CEO Forum: Kreativitas Dalam Bisnis Tanaman Hias “Merintis dan Mengelola Agribisnis Florikultura : Suatu Pengalaman”

(Ruang Mahoni MB-IPB, 22/05/2012) CEO Forum MB-IPB menghadirkan Karen Tambayong yang menduduki posisi utama di sejumlah organisasi, seperti Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia, Ketua Umum Yayasan Bunga Nusantara, Sekjen Dewan Hortikultura Nasional, Ketua Komisi Green City International Association Horticulture Producer, serta Komite Tetap Bidang Pengembangan Pasar Pertanian Kadin, dan pendiri Forum Pangan dan Pertanian Indonesia (FPPI). Dalam CEO Forum kali ini Karen Tambayong memaparkan  pengalaman  dalam Merintis dan Mengelola Agribisnis Florikultur yaitu bergerak dalam tanaman bunga/hias.

Beliau menyampaikan hidupnya memang seolah dari bunga, oleh bunga, dan untuk bunga karena terlahir di keluarga yang mencintai tanaman hias. Saat kanak-kanak, beliau sudah diperkenalkan dengan bunga melalui buku bergambar bermacam jenis bunga berbahasa Belanda. Bisnis dimulai ketika melihat tanah yang kosong milik orang tua dan hobi pada tanaman mendorong tenaga ahli ASBINDO (Asosiasi Bunga Indonesia) ini mencoba investasi tanaman hias tepatnya 1994, dengan modal usaha 100 juta, dengan merekrut karyawan 80 orang namun hanya 20 orang yang berkomitmen.

Dengan komitmen yang kuat antara beliau dan karyawan maka mereka mengawalinya dengan bisnis tanaman hias yaitu bunga potong, namun beliau mencoba memilih bunga Snapdragon yang dijadikan peluang bisnisnya, dengan inovasi menangkar benih sendiri sekaligus pembesarannya. “Bunga Snapdragon ini menghidupi kami dari tahun 1994-2011” begitu paparnya. Dimana  Masa pengenalan produk ± 6 tahun baru pada Tahun 2000 – 2010 booming yang membuat produktivitas meningkat.

Beliau memaparkan bahwa pemilihan produk yang kreatif dan inovatif merupakan hal yang penting dalam bisnis, dibarengi dengan komitmen yang kuat. Untuk menjaga hobi dan bisnisnya beliau mengembangkan  alternatif  Produk  yaitu Vertical Garden dimana Sistem dirancang sendiri, Media dibuat sendiri serta tanaman  pembibitan sendiri, maka dengan hal itu akan menekan pengeluaran. Salah satu hal penting dalam bisnis yang bersifat membutuhkan orang banyak maka beliau memiliki cara sendiri yaitu memberdayakan masyarakat di sekitarnya sehingga akan menumbuhkan kepemilikan usaha oleh masyarakat sekitar, dan beliau juga mengungkapkan melakukan pelatihan kepada masyarakat.

Tanaman merupakan salah satu lahan bisnis sehingga memerlukan pemeliharaan intensif dan konsistensi serta berproses sehingga kita akan memahami akan tanaman itu sendiri. Pada kesempatan terakir beliau memberikan tips dalam usaha tanaman hias yaitu kegigihan, kerja keras, kemauan, passion dan fokus. Sedangkan untuk petani pada umumnya agar usaha bisnisnya berkembang harus pandai membaca peluang, kreatif dan inovatif.

