Lokakarya Mata Kuliah Falsafah Sains

Pada hari kamis tanggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan Lokakarya Mata Kuliah Falsafah Sains yang diadakan oleh Sekolah Pascasarjana IPB di Ruang Mahoni Manajemen dan Bisnis IPB. Target dan sasaran dari Lokakarya Mata Kuliah Falsafah Sains ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang sedang mengambil program Doktor, para dosen dan pengelola program Doktor IPB. Dengan adanya Lokakarya Mata Kuliah Falsafah Sains diharapkan dapat mewujudkan persamaan persepsi, visi sekaligus evaluasi untuk dapat meningkatkan mutu dari Mata Kuliah Falsafah Sains itu sendiri. Tujuan Mata Kuliah Falsafah Sains bagi pendidikan pascasarjana, terutama mahasiswa yang sedang mengambil program Doktor adalah 1) pondasi untuk pendidikan dan research S3 dan Doktor sehingga dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana berbagai pengetahuan itu dilakukan sehinggga dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, 2) terjadi proses pencerahan, pemberian arah, berpikir dalam membangun argumen pengetahuan yang sangat baik dan terarah, 3) melakukan penelusuran kebenaran secara shahih melalui validasi maupun dedikasi informasi dan pengetahuan yang diperoleh, 4) dapat memperoleh arahan dalam rangka memperoleh pengetahuan yang maslahat bagi umat manusia, dan 5) dapat belajar mengenai etika di dalam penelitian dan penemuan-penemuan.

Lokakarya Mata Kuliah Falsafah Sains dibagi dalam dua sesi. Moderator untuk sesi pertama adalah Dr. Ir. Arief DaryantoM.Ec dengan pemrasaran, sebagai berikut : 1) Prof. Dr. Zahrial Coto menyajikan tentang pelaksanaan perkuliahan falsafah sains di Sekolah Pascasarjana IPB, 2) Prof. Dr. Conny Semiawan mengemukakan tentang perkembangan fisafat ilmu dan filsafat sosial, dan 3) DrMien Rivai menyampaikan tentang etika dan estetika ilmu pengetahuan. Moderator untuk sesi kedua adalah Prof. Dr. Marimin dengan Pemrasaran, sebagai berikut : 1) Prof. Dr. Edi Guharja menyajikan tentang wisdom, kearifan dan kebenaran ilmu pengetahuan, 2) Prof. Dr. Sjafrida Manuwoto  mengemukakan tetang etika ilmu pengetahuan, 3) Prof. Dr. Abdul Aziz Darwis menyajikan tentang wisdom of science dari perspektif natural sciences dan 4) Prof. Dr. Syafri Mangkuprawira menyampaikan tentang wisdom of science dari perspektif socioeconomics.

Lokakarya ini juga menyajikan pandangan mahasiswa terhadap Mata Kuliah Falsafah Sains sebagai wacana. Perumusan hasil Lokakarya Falsafah Sains disampaikan oleh Dr. Drajat Martianto, antara lain berupa kesepakatan perlunya keseragaman materi perkuliahan dari keragaman keilmuan yang terdapat di IPB, materi yang diberikan diharapkan mencakup sejarah dan perkembangan  imu pengetahuan, kearifan, kebenaran, etika dan estetika, seyogianya mata kuliah Falsafah Sains dapat diberikan tidak hanya kepada program Doktor tetapi diharapkan juga diberikan kepada program Magister dalam bentuk kuliah umum ataupun kuliah khusus pengantar Falsafah Sains dengan substansi yang diintegrasikan dengan Mata Kuliah Metodologi Penelitian, dan mata kuliah Falsafah Sains juga perlu diberikan kepada seluruh program studi, baik yang mempelajari ilmu alam, sosial maupun manajemen dan bisnis. Mata kuliah Falsafah Sains dan Falsafah Bisnis juga perlu diberikan kepada mahasisiwa agar dalam melakukan bisnis memiliki visi dan keilmuan yang senantiasa mencari kebenaran. Dalam Mata Kuliah Falsafah Sains perlu dibuat tujuan pengajaran secara lebih padat dalam bentuk tujuan instruksional umum. Dalam pelaksaanaan Mata Kuliah Falsafah Sains harus menstimulir peningkatan tujuan mahasiswa akan estetika dan menyediakan alat informasi untuk menganalisa kasus pelanggaran etika dan membangun sikap mahasiswa dalam bertindak benar. Dalam pelaksaanaan Mata Kuliah Falsafah Sains perlu memberikan ruang lebih luas untuk diskusi dan kesempatan mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dan menelaah suatu teori. Hasil Lokakarya ini juga mengemukakan teknis penyampaian pengajaran Mata Kuliah Falsafah Sains yang diharapkan lebih menarik dan aktual sesuai fenomena yang ada dengan menerapkan transdispliner.

Pengamat IPB: Kebijakan Pemerintah Soal Minyak Goreng Salah Kaprah

BOGOR  (Pos Kota) –  Kebijakan pemerintah dalam membantu masyarakat miskin dengan tingginya harga minyak goreng, seharusnya membeli minyak goreng sesuai harga pasar dan menjualnya kepada rakyat miskin dengan harga terendah. Bukan menaikkan tarif pajak ekspor Crude Palm Oil (CPO) atau menggelar operasi pasar.

