CEO Forum: Perkembangan Ekonomi Syariah Tahun 2009: Suatu Tinjuan Kritis

Ekonomi syariah saat ini sedang menjadi perbincangan yang sangat hangat di tengah-tengah krisis keuangan yang terjadi. Kehancuran pasar finansial Amerika Serikat (AS) saat ini disebut-sebut akan mendorong penguatan ekonomi syariah. Dengan fenomena tersebut, maka CEO Forum kali ini menghadirkan Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP sebagai salah satu pakar ekonomi syariah yang menjabat President Director KARIM Business Consulting untuk menyampaikan tentang “Perkembangan Ekonomi Syariah Tahun 2009 : Suatu Tinjuan Kritis”. Acara ini seperti biasa berlangsung pada pukul 10.00-12.00 WIB di ruang mahoni MB-IPB. Presentasi diawali dengan penjelasan beliau mengenai proses terjadinya krisis keuangan di AS dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh audience. Beliau menjelaskan bahwa krisis finansial AS berawal dari subprime mortgage, yang terjadi karena kegagalan debitur membayar utang.  Pemicu besarnya dampak subprime mortgage adalah banyaknya tahapan sekuritisasi surat utang oleh berbagai lembaga keuangan AS.

Beliau menyampaikan bahwa kondisi dunia yang seperti ini menggambarkan kegagalan dari sistem ekonomi kapitalis untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan dunia. Lain halnya dengan ekonomi islam yang menerapkan bahwa setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari unsur-unsur spekulatif, riba, ghararmajhûldharar, mengandung penipuan, dan yang sejenisnya. Terdapat tiga hal yang menjadi acuan (rukun)  dalam ekonomi islam, yaitu pertama harus ada para pihak, sehingga tidak akan terjadi hemaphrodite economickedua  tidak akan terjadi buble economy, karena berprinsip ma’kud alaih, ”ada uang ada barang”. Artinya sistem ekonomi Islam hanya membolehkan penyaluran dana kredit atau pembiayaan bila memang ada aset yang dijadikan dasar transaksi (underlying), dan juga tidak memperbolehkan adanya instrumen derivatif.  Mengutip dari pernyataan Al-Ghazali yang mendefinisikan bahwa uang adalah barang atau benda yang berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan barang lain. Benda tersebut dianggap tidak mempunyai nilai sebagai barang (nilai intrinsik). Oleh karenanya, ia mengibaratkan uang sebagai cermin yang tidak mempunyai warna sendiri tapi mampu merefleksikan semua jenis warna.

Ketiga, sistem ekonomi syariah harus adanya kesepakatan (fair economic transaction) sehingga tidak terjadi kecurangan yang pada gilirannya akan meningkatkan volume perdagangan, menurunkan risk premium dan besaran economic conjucture. Perkembangan sektor finansial harus diiringi dengan perkembangan sektor riil. Keberadaan sektor keuangan pada dasarnya hanyalah aktivitas yang mendorong aktivitas ekonomi produktif, dimana transaksi-transaksi keuangan selalu bersandar sekaligus bermuara pada transaksi barang dan jasa.

Krisis ini memberikan pelajaran berharga bahwa pertumbuhan yang didasarkan pada pasar finansial dari ekonomi konvensional pada akhirnya tidak akan menciptakan keadilan dan kesejahteraan manusia. Fenomena ini memberikan kesempatan yang lebih baik bagi sistem ekonomi syariah untuk terus tumbuh. Namun, beliau mengutarakan masih banyak tantangan dan hambatan pengembangan sistem ekonomi islam di dunia, khususnya di Indonesia. Tantangan dan hambatan tersebut harus dapat disikapi dengan pikiran yang cerdas dan terus mengembangkan inovasi produk-produk syariah.

Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah Khususnya Pedesaan Berbasis Sektor Pertanian

(Kamis, 20/11/08), Klinik Konsultasi Kredit (K3) bekerjasama dengan IWAPI Kabupaten Bogor dan didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor menyelenggarkan acara saresehan yang bertema ”Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah Khususnya Pedesaan Berbasis Sektor Pertanian yang Berwawasan Lingkungan untuk Penanggulangan Kemiskinan serta Pengangguran Sarjana” yang berlangsung pukul 09.00-13.00 WIB di ruang mahoni MB-IPB. K3 merupakan badan otonom di bawah Kadin Kabupaten Bogor yang dibentuk sebagai implementasi kerjasama Kadin Indonesia, Bank Indonesia, Masyarakat Enterpreneur (MEI) bekerjasama dengan IWAPI Kabupaten Bogor, dan Institut Pertanian Bogor. K3 ini dibentuk dengan 3 (tiga) tujuan utama, yaitu : 1) meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM dan pertanian; 2) mengurangi pengangguran pemuda dan sarjana; dan 3) konservasi lingkungan. Acara sarasehan ini bertujuan untuk membangun paradigma dan komitmen stakeholder terkait beserta masyarakat dalam pembangunan perekonomian daerah melalui UMKM dan pertanian serta pola partisipasi dalam kegiatan konservasi lingkungan. Dalam acara ini Dirjen Pendidikan Informal dan Non Formal diundang untuk menyampaikan keynote speech dengan tema ”komitmen dan program Ditjen Pendidikan Informal dan Non Formal Depdiknas RI bersinergi dengan dunia usaha dalam menyiapkan wirausahawan desa membangun ekonomi daerah untuk kebangkitan ekonomi bangsa”.

Acara saresehan ini menghadirkan 4 (empat) narasumber dari berbagai lembaga antara lain pertama, Bappeda Kabupaten Bogor untuk menyampaikan tema ”Kebijakan pemerintah daerah terhadap UKM berkaitan dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah 2005-2025”. Kedua,Kadin Indonesia untuk menyampaikan materi tentang ”Menumbuhkan kemandirian ekonomi bagi masyarakat petani pedesaan melalui kemitraan usaha dengan budidaya”. Ketiga, LPPM-IPB yang menyampaikan topik tentang ”Peran perguruan tinggi dalam kegiatan pengabdian masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan”. Dan keempat, APJI Kabupaten Bogor yang memberikan penjelasan tentang ”Peran APJI dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, serta konversi lingkungan. Dengan adanya acara sarasehan ini diharapkan akan terciptanya kemitraan usaha yang terintegrasi dan berkelanjutan antara petani dan pengusaha, terbentuknya bursa pertanian yang menguntungkan petani dan pengusaha, termotivasinya pelajar dan mahasiswa untuk menjadi wirausahaan baru dan berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi pedesaan serta dijadikan sebagai masukan dan rekomendasi kepada Kadin Kabupaten Bogor untuk disampaikan dalam Munas Kadin Indonesia 20-22 Desember 2008.

Agribusiness Field Trip ke Kampung 99 Pepohonan

MB-IPB mengadakan agribusiness field trip ke ”Kampung 99 Pepohonan” di  Desa Meruyung, Cinere, Depok, Jawa Barat untuk kelas R40 yang berlokasi dekat dengan kawasan religi Masjid Kubah Emas pada hari Kamis lalu tanggal 20 November 2008. Kampung 99 Pepohonan merupakan salah satu kawasan kampung yang dijadikan lahan hunian yang asri dengan basic farming dan botanical forest. Kawasan agrowisata ini memiliki luas sekitar 5 (lima) hektar dan dijadikan sebagai ikon bagi kampanye Go Green di Indonesia. Kawasan ini pun dikenal juga sebagai kampung pepohonan atau kampung Rusa, karena di tempat ini terdapat  beberapa ekor rusa jenis timorensis. Kegiatan di kampung ini tidak terlepas dari alam, mulai dari beternak kambing/domba/sapi, menangkap ikan, menanam pohon, menanam padi, sayuran, dan membuat roti. Dengan kata lain kegiatan kampung ini menjalankan konsep gaya hidup organik dan kembali ke alam (Back to Nature). Kampung 99 ini juga melarang menebang pohon, memetik daun, membuang sampah sembarangan, terlebih sampah plastik, baik bagi para penghuni maupun para pengunjung. Bahkan para penghuni sendiri dilarang untuk merokok sehingga dapat terus menjaga lingkungan asri dan udara yang segar.

