Ceo Forum: Pengembangan Sdm Indonesia: Studi Kasus Perusahaan Jepang Di Indonesia

ceo
Berita

Ceo Forum: Pengembangan Sdm Indonesia: Studi Kasus Perusahaan Jepang Di Indonesia

CEO Forum di SB IPB tanggal 6 Januari 2018 untuk kelas E60, E62 dan EK23 kedatangan pembicara tamu Bapak Muhammad Arfian, CEO PT Timur Pratama Teknik.

Jepang menggunakan sistem genba kaizen untuk pengembangan SDMnya. Genba diartikan sebagai tempat yang sebenarnya, tempat di mana kejadian terjadi atau tempat di mana produk, jasa pelayanan dibuat. Karena itu genba terdapat di mana-mana. Kaizen diartikan sebagai penyempurnaan, perbaikan berkesinambungan melibatkan semua orang, baik manajer (pimpinan) dan karyawan dengan biaya yang tidak seberapa.

Perusahaan Jepang di Indonesia yang menjadi responden sekitar 60 persen bergerak di bidang manufaktur, 10 persen bergerak di bidang jasa, dan sisanya di bidang telekomunikasi dan lain-lain. Sedangkan untuk jumlah karyawan perusahaan Jepang adalah 59% : 100 sampai 999 orang, 23% : 10 sampai 99 orang dan 18 % : lebih dari 1000 orang.

Isu yang berkembang pada Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan Jepang adalah sebagai berikut. Pertama, di tingkat eksekutif yaitu membina SDM atau sebagai tangan kanan perusahaan. Kedua, manajerial menengah yaitu mengembangkan SDM yang dapat melaksanakan tugas-tugas manajerial, bukan hanya kepanjangan prestasi sebagai anggota tim. Terakhir, expat Jepang yaitu mayoritas memiliki SDM yang kurang pengalaman di bidangnya.

Adapun kesulitan dalam pembinaan SDM perusahaan Jepang di Indonesia yaitu (1) budaya pembinaan yang terlihat dalam On the Job Training (OJT) dan Off the Job Training dan (2) lingkungan yang melingkupi expat Jepang. Expat Jepang sebagai individual memiliki pengalaman manajemen yang berbeda serta umumnya kesulitan bahasa, saat mereka sudah mulai paham dengan keadaan Indonesia, mereka harus kembali ke Jepang karena biasanya masa tugas hanya 3-5 tahun. Mereka juga memandang SDM Indonesia kurang ahli dalam perencanaan, perkiraan dan melihat kemungkinan jauh kedepan; kurang biasa melakukan setting agenda; dan tidak biasa mengatakan hal-hal yang keras terhadap orang lain, meskipun demikian mereka memandang kekuatan SDM Indonesia yang selalu optimis dalam segala situasi. (Tuti Apriyanti, EK23).