Silver

Mahasiswa Sarjana SB-IPB Raih Penghargaan Silver Medalist pada National Business Plan Competition (NBPC) 2 2023

Selamat kepada Putri Uswatun Hasanah THP 58, Ziyad Muhammad Imani SB 57, Az Zahra Andriend Mubarak THP 57, Ghea Nur Haliza THP 57 atas penghargaan silver medalist pada Perlombaan National Business Plan Competition (NBPC) 2 2023. National Business Plan Competition (NBPC) 2 2023 merupakan lomba perencanaan Bisnis tingkat nasional yang terdiri dari 2 bidang, yaitu Bidang Soshum dan Saintek. Tim SB mengikuti lomba bidang Saintek. Jumlah tim yang mengikuti lomba ini sebanyak 55 tim dari lebih dari 20 universitas di seluruh Indonesia. NBPC diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Selingkup Matematika FMIPA Universitas Negeri SurabayaUniversity

UNU

Pentingnya Pendidikan dan Budaya dalam Mendukung Strategi Pembangunan yang Berkelanjutan (Kunjungan Mahasiswa Doktoral Sekolah Bisnis IPB ke Jepang)

Mahasiswa Doktor Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB) memperoleh kesempatan istimewa
untuk mengunjungi United Nations University (UNU) di Tokyo pada tanggal 18 Mei 2023.
Lembaga ini memiliki misi untuk berkontribusi dalam mengatasi tantangan global terkait
keberlanjutan, pembangunan, dan kesejahteraan manusia melalui penelitian dan pendidikan
kolaboratif.

Selama kunjungan tersebut, mahasiswa disambut oleh Dr. Kensuke Fukushi, Academic
Programme Advisor di UNU-IAS, yang memberikan pemaparan mengenai misi dan peran
UNU-IAS (United Nations University Institute for the Advanced Study of Sustainability). Sesi
ini memberikan wawasan berharga kepada para mahasiswa mengenai program-program dan
strategi yang dijalankan oleh UNU-IAS, terutama dalam konteks kemajuan penelitian dan
pendidikan keberlanjutan.

Selain itu, mahasiswa program DMB juga mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi
dengan mahasiswa pascasarjana UNU mengenai topik “Globalisasi dan Keanekaragaman
Budaya: Bagaimana Menavigasi Perbedaan Menuju Keberhasilan yang Berkelanjutan”.
Diskusi ini membahas isu-isu seputar tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat kita
dalam hal keberlanjutan dan pembangunan global; bagaimana menavigasi perbedaan budaya
dan politik untuk mencapai tujuan bersama; dan bagaimana menentukan fokus area terpenting
untuk pembangunan berkelanjutan dalam beberapa tahun mendatang. Sesuai namanya, sesi
interaktif tersebut memberikan platform bagi para mahasiswa untuk bertukar ide, berbagi
pengalaman, serta menjelajahi peluang dan tantangan yang terkait dengan globalisasi dan
keanekaragaman budaya dalam konteks pembangunan berkelanjutan.

Dalam diskusi tersebut, mahasiswa menyoroti pentingnya kolaborasi dan kemitraan
antara berbagai institusi dan lembaga untuk memajukan agenda global. Namun, agenda global
saja belum cukup, komunitas global juga perlu didukung oleh kerangka kerja dan pedoman
sebagai instrumen untuk implementasi dalam mencapai tujuan bersama, yaitu keberlanjutan.
Selain itu, peserta diskusi juga menyadari bahwa pendidikan merupakan instrumen penting dan
paling kuat dalam mentransformasikan nilai-nilai keberlanjutan bagi generasi mendatang dan
untuk memastikan bahwa kehidupan manusia berkembang dengan cara yang lebih
berkelanjutan, terutama dalam mendorong perubahan sikap positif individu menuju gaya hidup
yang keberlanjutan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana yang efektif untuk
mentransformasikan nilai-nilai seperti kolaborasi, keanekaragaman budaya, dan pembelajaran
untuk hidup bersama sebagai modal dasar dalam mencapai tujuan keberlanjutan tersebut.
Pada kesempatan tersebut, para mahasiswa juga mendorong komunitas global untuk
mengkaji kembali nilai-nilai budaya lokal dan kearifan lokal dalam konteks keberlanjutan.

