sering digunakan untuk melihat indikator-indikator dalam membangun daya saing adalah World Economic Forum (WEF). Dalam WEF indikator pertama membangun daya saing harus memperhatikan basic requirements suatu bangsa yang salah satunya melakukan stabilitas maroekeonomi. Ini berarti fundamental ekonomi menjadi penting dalam membangun daya saing. “Mengetahui permasalahan, melihat potensi dan memetakan strategi itu penting dalam membangun daya saing”, Ujar Pak Rokhmin. Permasalahan diibaratkan sebagai neraka dan keunggulan komparatif diibaratkan sebagai surga.

Akar masalah yang dihadapi negara kita adalah 1) Industri berbasis pengetahuan dan SDA belum dijadikan sebagai competitive advantage; 2) Pertumbuhan ekonomi sangat dominan bertumpu pada sektor finansial dan sektor riil non-tradable, bukan pada sektor riil tradable, 3) Penguasaan dan penerapan teknologi masih rendah, 4) Kualitas SDM lembaga pemerintah, legislatif, dan yudikatif relatif rendah; 5) Lack of Good Governance Practices; 6) Mayoritas pengusaha (swasta) nasional: bermental pedagang (rent seeker), bukan industrial; dan memiliki entrepreneurship, kreativitas, inovasi, dan fighting spirit yang rendah; 7) Kebanyakan rakyat kecil terjebak kemiskinan alamiah, kultural, dan struktural; 8) Connectivity antar pulau masih buruk, 9) Masih menggunakan “united-banking system”, bukan “branch-banking system”; 10) Kebijakan fiskal (APBD dan APBN) yang tidak relevan dengan visi, tujuan, target, dan kebijakan pembangunan; 11) Kebijakan pemerintah ikut dalam Free Trade Agreement (e.g. AFTA dan ACFTA) tidak diimbangi dengan upaya serius dan cerdas (smart) dari pemerintah untuk meningkatkan daya saing produsen (industri) dalam negeri, dan upaya melindungi nya dari praktek “free trade, but unfair trade”; 12) Kebijakan moneter (e.g. suku bunga, nilai tukar rupiah, manajemen ‘hot money’, dan ketiadaan ‘policy banking’) yang tidak pro sektor riil tradable.

Di era globalisasi dan Global Climate Change, suatu bangsa bisa maju, makmur, dan berdaulat, bila ia mampu: mendayagunakan segenap potensi pembangunannya (SDM dan SDA) secara efisien dan optimal guna menghasilkan sustained economic growth; mengembangkan daya saing (competitiveness); membagi “kue ekonomi nasional” (GDP) bagi seluruh rakyat secara adil; dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan. SDA kelautan (terdapat di wilayah pesisir dan lautan) merupakan salah satu potensi pembangunan Indonesia yang besar, yang hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan kata lain SDA kelautan adalah surga yang harus dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, adapun program-program pembangunan perikanan tangkap yang harus dilakukan adalah 1) Pengendalian intensitas penangkapan ikan; 2) Rasionalisasi dan redistribusi jumlah nelayan dan kapal ikan; 3) Modernisasi armada perikanan tangkap; 4) Perbaikan dan pembangunan pelabuhan perikanan sebagai kawasan industri perikanan terpadu; 5) Penguatan dan pengembangan sistem rantai dingin; 6) Penyediaan bahan bakar murah untuk nelayan dan efisiensi penggunaan; 7) Pemberantasan IUU Fishing dan 8) Penanggulangan pencemaran.

 Closing remarks yang disampaikan dalam presentasi ini adalah pernyataan dari Winston Churchill : “The pessimist sees difficulties in every opportunity, the optimist sees opportunities in every difficulty” dan John F. Kennedy : “Ask not what your country can do for you, Ask what can you do for your country”.