MB-IPB: International Agribusiness Field Trip 2008

(19-25 Oktober 2008) MB-IPB mengadakan field trip ke luar negeri : Thailand – Hongkong – China dalam rangka kegiatan studi banding (Benchmarking) bagi pengembangan manajemen dan bisnis di Indonesia, khususnya pengembangan MB-IPB ke depan. Tema yang diusung dari kegiatan studi banding ini adalah “International Agribusiness Field Trip 2008” yang diikuti oleh para stakeholder MB-IPB sebanyak 37 orang. Tujuan diadakannya field trip ini terlebih untuk menambah wawasan, pengalaman maupun pengetahuan para stakeholder MB-IPB tentang berbagai aktivitas manajemen maupun bisnis di negara lain, serta mampu dijadikan acuan ke depan bagi perbaikan manajemen dan bisnis di Indonesia, terutama MB-IPB. Kegiatan ini diikuti antara lain Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said (Senior Advisor MB-IPB), Ir. Tri Joko Prihanto (Direktur Bank Bukopin), dan Aviliani, SE., MSi (Komisaris Independen BRI). Prof. Dr. Ir. Hermanto, Siregar sebagai Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan serta Dr. Ir. Arif Imam Suroso MSc sebagai Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Komunikasi berkesempatan pula mengikuti kegiatan studi banding ini.

Kegiatan studi banding ini memberikan banyak pengetahuan tentang pengelolaan sektor agribisnis di Indonesia, seperti Suppatra Land yang bergerak pada pengembangan buah-buahan tropis yang dijalankan oleh keluarga Suppatra sendiri di Thailand. Koleksi tanaman buah-buahan yang dimiliki keluarga Suppatra ini ditata rapi berdasarkan yang telah didesain. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya profesionalitas dalam pengelolaan dan penataan kebun pada Suppatra Land sehingga mampu menarik para pengunjung untuk menikmati berbagai buah-buahan yang ada. Suppatra Land ini pun menyediakan transit terminal bagi para pengunjung untuk dapat mencicipi buah-buahan hasil dari kebun Suppatra tersebut. Dr. Arief Daryanto (Direktur MB-IPB) selaku pemimpin rombongan mengatakan bahwa “Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kunjungan ke Suppatra Land adalah keterkaitan penting antara sektor pariwisata dengan sektor agribisnis dan profesionalitas”.

Karakteristik lain dari Thailand yang tidak ketinggalan menggagumkan adalah pengembangan industri rumah tangga yang menganut sistem klaster dengan slogan OTOP (One Tambon One Product), artinya satu kecamatan satu produk unggulan. OTOP yang dikunjungi adalah OTOP kerajinan tangan yang terbuat dari bambu dan telah berkembang sejak 30 tahun yang lalu. Kelebihan ini tidak disia-siakan oleh kerajaan Thailand, kerajaan Thailand memberikan fasilitas kemudahaan dalam hal pembiayaan (bantuan kredit modal dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga pasar) dan pemasaran untuk mendorong percepatan industri rumah tangga bambu tersebut. Sistem klaster yang digunakan OTOP kerajinan tangan ini memberikan beberapa keuntungan antara lain : (1) Meningkatkan daya saing produk, (2) Memahami kebutuhan konsumen dan peluang pasar; (3)Meningkatkan hubungan bisnis; (4) Peningkatan mutu (kelas dunia); (5) Memangkas biaya internal; (6) Joint procurement; (7) Memiliki akses ke lembaga dan pemerintah dan (8) Fasilitas bersama. Namun, Pengembangan OTOP ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari pemerintah dari sisi sistem permodalan, pemasaran dan managemen (rancangan produk).

Dalam kesempatan ini para peserta juga mengunjungi salah satu universitas yang menduduki posisi top ranking di Asia (No 3) dan juga Dunia (No 26) versi THES 2008 yaitu Hongkong University (HKU). HKU adalah universitas tertua yang didirikan pada tahun 1911. Dengan tradisi yang kuat di bidang pendidikan sekaligus penelitian yang dicerminkan dengan motto HKU : “The Great Learning”, maka kunjungan ini memberikan inspirasi dan semangat bagi IPB dalam upaya mencapai world class university.

Para peserta juga mengunjungi Hang Seng Stock Market yang memiliki peran signifikan sebagai salah satu barometer industri keuangan dunia. Hang Seng Stock Market ini berlokasi di Hongkong, dimana kota Hongkong ini dikenal sebagai salah satu propinsi di Republik Rakyat China (RRC) yang mayoritas aktivitas ekonominya ditunjang oleh sektor finansial. Dalam kunjungan ke Hang Seng Stock Market ini peserta mendapatkan penjelasan yang berarti terkait dengan sejarah pasar modal di Hongkong, regulasi yang mengedepankan prinsip kehatian-hatian dan kepercayaan sehingga menjadikan Hang Seng berada pada urutan ke 7 dunia berdasarkan kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar.

Para peserta field trip ini pun tidak lupa berkunjung ke Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd yang merupakan perusahaan agribisnis skala internasional yang bergerak pada agribisnis peternakan. Perusahaan ini merupakan gabungan dua perusahaan besar di China yaitu Beijing Dafa Livestock Co, dan Thailand yaitu : Chia Tai Group pada tahun 1986. Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd menerapkan prinsip contract farming yang mengedepankan prinsip membangun kebersamaan dengan para peternak sehingga dua per tiga dari produk yang dihasilkan merupakan buah kerjasama dengan peternak. Dengan prinsip contract farming ini Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd tetap menekankan pada standar kualitas bagi para peternak. Oleh karena itu, terciptalah simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak baik peternak maupun perusahaan sehingga mampu menghasilkan multiplier effect yang sangat besar. Perusahaan ini memang patut untuk dijadikan Benchmarking bagi pengembangan industri peternakan Indonesia yang ditunjukkan oleh kinerja perusahaan yang telah mencapai standar internasional dengan meraih ISO 9001 dengan elemen keamanan makanan, produk pertanian bebas polusi (HACCP) sejak tahun 1999. Perusahaan juga telah memperoleh penghargaan sebagai “Dual Excellent Foreign Investment Enterprise” di China dan mampu menjadi peringkat tertinggi di Nation’s 500 Largest Join Venture Enterprise.