Adapun nama Kampung 99 Pepohonan berasal dari jumlah pohon jati putih yang ditanam murid sebuah taman kanak-kanak saat outbound tiga tahun lalu sebanyak 99 pohon. Sembilan puluh sembilan pohon tersebut kini diabdikan menjadi nama kampung ini. Pada awalnya kawasan ini tidak diniatkan sebagai tempat wisata, melainkan sebagai kompleks hunian keluarga yang ramah lingkungan. Kampung ini memproduksi sendiri seluruh kebutuhan pangan sehari-hari seperti beras organik, daging, pupuk, roti tanpa pengawet, keju, susu, madu, sayur-mayur, yogurt, dan ikan. Kampung ini tidak hanya mengkonsumsi semua makanan yang alami, tetapi mereka juga membangun hubungan sosial dengan pola baru. Hubungan antartetangga dibangun atas dasar keterbukaan dan kolektivisme. Dalam menjaga konservasi ekosistem, kampung ini menerapkan pembuangan limbah rumah tangga dengan merancang “sistem satu laundry, satu dapur, dan satu sumur”. Kegiatan mencuci pakaian dipusatkan di rumah seorang penghuni yang dekat dengan Sungai Pesanggrahan dan kegiatan memasak dilakukan dengan menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari ranting atau dahan pohon yang berguguran dan dipusatkan di rumah penghuni lain yang gemar memasak. Dalam kampung ini pun setiap penghuni bebas untuk mengembangkan ide, minat, dan potensi untuk membuat kehidupan di kampung kecil ini semakin lengkap. Hingga masyarakat luas mulai mengenal kampung 99 dan kini terbuka untuk umum sejak tahun 2005. Kampung wisata 99 juga menjual berbagi macam produk hasil pertanian dan kebun sendiri seperti yogurt, beras organik, daging, madu, cuka apel, ikan, dan sayuran yang sudah mulai dijual ke luar.

Kegiatan menanam di kampung ini akan terus dilakukan dan inovasi pun terus dikembangkan serta tidak lupa selalu memberikan himbauan baik kepada para penghuni maupun pengunjung untuk tetap menanam pohon. Bahkan Kampung 99 Pepohonan ini dijadikan contoh bagi jenis perumahan yang ada di kota-kota besar agar meniru gaya hidup komunitas ini dalam menghargai alam sekitar. Dengan konsep hunian yang alami dan sehat melalui pendirian kampung hijau, hidup secara organik serta dapat memenuhi kebutuhan sendiri maka akan membentuk kehidupan masyarakat yang sehat, seperti membangun surga di Meruyung.

