Prof Noer Azam: AEC Menyatukan Kekuatan ASEAN

Sebagaimana kita ketahui, abad ke-21 ditandai dengan globalisasi dan liberalisasi ekonomi maupun keuangan di seluruh dunia. Proses tersebut menjadi lebih cepat seiring dengan perkembangan Information and Communications Technology (ICT).
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB), Prof Dr Noer Azam Achsani mengatakan, contoh nyata hal tersebut yang dirasakan beberapa tahun terakhir ini  adalah terjadinya krisis subprime mortgage atau sebuah keadaan dimana banyak rumah yang disita yang dimulai dari negara Amerika Serikat pada tahun 2008 serta krisis hutang Eropa tahun 2011. “Dampak kedua krisis tersebut merembet ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Walaupun sebenarnya kita sama sekali tidak bersalah”, ujarnya saat bicara dalam Dialog Pakar di RRI Bogor, Selasa (20/1).
Dikatakan, sejarah menunjukkan bahwa krisis selalu terjadi secara berulang dengan dampak yang semakin besar. “Untuk meredam dampak krisis demikian, pepatah lama mengatakan ‘air besar batu bersibak’. Dalam keadaan air bah atau banjir, batu-batu akan cenderung berkumpul satu sama lain agar tidak hanyut”, tutur Prof Noer Azam.
Menurutnya, di tengah serbuan globalisasi dan liberalisasi perdagangan, mau tidak mau akan muncul blok-blok ekonomi, sebut saja eropa yang telah membentuk Pasar Tunggal Eropa. Begitu pula dengan negara-negara Amerika Utara yang membentuk North American Free Trade Area (NAFTA). Sedangkan, negara Amerika Tengah dan Karibia serta Amerika Latin kini tengah membentuk pola yang sama.
Karenanya, tanpa membentuk blok perdagangan dengan negara tetangga,  akan sangat sulit bagi Indonesia untuk bisa bersaing dengan blok perdagangan lain.  “Oleh karena itu, sangat wajar bila kemudian ASEAN membentuk ASEAN Economic Community atau Komunitas Ekonomi ASEAN yang akan efektif berlaku akhir 2015 ini. AEC akan menyatukan kekuatan ASEAN dengan 530 juta penduduknya ke dalam satu pasar tunggal sebagaimana dalam satu negara,” tuturnya.
Ia menilai, kecenderungan saat ini diarahkan ke ASEAN plus Three dengan memasukkan Jepang, China dan Korea Selatan ke dalam blok ekonomi tersebut. “ASEAN+3 bahkan dianggap sebagai salah satu kutub baru yang bisa menjadi penyeimbang kekuatan USA dan European Union (EU),” tegasnya. (wrw)