Kearifan lokal masyarakat adat dalam pelestarian alam disadari telah memainkan peran penting
dalam melindungi keanekaragaman hayati planet ini dan kesehatan keseluruhan ekosistem.
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman budaya yang kaya, memiliki banyak
kearifan lokal yang telah terbukti berkontribusi dalam menjaga keseimbangan alam dan
lingkungan hidup. Misalnya filosofi Tri Hita Karana yang diterapkan dalam sistem irigasi
Subak di Bali merupakan sebuah praktik dari sistem manajemen air yang berkelanjutan.
Contoh lain adalah kearifan lokal suku Dayak di Kalimantan yang telah menjalankan sistem
adat melindungi hutan dan sumber daya alam secara berkelanjutan. Melalui pengenalan dan
pengakuan nilai-nilai budaya lelehur, kita dapat menggali solusi yang berkelanjutan untuk
tantangan lingkungan dan keberlanjutan.

Dalam diskusi tersebut disimpulkan bahwa penting bagi masyarakat global untuk
memahami dan menghargai kearifan lokal karena nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber

inspirasi dan panduan dalam merancang strategi bisnis berkelanjutan di masa depan. Dengan
mengintegrasikan kearifan lokal dan budaya indigenous dalam pendekatan pembangunan
berkelanjutan, kita dapat mencapai tujuan yang l
ebih komprehensif dan harmonis dalam
menjaga planet ini bagi generasi mendatang.

Kunjungan ke UNU merupakan bagian dari mata kuliah Eksposur Internasional Bisnis
dan Manajemen (EIBM) yang wajib diikuti oleh mahasiswa Program DMB. EIBM menjadi
landasan utama untuk mewujudkan orientasi global mahasiswa melalui kegiatan merancang
dan mengikuti studi internasional. Mata kuliah ini dirancang sebagai salah satu penopang
dalam mewujudkan visi SB-IPB dalam mencetak pemimpin bisnis dan ilmuwan yang memiliki
semangat kewirausahaan, fokus keberlanjutan, dan orientasi global. Kunjungan dengan tema
“Strategi Bisnis Berkelanjutan: Kunci Sukses Jepang dalam Menghadapi Tantangan dan
Memenangkan Persaingan Global” dilakukan selama 6 hari, mulai dari tanggal 14 hingga 19
Mei 2026.

Selain mengunjungi UNU, 32 mahasiswa doktoral yang dipimpin oleh Dr. Nimmi
Zulbainarni juga berkesempatan mengunjungi Tokyo University of Agriculture (Tokyo
Nodai), Japan International Cooperation Agency (JICA), Ministry of Agriculture, Forestry, and
Fisheries of Japan (MAFF), Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Yamaha
Kakegawa Factory, serta beberapa industri dan pusat bisnis lainnya di Jepang. (DEE)

Untitledff

CEO Forum: Parastatal Pangan di Asia

Sekolah Bisnis IPB University menyenggarakan CEO Talk & Entrepreneurial Development Forum (20/08)  yang menghadirkan narasumber Prof Riset M. Husein Sawit, PhD dari Forum Komunikasi Profesor Riset Kementan. Beliau adalah peneliti utama di bidang ekonomi pertanian pada kelompok peneliti di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. CEO Forum merupakan bagian dari Kelas Kapita Selekta Manajemen Bisnis (KSMB) yang wajib bagi Program Studi Magister Manajemen dan Bisnis angkatan R60.

Dalam CEO Forum kali ini  bertema “Parastatal Pangan di Asia: Antara Aktivitas Bisnis VS Kewajiban Pelayanan Publik (PSO)”. Parastatal pangan adalah lembaga semi pemerintah dengan tugas melaksanakan aktivitas pemasaran publik. Di Asia dikenal dengan “Food Price Policies” dengan tujuan memberikan intensif harga untuk produsen dan memberi sejumlah perlindungan terhadap konsumen. Indonesia juga melakukan aktivitas parastatal, dimana lembaga pelaksana adalah BULOG dengan komoditas bahan pangan (beras, kedelai, jagung).