”Kebijakan menaikkan CPO dan menggelar operasi pasar justru meresahkan masyarakat,” ujar Rina Oktaviani, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB di Kampus IPB Baranangsiang. Kebijakan itu adalah tindakan salah kaprah yang mengakibatkan penurunan pendapatan petani sawit dan devisa.

“Biarlah negara menikmati hasil penjualan dari ekspor CPO, tapi jangan menaikkan harga pajak ekspornya,” jelas pengamat IPB ini.

Langkah yang dilakukan pemerintah, lanjut Rina, seharusnya membeli minyak goreng sesuai dengan harga pasar dan menjualnya kepada masyarakat miskin dengan harga rendah. Adanya perbedaan harga harus dibayar pemerintah, bukan seperti saat ini, pengusaha dan petani yang harus membayar.

UNTUK SIAPA?
“Tidak masuk akal, yang berkewajiban menurunkan harga minyak goreng adalah petani kelapa sawit. Jadi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kemarin-kemarin itu, untuk siapa?” tanya dia.

Verifikasi terhadap minyak goreng, kata Rina perlu dilakukan pemerintah sehingga tidak terfokus bahan bakunya dari kelapa sawit saja. Melainkan, manfaatkan tumbuhan yang ada dan dapat dijadikan bahan dasar minyak goreng. “Contohnya kelapa, jagung, kedelai, dan binatang yuyu (sejenis kepiting-red),” tambahnya.

Hermanto Siregar, Direktur Akademik Manajemen & Bisnis IPB, menimpali dengan memberi contoh di negara Malaysia. Di negara itu, telah dilakukan verifikasi terhadap minyak goreng. Di saat bahan komiditi minyak goreng sedang tinggi, misalnya sawit, masyarakatnya tidak panik sebab banyak pilihan untuk memilih minyak goreng dengan harga terjangkau, dari bahan non sawit. “Nah Indonesia juga harus bisa seperti itu di waktu mendatang,” tekannya.
(iwan)

MB IPB dan APMMI Gagas Paradigma Baru Pendidikan Manajemen

Senin, 23 Juli 2007, Program Pascasarjana Manajemen Bisnis IPB bekerjasama dengan Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia (APMMI) menyelenggarakan Semiloka Nasional bertajuk “Komponen Science dan Craft, dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Manajemen”, (18-19 Juli) di Hotel Salak The Heritage, Bogor.

Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir dalam rangka menyusun kurikulum yang telah dilakukan sebelumnya. Semiloka dihadiri sekitar 84 orang peserta, yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang mengampu Program Manajemen, serta peserta lainnya seperti mahasiswa dan pengusaha. Seperti yang dipaparkan Ketua APMMI 2007, Drs. H. Basuki, MCom (Hons),Ph.D, Ak, diperlukan empat dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan manajemen yakni, Art, Soul, Sciencedan Craft. Dari keempat dasar ini diharapkan tercipta paradigma baru dalam pendidikan manajemen,” ujarnya saat mengisi sambutan. Pada kesempatan yang sama pula, Wakil Rektor I IPB/Plh Rektor IPB, Prof. Dr. M.A. Chozin, M.Agr menyatakan dengan adanya globalisasi baik yang bertaraf nasional dan internasional, keberadaan lembaga bisnis dan manajemen merupakan suatu keharusan dalam masyarakat. Diperlukan SDM yang handal dan profesional untuk meningkatkan komponen peluang yang harus ditangkap.

Program Magister Manajemen saat ini lebih membutuhkan sistem pendidikan sekolah bisnis yang lebih bersifat pragmatis dan praktis pada spesialisasi tertentu, sejalan dengan realita bisnis tanpa mengesampingkan relevansi teori, paparnya lebih lanjut saat membuka semiloka. Pesan ini juga disampaikan oleh Menteri BUMN, Dr. Sofyan Jalil, saat menjadi Dinner Speech malam sebelumnya. Seminar yang kemudian dilanjutkan dengan lokakarya nasional: “Komponen Science dan Craft  dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Manajemen” ini menghadirkan keynote addressDirektur Utama Trans TV, Dr. Ishadi SK, M.Sc. Pria yang kerap disapa pak Is ini mempresentasikan harapan perusahaan terhadap kualitas lulusan MM/MBA IPB dan pengembangannya di tempat kerja. Menurutnya, terdapat delapan kunci kesusksesan yang miliki oleh perusahaan yang dinaunginya dalam melatih pegawainya, yakni: No ExcuseNever Give UpNothing Impossible; Full Throttle All the Time; Be Humble, Smile and Science; Patriotic; Be Loyal, dan Beragama, menjunjung tinggi nilai agama dan moral.  Selain delapan kunci itu, pegawai harus mempunyai lima character building, yaitu jujur, kerja keras, IT, entrepreneurs, dan disiplin. Dengan itu kami (trans TV dan Trans 7–red) mampu menjadi televisi dengan rating tertinggi dalam waktu yang cukup singkat sejak berdirinya lima tahun lalu, ujarnya.

Lokakarya ini juga menghadirkan Prof. Jann Hidayat T, yang memaparkan bahasan tentang komponen sciences dalam kurikulum program MM/MBA di Indonesia, sedangkan Dr. Arief Daryanto memaparkan bahasan dengan tema Kurikulum Program MM/MBA dengan Penekanan pada Komponen Pengalaman (Craft) serta Prof. Eriyatno dan Prof. Marimin yang mengetengahkan Penerapan Soft System Methodology (SSM) pada Pendidikan Pascasarjana Manajemen.(zul/nUr)