CEO Forum: Managing Business in Crisis

(Selasa, 11/11), Dalam kesempatan kali ini CEO Forum mengundang Dr. Bambang Bhakti, President Director PT. Merpati Airlines untuk menyampaikan materi “Managing Business in Crisis“ didasarkan pada pengalaman beliau sendiri dalam memimpin perusahaan. Berdasarkan ringkasan kami, presentasi ini diawali dengan penjelasan beliau tentang asal muasal kebangkrutan PT. Merpati Airlines. PT. Merpati merupakan salah satu maskapai penerbangan milik BUMN yang menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan angkutan udara di tanah air dan pertama kalinya yang menyelenggarakan  perhubungan udara ke Indonesia bagian timur sehingga Merpati Airlines dikenal sebagai pelopor rute penerbangan perintis sekaligus dijuluki sebagai “Pemersatu NKRI”.  Maka dari itu, tidak heran bila masyarakat Indonesia tetap ingin mempertahankan maspakai penerbangan Merpati ini. Komitmen yang kuat untuk mempertahankan eksistensi Merpati Airlines merespon para stakeholder untuk menerapkan program penyelamat Merpati. Sejauh ini perubahan terus berlangsung dan Merpati terus berbenah diri. Beliau menjelaskan sejumlah langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dalam menghadapi krisis di tubuh PT. Merpati Airlines, antara lain : pertama, melakukan komunikasi dengan baik kepada para karyawan baik melalui briefing,  pesan (SMS) dan mass-media update sehingga memberikan semangat dan etos kerja yang tinggi dalam kinerja perusahaan. Dengan komunikasi yang baik maka seluruh elemen perusahaan dituntut selalu berpikir dan bekerja untuk kepentingan Merpati. Kesamaan visi dan misi dalam berpikir dan bertindak sangat diperlukan. Kedua, melakukan rekstrukturisasi organisasi dengan sistem top-down sehingga menciptakan proses bisnis (business process) di tubuh Merpati menjadi lebih pendek. Ketiga, melakukan relokasi perusahaan untuk memperkecil kantor agar birokrasi menjadi kecil. Keempat,  manajemen perlu melakukan relokasi karyawan, dimana staf di kantor yang jumlahnya banyak dipindahkan ke bagian penjualan (sales). Kelima, upaya untuk meningkatkan penerimaan (revenue) Merpati. Indikasinya dapat dilihat dari penjualan tiket Merpati sendiri.

Keenam, membuat langkah yang tepat dalam menekan biaya operasional Merpati. Terlebih, saat ini harga minyak dunia semakin tinggi sehingga akan tentu berimbas pada dunia penerbangan, karena bahan bakar digunakan dalam jumlah yang sangat besar. Ketujuh, Merpati mempunyai tekad untuk memperhatikan lebih detail lagi unsur-unsur dalam kesiapan armada penerbangan, baik yang sifatnya utama maupun pendukung dalam masalah keselamatan penerbangan. Kedelapan,masalah teknologi sangat penting diperhatikan oleh setiap maskapai penerbangan, termasuk Merpati Airlines karena menyangkut kelayakan terbang dari maskapai itu sendiri sehingga dapat meminimalkan gangguan teknis yang terjadi ketika tinggal landas, mengudara, maupun saat mendarat. Kesembilan, menerapkan proses kebijakan industrial pada perusahaan. Strategi-strategi ini akan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Strategi penyelamatan Merpati juga tidak terlepas dari konsistensi PT. Merpati Airlines yang tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan setianya, meliputi peran dan tanggung jawab yang memadai dari karyawannya. Namun, segala sesuatu yang telah berjalan baik dalam kinerja perusahaan Merpati akan terus dipertahankan.

Beliau optimis Merpati mampu bangkit ke arah yang lebih maju, walaupun menghadapi berbagai tantangan ke depan. Hal ini didasarkan Merpati telah memiliki pasar, strategi dan standar sendiri dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat di dunia perhubungan udara nasional. Selain itu, secara organisasi, Merpati juga memiliki unit bisnis strategis yaitu Merpati Training Centre (MTC) dan Merpati Maintenance Facility (MMF). Dengan unit bisnis MTC yang ada tersebut dilakukanlah pelatihan (training) bagi awak kabin, kru pesawat, maupun pelatihan teknis dan komersial. Sementara unit bisnis MMF mampu melakukan pekerjaan besar seperti overhaul berbagai jenis pesawat antara lain DHC-6 Twin Otter, memeriksa Fokker F-27, F-28, F-100, dan Boeing seri 737/200, bahkan negara-negara Philpina dan India melakukan maintenance pesawatnya di unit bisnis ini. Oleh karena itu, Merpati Airlines masih memiliki peluang besar untuk maju dan bersaing di dunia perhubungan udara tanah air.

