CEO Forum : Turn Around sebuah Perusahaan Dhuafa Kasus PT. Mitra Kerinci

(Ruang Mahoni, 16/10/2012), CEO Forum menghadirkan Bapak Agung P. Murdanoto, Ph.D (Chief Executive Officer, PT. Mitra Kerinci), dengan mengangkat topik terkait “Turn Around Sebuah Perusahaan Dhuafa Kasus PT. Mitra Kerinci”. Acara CEO Forum ini  langsung dimoderatori oleh Ir. Yudi Setiadi, MM (manajer Divisi Akademik MB-IPB).

Dalam kesempatannya Bapak Agung P. Murdanoto menyampaikan berbagai pengalaman dalam merintis suatu perusahaan maupun dalam berkarier di dunia kerja. Dengan perjalanan karier tersebut beliau dipercayakan menjabat Chief Executive Officer di PT. Mitra Kerinci yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam Tea leaf plantation and processing. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi negara. Dengan mempertimbangkan peranan strategis tersebut selayaknya industri teh nasional dapat berkembang dan menjadi komoditas unggulan.

Perkembangan industri teh tersebut membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam Tea leaf plantation and processing harus dapat bersaing, baik secara nasional maupun internasional. PT.Mitra Kerinci memiliki keunggulan diantaranya memiliki 1.481 ha dengan 80 % lahan memiliki  topografi relatif rata dan ditunjang dengan SDM yang mampu melakukan pemetikan secara manual, dengan gunting petik dan mesin petik.  Sebagai gambaran daya saing agroindustri (Tea) nasionalAgung P. Murdanoto, Ph.D menjelaskan bahwa pada tahun 2009 Indonesia menghasilkan 140,000 tons di bawah Vietnam 160,000 tons, dengan tingkat konsumsi 70.000 ton. Semakin berkembangnya industri ini berdampak positif terhadap World Tea Auction Price Trends yang setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan kebun yang ada, berdasarkan Web Kementerian Pertanian & Data Ditjen Perkebunan(2011), Agung P. Murdanoto menjelaskan bahwa terjadi penurunan area perkebunan. Hal tersebut sangat disayangkan dimana Jabar menyumbangkan 78% dari luas area kebun teh nasional. Dengan menurunnya area tersebut maka berdampak menurunnya jumlah produksi teh nasional.

Masalah tersebut dapat diatasi dengan “menaikkan volume produksi, mendorong kenaikan demand dalam negeri, sekaligus mendorong kenaikan demand luar negeri”, ungkap Chief Executive Officer di PT. Mitra Kerinci tersebut. Beliau juga memperingatkan Penurunan kinerja industri teh nasional bila tidak diselamatkan akan diisi oleh teh Impor sehingga akan mengganggu perkembangan maupun kelangsungan industri agro Indonesia khusunya teh.

Dengan masalah tersebut PT. Mitra Kerinci menyusun strategi peningkatan kualitas maupun kuantitas untuk menyampai sasaran finansial maupun operasional dengan didukung program kerja yang memadai, ungkap  Agung dalam CEO Forum saat itu.