Seminar Nasional “Improving Entrepreneurial Ecosystem for Sustainable Business Competitiveness”

Pada tanggal 26 Mei 2012, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) kembali menyelenggarakan acara tahunan berupa penglepasan alumni Program Magister Manajemen (MM) dan Program Doktor Manajemen Bisnis (DMB) Tahun Akademik 2011/2012 di Grand Hyatt Hotel, Jakarta. Pada kesempatan ini MB-IPB melepas 163 orang alumninya yang telah menyelesaikan studi dan lulus dengan baik pada tahun akademik 2011/2012. Diantara 163 orang lulusan tersebut, terdapat 128 orang lulusan MM dan 35 orang lulusan DMB. Dengan demikian hingga saat ini, MB-IPB telah meluluskan 2.756 alumni MM dan 51 alumni DMB sejak berdirinya tahun 1991 untuk berkiprah dan berkarya nyata di masyarakat. Alumni yang telah diluluskan memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari para eksekutif berbagai perusahaan, pegawai pemerintah pusat dan daerah, wirausahawan serta para pelaku usaha.  Jumlah alumni MB-IPB tersebut turut memberikan kontribusi terhadap jumlah alumni IPB secara keseluruhan yang jumlahnya sampai dengan periode wisuda terakhir sudah mencapai 107.470 alumni.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, acara Penglepasan Alumni kali ini juga dibarengi dengan acara seminar nasional. Seminar Nasional kali ini mengangkat tema “Improving Entrepreneurial Ecosystem for Sustainable Business Competitiveness”. Tema tersebut merupakan rangkaian lanjutan dari tema besar mengenai peningkatan daya saing dunia usaha Indonesia yang telah diangkat selama beberapa tahun terakhir oleh MB-IPB dalam setiap Seminar Nasional yang diselenggarakan, yaitu yang diawali dengan studium generale tahun 2006 oleh Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono yang menyampaikan kuliah dengan tema  ”Peningkatan Daya Saing Bisnis dan Iklim Investasi Pada Era Transisi Demokrasi”.  Pada tahun berikutnya (2007) Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia, Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla menyampaikan dalam Keynote Speech-nya yang bertemakan ”Kepemimpinan Bisnis: Salah Satu Kunci Menuju Persaingan Global”. Selanjutnya pada tahun 2008, tema yang diangkat adalah ”Increasing Indonesia’s Competitiveness Through Performance Excellence” dengan keynote speaker Dr. Sofyan Djalil, Menteri Negara BUMN RI. Tema tersebut dilanjutkan pada tahun 2009 dengan menghadirkan Ibu Dr. Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan RI/Plt. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI) sebagai Keynote Speaker yang berjudul ”Building Competitive Advantage in Agribusiness : Lessons from Regional Initiatives”. Pada tahun 2010, Ir. Hatta Rajasa, Menko Bidang Perekonomian RI menyampaikan Keynote Speech-nya yang bertema “Sustainable Business Competitiveness: The Next Challenge”. Terakhir, pada tahun 2011 yang lalu, MB-IPB kembali menyelenggarakan seminar nasional yang masih terkait dengan tema besar daya saing, yaitu “Improving The Enabling Environment For Agribusiness and Agroindustry Competitiveness” dengan keynote speaker yaitu Dr.Ir. Suswono, MM (Menteri Pertanian RI) dan Dr.Ir. Mustafa Abubakar, MSi (Menteri BUMN RI).