Ringkasan CEO Forum: Pengelolaan Pelanggan dalam Upaya Mempertahankan Market Leader

CEO Forum kali ini menghadirkan Ir. Yuary Farradia, MSc, Direktur PT. Rentokil Indonesia yang memaparkan bagaimana trik-trik PT. Rentokil Indonesia mengelola pelanggan dalam upaya mempertahankan market leader. Acara ini berlangsung seperti biasanya pada pukul 10.00-12.00 WIB di ruang mahoni MB-IPB. PT. Rentokil Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa komersial untuk pengendalian hama (pest control). Perusahaan Rentokil International tersebar di lebih dari 40 negara di dunia, salah satunya di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1969 dan pada saat ini telah tersebar di 14 kota besar di Indonesia.

PT. Rentokil menawarkan pelayanan PEST (Prevention, Exclusion, Sanitation and Treatment) yang bermitra dengan pelanggan di banyak sektor sehingga tidak dipungkiri keloyalitasan pelanggan dalam mempergunakan pelayanan PT. Rentokil ini hingga mencapai 30 tahun. Adapun upaya yang dilakukan PT. Rentokil dalam mengelola pelanggannya adalah memberikan servis/layanan yang terbaik bagi mereka. Beliau mengemukakan bahwa pelanggan/konsumen adalah “mereka yang membayar gaji usaha kitadan tanpa konsumen tidak adabisnis”. Maka dari itu, seharusnyaperusahaan memahami beragam kebutuhan mereka dan berusaha keras untuk memenuhi harapan tersebut, bahkan memberi lebih. Ibu Fara mengutip pernyataan dari Catherine De Vrye (2003), “Good Service is Good Business”.

Pelayanan (services) dapat berhasil jika tujuh strategi ini mampu dicapai sebuah perusahaan, yaitu pertama, self-esteem, memberi nilai pada diri sendiri artinya memberi pelayanan bukan sekedar kepatuhan pada aturan tetapi memberi reward kepada karyawaan yang memiliki prestasi penting untuk membangun pelayanan yang baik kepada konsumen/pelanggan. Kedua, exceed expectation, artinya melampaui yang diharapkan dengan mengantisipasi perubahan harapan pelanggan melalui konsistensi dalam bekerja. Ketiga, recover melalui penanganan keluhan (complain) dari pelanggan yang dijadikan input perusahaan untuk terus memperbaiki pelayanan. Keempat, vision(visi/rencana masa depan) untuk menciptakan budaya perusahaan yang mendukung keunggulan servicesKelima, improve artinya selalu melakukan peningkatan secara kontinyu karena “peningkatan setengah-setengah = kesempatan kompetitor”. Keenam, care artinya perlu memberi perhatian baik kepada konsumen maupun pekerja, tidak sekedar melaksanakan pekerjaan semata. Dan ketujuh, empower (memberi pemberdayaan) dengan memperlakukan pelaku bisnis sebagai tim melalui tanggung jawab dan kemampuan merespon. Pelayanan terbaik yang digunakan PT. Rentokil Indonesia untuk mengelola pelangganan didukung oleh beberapa upaya perusahaan untuk dapat memenuhi beragam kebutuhan para pelanggannya, yaitu, selalu berinovasi; mengenali pelanggan; memperhatikan mutu pelayanan, lingkungan, kesehatan dan keselamatan; manajemen hama; keahlian teknis; riset dan pengembangan; dan bekerja sama secara lokal di Indonesia dengan berbagai institusi.

