Covid-19 sebuah ‘A blessing in disguise’
Covid-19 sebuah ‘A blessing in disguise’
Beberapa bulan ini Covid-19 menjadi kata yang paling populer. Bagaimana tidak semua merasakan dampak dari Covid-19 ini. Orang kota, orang desa hingga dunia. Bisnis keluarga hingga raksasa semua tak terkecualikan. Semua tatanan dunia yang “seolah-olah” sudah baik, dipenuhi oleh banyak orang dan ilmuwan pintar, dikuasai perusahaan-perusahaan besar dengan teknologi mutakhir serta didukung sistem ekonomi yang konon kabarnya telah mapan. Namun nyatanya semua “ambyar” klo kata alm. Bung Didi Kempot. Semua seolah-olah “terdiam” ketika Covid-19 mewabah. Bukan tanpa upaya namun tak berdaya. Obat belum ada yang menemukan, dampaknya tidak bisa terelakkan. Ada istilah A blessing in disguise dalam kasus ini saya memaknainya sebuah berkah terselubung, berarti sesuatu yang pada awalnya tampak buruk atau tidak menyenangkan, tapi ternyata dibelakang hari, menghasilkan sesuatu yang baik.
Akhir-akhir ini orang mulai menyadari dan konsen terkait beberapa hal berikut ini.
- Kebersihan diremehkan sekarang jadi didahulukan
- Pemerintah yang katanya berdigdaya justru terlihat tanpa daya
- Produk impor yang didewakan, sekarang produk lokal yang dirindukan.
- Kerja di kantor jadi motivator sekarang kerja di rumah jadi penyanggah.
- Minyak mentah jadi lahan basah menjadi seolah olah sampah (tak ada nilainya)
Ada orang bilang bahwa adanya Covid-19 ini menjadi momen menata kembali dunia ini. Tampaknya pendapat tersebut tidak terlalu salah. Tatanan dunia dan negara yang saat ini dinilai mapan justru perlu dipikir ulang eksistensinya. Krisis melanda dimana- mana menandakan ada yang salah dalam menata dunia. Sistem dan gerakan pembaharu mulai muncul menuju titik “keseimbangan baru”
Perubahan tatanan dunia baru akan muncul dengan berbagai kesempatan dan inovasinya. Wabah ini setidaknya harus menyadarkan dan membangkitkan kita. Pemerintah harus sadar bahwa dalam mengelola negara ini haruslah komprehensif dan terintegrasi tidak hanya kaca mata ekonomi dan politik semata tetapi faktor kesehatan, sosial kemasyarakatan, lingkungan, agama, hingga hidup berkeluarga harus jadi pertimbangan secara bersama-sama.
Masyarakat harus semakin sadar akan pentingnya kebersihan. Hal lain yang kita harus sadar dan bersyukur adalah hidup bermasyarakat itu indah, beberapa minggu di rumah tanpa interaksi yang intens sudah sangat membosankan. Saling berbagi manfaat antar sesama ternyata membuat hidup semakin bermakna. Disisi lain kita juga harus sadar bahwa dirumah kita punya keluarga, mereka tetap merindukan kita dirumah. Ternyata di rumah juga bisa produktif. Wabah menyadari kita hidup harus seimbang antara keluarga dengan bermasyarakat.
Bagi pebisnis, wabah menyadari kita bahwa ketidakpastian akan selalu ada. Justru yang pasti adalah ketidakpastian itu. Walau banyak bisnis yang bertumbangan namun adanya wabah ini memberikan kesempatan munculnya bisnis-bisnis baru yang sebelumnya belum atau tidak terpikirkan atau diremehkan. Akan muncul model-model dan jenis bisnis baru sejalan adaptasinya para pebisnis.
Akademisi harus sadar bahwa menuntut dan mengembangkan ilmu itu tiada henti-hentinya. Ternyata ilmu yang ada dan berkembang saat ini baik konsep, metode, sistem dan kepakaran yang berkembang setidaknya belum mampu menjawab apa obat virus ini yang artinya kita harus berusaha terus mencari ilmu sambil harus berani mengevaluasi yang sudah berjalan ini. Alhamdulillah sudah mulai muncul banyak pemikiran dan kepakaran baru akibat adanya wabah penyakit ini yang mudah-mudahan memberikan keberkahan dan keselamatan tidak hanya untuk dunia juga untuk akhirat kelak.
Dapat disimpulkan wabah Covid-19 adalah sebuah A blessing in disguise, dimana disatu sisi wabah ini harus menjadi muhasabah kita dan harus terus berupaya menerima, berusaha dan mencari solusinya. Disisi lain, wabah ini harus dijadikan sebagai sebuah momen terbentuknya “keseimbangan baru” dimana munculnya kebangkitan dan cara baru dalam menata dunia ini dengan tatanan yang benar (redesign the future of the world).
Catatan terakhir dan muara dari semua ini adalah kita harus sadar bahwa kita, masyarakat & negara tidaklah boleh sombong akan yang kita peroleh saat ini, kita harus sadar siapa kita, di atas langit masih ada langit. Ketidakpastian akan terus ada, yang pasti hanya takdir Allah. Kita harus tetap maksimal berusaha sesuai aturan-Nya dan menerima hasilnya dengan bersyukur padanya-Nya