Fokus pembahasan dari tema yang diangkat pada Seminar Nasional tahun 2012 ini adalah penciptaan ekosistem kewirausahaan yang berdaya saing tangguh, berkelanjutan serta saling menunjang dan berkesinambungan, yaitu sinergi dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, akademisi, sektor swasta, bank, dan elemen terkait lainnya. Untuk itu pada Seminar Nasional kali ini, MB-IPB mengundang Menteri Keuangan RI yaitu Bapak Agus D.W. Martowardojo sebagai Keynote Speaker sekaligus mewakili dari elemen pemerintah. Menteri Keuangan RI memfokuskan pembahasan pada kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam bidang keuangan untuk mencapai kesinambungan daya saing dalam rangka meningkatkan ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Selain itu Menteri Keuangan RI juga memberikan masukan terkait dengan upaya meningkatkan ekosistem kewirausahaan, termasuk kebijakan di Kementerian Keuangan RI dalam mewujudkan daya saing yang berkelanjutan di tingkat nasional maupun global. Dengan terciptanya Entrepreneurial Ecosystem yang berdayasaing tangguh pada akhirnya akan bermuara pada perekonomian nasional yang kuat dan keberlanjutan, khususnya dalam menghadapi persaingan global.
Selain Menteri Keuangan RI yang mewakili elemen pemerintah, dalam seminar kali ini juga menghadirkan elemen dari sektor swasta atau praktisi usaha, yaitu  Dr(HC).Ir. Arifin Panigoro (Pemilik dan Pendiri MEDCO Group).  Praktisi dari sektor swasta ini diperkaya dengan pembahasan dari sudut pandang unsur akademisi yaitu Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D (Direktur MM FEB UGM) serta Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec (Direktur MB-IPB). Perspektif dari kaca mata praktisi yang diperkuat dengan perspektif dari kalangan akademisi tersebut, selanjutnya melahirkan kesepahaman yang sinergi, serta solusi dalam upaya penciptaan ekosistem kewirausahaan yang tangguh dan kondusif serta berdayasaing.
Dr(HC).Ir. Arifin Panigoro memfokuskan pembahasan materi pada pandangan dari sisi pelaku usaha terkait dengan kondisi ekosistem kewirausahaan yang ada di Indonesia saat ini, serta  pengalaman dan strategi yang telah dijalankan dalam menciptakan perusahaan yang berdayasaing, baik di tingkat nasional maupun global. Lebih lanjut Bapak Arifin Panigoro menyatakan bahwa Indonesia memerlukan populasi wirausaha atau entrepreneur yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Kelompok wirausaha ini ditantang untuk menghasilkan produk, jasa, teknologi, cara pendekatan dan sistem kerja baru yang meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi tantangan di bidang pangan, energi dan lingkungan hidup. Hal tersebut juga harus didukung oleh pemerintah melalui perumusan dan penerapan peraturan, perundang-undangan dan kebijakan yang inovatif. Selain itu, yang tidak boleh dipisahkan adalah tanggung jawab sosial yang juga harus diemban oleh setiap entrepreneur. Keberhasilan suatu perusahaan hendaknya dapat dirasakan sebagai keberhasilan masyarakat tanpa ada yang dikorbankan kepentingan atau kesejahteraannya.
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D dan Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. lebih membahas kepada persepsi dari kalangan akademisi mengenai kondisi ekosistem kewirausahaan saat ini yang ada di Indonesia dan juga dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, juga dibahas mengenai kendala dan permasalahan yang harus dihadapi serta strategi yang dilakukan oleh para pelaku usaha untuk mampu mewujudkan daya saing usaha yang berkelanjutan sehingga pada akhirnya mampu membentuk ekosistem kewirausahaan yang besar dan kuat. Lebih lanjut, kalangan akademisi juga memfokuskan pada enam aspek yang mendukung ekosistem kewirausahaan nasional yang meliputi policy, finance, culture, supports, human capital dan markets. Dengan demikian, ekosistem kewirausahaan yang tumbuh besar dan kuat dari ketiga unsur tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan dayasaing bisnis, sehingga mampu menjadi salah satu penopang perekonomian nasional.

