Dies Natalis Ke-45 IPB : Orasi Ilmiah Presiden RI SBY

(Selasa,4/11/08) Dies Natalis IPB ke-45 mengundang Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atau yang dikenal SBY untuk menyampaikan Orasi Ilmiah dengan tema “Ekonomi Indonesia Abad 21: Tantangan Globalisasi” yang berlangsung di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Darmaga. Acara ini dihadiri oleh sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu, pejabat dari berbagai Departemen, Gubernur dan Muspida Jawa Barat, serta pejabat pemkab maupun pemkot Bogor. Dari kalangan internal IPB, hadir sejumlah guru besar, Majelis Wali Amanat (MWA), Senat Akademik, (SA), para dosen, pegawai dan mahasiswa.

Acara ini pun dibuka oleh Rektor IPB Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc yang menyampaikan peran dan kontribusi IPB selama ini baik dalam bidang pendidikan maupun pembangunan pertanian di Indonesia. IPB pernah berperan dalam program revolusi hijau, khususnya dalam menginisiasi konsep Bimas. Konsep Bimas tersebut diimplementasikan melalui konsep Koperasi Unit Desa (KUD) dan konsep Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK). Kontribusi IPB pun ditunjukkan melalui penciptaan indikator pengukuran kemiskinan dari Prof. Sajogyo yang kini masih digunakan hingga sekarang. IPB juga menginisiasi penelitian khusus tentang wanita dan mewadahi studi wanita dalam lembaga khusus yang disebut Pusat Studi Wanita (PSW).

Patut dibanggakan “IPB merupakan perguruan tinggi pertama yang menggagas penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDK, yang hingga kini banyak diadopsi berbagai perguruan tinggi di Indonesia”, ujar Rektor. Tidak ketinggalan Program Pascasarjana di IPB adalah program pascasarjana pertama yang diselenggarakan secara terstruktur di Indonesia sejak dekade 1970-an. IPB pun terus menciptakan inovasi-inovasi baru dalam bidang pendidikan tinggi dengan menginisiasi dan mengembangkan kurikulum sistem mayor-minor.

Dalam acara ini Presiden SBY menyampaikan dua hal dalam mengatasi krisis global saat ini yang mampu menyebabkan kepanikan berbagai kalangan. Pertama, beliau menekankan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara maju harus dapat mengatasi krisis keuangan dan mau bertanggung jawab atas berbagai krisis yang timbul akibat bubble economy yang dipraktikan selama ini. Kedua,segenap komponen bangsa harus berupaya mengelola dampak krisis ini.

Presiden SBY mengemukakan dengan tegas bahwa “Tidak ada kamusnya Indonesia ini kekurangan pangan dan terjerat krisis energi. Karena sumberdaya kita seperti minyak, tambang, gas, serta sumberdaya pertanian sangat melimpah”. Beliau berkesimpulan bahwa krisis global yang saat ini terjadi menunjukkan tatanan ekonomi dunia harus segera diperbaiki agar lebih aman, stabil, adil bagi semua bangsa. Akar penyebab krisis diantaranya terjadinya ketimpangan antara negara-negara maju dengan negara-negara miskin. Presiden juga menyinggung betapa besarnya peran Multi National Corporations (MNCs) dalam memetakan ekonomi dunia. Presiden juga mempertanyakan apakah lembaga-lembaga internasional yang dibentuk pasca perang dunia II seperti IMF dan WTO selama ini berhasil mengatasi permasalahan global ataukah hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, Presiden mengajak segenap bangsa untuk mengelola krisis ini menjadi sebuah peluang. “Sumber-sumber investasi dan pendanaan dalam negeri harus lebih kita perkuat. Jangan mengandalkan dana luar negeri, demikian juga, kita harus mengelola pasar dalam negeri. Kalau kita menggantungkan pada pasar ekspor, maka ketika pasar di luar menciut, maka harga-harga komoditas kita akan serta merta anjlog, ” jelas Presiden SBY.

Presiden pun mengatakan bahwa ketahanan pangan dan energi merupakan domain IPB. Ke depan Indonesia dapat mengatasi krisis pangan dan energi akan sangat terbantu dengan pemikiran-pemikiran kritis dari IPB. Presiden menilai ekonomi saat ini sangat tidak berkeadilan. Maka dari itu, Presiden meminta kita menghadapinya dengan rasional dan tidak emosional. Presiden pun menantang munculnya ekonom-ekonom handal dari IPB di masa mendatang.