Agribusiness Field Trip ke Kampung 99 Pepohonan

MB-IPB mengadakan agribusiness field trip ke ”Kampung 99 Pepohonan” di  Desa Meruyung, Cinere, Depok, Jawa Barat untuk kelas R40 yang berlokasi dekat dengan kawasan religi Masjid Kubah Emas pada hari Kamis lalu tanggal 20 November 2008. Kampung 99 Pepohonan merupakan salah satu kawasan kampung yang dijadikan lahan hunian yang asri dengan basic farming dan botanical forest. Kawasan agrowisata ini memiliki luas sekitar 5 (lima) hektar dan dijadikan sebagai ikon bagi kampanye Go Green di Indonesia. Kawasan ini pun dikenal juga sebagai kampung pepohonan atau kampung Rusa, karena di tempat ini terdapat  beberapa ekor rusa jenis timorensis. Kegiatan di kampung ini tidak terlepas dari alam, mulai dari beternak kambing/domba/sapi, menangkap ikan, menanam pohon, menanam padi, sayuran, dan membuat roti. Dengan kata lain kegiatan kampung ini menjalankan konsep gaya hidup organik dan kembali ke alam (Back to Nature). Kampung 99 ini juga melarang menebang pohon, memetik daun, membuang sampah sembarangan, terlebih sampah plastik, baik bagi para penghuni maupun para pengunjung. Bahkan para penghuni sendiri dilarang untuk merokok sehingga dapat terus menjaga lingkungan asri dan udara yang segar.

Adapun nama Kampung 99 Pepohonan berasal dari jumlah pohon jati putih yang ditanam murid sebuah taman kanak-kanak saat outbound tiga tahun lalu sebanyak 99 pohon. Sembilan puluh sembilan pohon tersebut kini diabdikan menjadi nama kampung ini. Pada awalnya kawasan ini tidak diniatkan sebagai tempat wisata, melainkan sebagai kompleks hunian keluarga yang ramah lingkungan. Kampung ini memproduksi sendiri seluruh kebutuhan pangan sehari-hari seperti beras organik, daging, pupuk, roti tanpa pengawet, keju, susu, madu, sayur-mayur, yogurt, dan ikan. Kampung ini tidak hanya mengkonsumsi semua makanan yang alami, tetapi mereka juga membangun hubungan sosial dengan pola baru. Hubungan antartetangga dibangun atas dasar keterbukaan dan kolektivisme. Dalam menjaga konservasi ekosistem, kampung ini menerapkan pembuangan limbah rumah tangga dengan merancang “sistem satu laundry, satu dapur, dan satu sumur”. Kegiatan mencuci pakaian dipusatkan di rumah seorang penghuni yang dekat dengan Sungai Pesanggrahan dan kegiatan memasak dilakukan dengan menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari ranting atau dahan pohon yang berguguran dan dipusatkan di rumah penghuni lain yang gemar memasak. Dalam kampung ini pun setiap penghuni bebas untuk mengembangkan ide, minat, dan potensi untuk membuat kehidupan di kampung kecil ini semakin lengkap. Hingga masyarakat luas mulai mengenal kampung 99 dan kini terbuka untuk umum sejak tahun 2005. Kampung wisata 99 juga menjual berbagi macam produk hasil pertanian dan kebun sendiri seperti yogurt, beras organik, daging, madu, cuka apel, ikan, dan sayuran yang sudah mulai dijual ke luar.

Kegiatan menanam di kampung ini akan terus dilakukan dan inovasi pun terus dikembangkan serta tidak lupa selalu memberikan himbauan baik kepada para penghuni maupun pengunjung untuk tetap menanam pohon. Bahkan Kampung 99 Pepohonan ini dijadikan contoh bagi jenis perumahan yang ada di kota-kota besar agar meniru gaya hidup komunitas ini dalam menghargai alam sekitar. Dengan konsep hunian yang alami dan sehat melalui pendirian kampung hijau, hidup secara organik serta dapat memenuhi kebutuhan sendiri maka akan membentuk kehidupan masyarakat yang sehat, seperti membangun surga di Meruyung.