CEO Forum: Application Supply Chain Management in PT Nippon Indosari Corpindo

(Ruang Mahoni, 8/05/2012), CEO Forum MB-IPB menghadirkan Yusuf  Hady (Direktur Operasional PT Nippon Indosari Corpindo), dalam kesempatannya beliau men-sharing penerapan Supply Chain Management (SCM) In PT Nippon Indosari Corpindo.

Dalam proses pemasaran maupun produksi istilah SCM sudah tidak asing lagi mengingat peranan dan fungsi yang besar dalam keberlangungan suatu perusahaan. Dalam acara CEO forum beliau membagi 3 bagian utama yaitu gambaran pasar roti di Indonesia mengingat PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu pabrik roti Indonesia,   pengenalan singkat PT Nippon Indosari Corpindo untuk memudahkan peserta memahami kondisi yang sebenarnya, dan terakhir adalah peranan ataupun penerapan SCM itu sendiri khususnya dalam perusahaan.

Industri terigu merupakan salah satu industri yang potensial karena merupakan bahan baku dalam pembuatan roti, biskuit maupun snack. Tentunya, industri roti  memegang peranan penting sebagai hilirisasi dari industri terigu.Secara pemasaran industri roti akan mendorong terbentuknya toko-toko roti (Bakery) sebagai mediator antara produsen dengan konsumen sehingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Industry Bakery Indonesia dibagi 3 segementasi yaitu home/small 80%, produksi massa 10% dan Boutique Bakery 8-10%.  Dalam pelaksanaan produktivitasnya PT Nippon Indosari Corpindo khususnya dalam menghasilkan Bakery (Products) dibutuhkan supply chain management untuk menghasilkan karakteristik bakery yang bagus. Dalam kesempatan tersebut beliau menjelaskan SCM  is to oversee the materials, information, and finances as they move in a process from supplier to manufacturer to wholesaler to retailer to consumer.
Supply chain management involves coordinating and integrating these flows both within and among companies. Supply chain management is a set of approaches used to efficiently integrate suppliers, manufacturers, warehouses, and customers so that merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations, and at the right time in order to minimize system wide costs while satisfying service-level requirements.

Dalam pelaksanaan SCM dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang meliputi yaitu : 1) bagaimana
SCM dapat berkolaborasi dan berbagi informasi (Collaboration), 2) teknologi yang digunakan (Technology), 3) keunggulan fungsional (Functional Excellence) dan  4) proses & standarisasi supply chain (Processes & metrics ensuring standardization along the chain ). Dalam kesempatan terakhir beliau menekankan bahwa  “Supply Chain Management should be conducted by Management of the company and should be a target for winning of the competition “ , Supply Chain Management harus dilakukan oleh seluruh stakeholder yang terkait dan harus menjadi target untuk memenangkan kompetisi persaingan bisnis.

Kunjungan Program Pascasarjana Universitas Medan Area ke MB-IPB

Sebanyak 30 mahasiswa Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Medan Area (PPs UMA) melaksanakan field trip ke Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor, Kebun Cikahuripan PT. Momenta Agrikultura dan Budidaya Jamur Tiram CV Asa Agro Corporation pada Rabu-Minggu (25-29 April 2012). Kunjungan tersebut bertujuan sharing wawasan dan pengalaman dalam kuliah umum serta melihat budidaya hortikultura dan jamur tiram.

ROMBONGAN mahasiswa Magister Agribisnis PPs UMA ini dipimpin Direktur PPs UMA Prof Dr. Ir. Hj. Retna Astuti Kusmawardani MS, Wakil Direktur I PPs UMA Ir. Erwin Pane MP, Ketua Program Studi (Prodi) Magister Agribisnis PPs UMA Ir. E. Harso Kardhinata MSc dan Sekretaris Prodi Magister Agribisnis PPs UMA Ir. Abdul Rahman MSi.

Kuliah Umum yang berlangsung selama satu hari penuh disampaikan oleh para praktisi agribisnis maupun guru besar MB-IPB, terdiri dari Bapak Ir. Danny K. Rusli (Presiden Direktur PT. Momenta Agrikultura), Prof.Dr.Ir. Bungaran Saragih, M.Ec (Mantan Menteri Pertanian RI), Prof.Dr.Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc (Guru Besar IPB Bidang Perilaku Konsumen) serta Prof.Dr.Ir. Hermanto Siregar, M.Ec (Guru Besar IPB Bidang Ilmu Ekonomi/Wakil Rektor IPB BIdang Sumberdaya dan Pengembangan).

Di sela acara Kuliah Umum, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/Mou) antara Direktur PPS UMA dengan Direktur MB-IPB (Dr.Ir. Arief Daryanto, M.Ec) dan disaksikan oleh Wakil Rektor IPB Bidang Sumberdaya dan Pengembangan.