Koleksi Buku Terbaru November 2008

No Nama Buku Penerbit
1 Acuan Klasifikasi Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha Direktorat Jendral pemberdayaan sos
2 Jeritan Petani/ Entang Sastraatmadja (2 eksemplar) Masyarakat Geografi Indonesia
3 Pendayagunaan Tanaman penghasil bahan pewarna&penyamak prosea 3 Yayasan Prosea
4 Karya Ilmiah Edisi ke 2 IPB Press
5 Investment/Zvie Bodie, 7th ed. Mc Graw hill
6 Investment Analysis and Portofolio Management/Frank K.Reilly, 8th ed Thomson south-westrn
7 Organizational Behavior/Stephen P.Robbins, 12th ed Pearson International Edition
8 Kreasi menggunakan corelDraw dilengkapi langkah…./Dharna A. Univ.Atma Jaya  Yogyakarta
9 Organization theory  and design/Richard L.Daft, 8th ed Thomson
10 Analisa Notifikasi dlam kerangka modalitas perjanjian pertanian WTO Departemen pertanian
11 Kaji Tindak pemberdayaan masyarakat pertanian daerah tertinggal Departemen pertanian
12 Wilayah Rawan pangan dan Gizi kronis di Papua,Kalbar,dan Jawa Timur Departemen pertanian
13 Dinamika Pembangunan Pertanian dan perdesaan Departemen pertanian
14 Undang-Undang Perpajakan 2007 Erlangga
15 Strategic Management Concepts and Cases Pearson International Edition
16 Risk Management and Financial Institutions Pearson International Edition
17 Making the Team Pearson International Edition
18 Financial Economics,2nd edition Pearson International Edition
19 Quantitiative Analysis for Management Pearson International Edition
20 Economic development, 9th ed/Michael P.Todaro Pearson Education limited
21 Management/Thomas S.Bateman McGraw hill

Dies Natalis Ke-45 IPB : Orasi Ilmiah Presiden RI SBY

(Selasa,4/11/08) Dies Natalis IPB ke-45 mengundang Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atau yang dikenal SBY untuk menyampaikan Orasi Ilmiah dengan tema “Ekonomi Indonesia Abad 21: Tantangan Globalisasi” yang berlangsung di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Darmaga. Acara ini dihadiri oleh sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu, pejabat dari berbagai Departemen, Gubernur dan Muspida Jawa Barat, serta pejabat pemkab maupun pemkot Bogor. Dari kalangan internal IPB, hadir sejumlah guru besar, Majelis Wali Amanat (MWA), Senat Akademik, (SA), para dosen, pegawai dan mahasiswa.

Acara ini pun dibuka oleh Rektor IPB Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc yang menyampaikan peran dan kontribusi IPB selama ini baik dalam bidang pendidikan maupun pembangunan pertanian di Indonesia. IPB pernah berperan dalam program revolusi hijau, khususnya dalam menginisiasi konsep Bimas. Konsep Bimas tersebut diimplementasikan melalui konsep Koperasi Unit Desa (KUD) dan konsep Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK). Kontribusi IPB pun ditunjukkan melalui penciptaan indikator pengukuran kemiskinan dari Prof. Sajogyo yang kini masih digunakan hingga sekarang. IPB juga menginisiasi penelitian khusus tentang wanita dan mewadahi studi wanita dalam lembaga khusus yang disebut Pusat Studi Wanita (PSW).

Patut dibanggakan “IPB merupakan perguruan tinggi pertama yang menggagas penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDK, yang hingga kini banyak diadopsi berbagai perguruan tinggi di Indonesia”, ujar Rektor. Tidak ketinggalan Program Pascasarjana di IPB adalah program pascasarjana pertama yang diselenggarakan secara terstruktur di Indonesia sejak dekade 1970-an. IPB pun terus menciptakan inovasi-inovasi baru dalam bidang pendidikan tinggi dengan menginisiasi dan mengembangkan kurikulum sistem mayor-minor.

Dalam acara ini Presiden SBY menyampaikan dua hal dalam mengatasi krisis global saat ini yang mampu menyebabkan kepanikan berbagai kalangan. Pertama, beliau menekankan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara maju harus dapat mengatasi krisis keuangan dan mau bertanggung jawab atas berbagai krisis yang timbul akibat bubble economy yang dipraktikan selama ini. Kedua,segenap komponen bangsa harus berupaya mengelola dampak krisis ini.

Presiden SBY mengemukakan dengan tegas bahwa “Tidak ada kamusnya Indonesia ini kekurangan pangan dan terjerat krisis energi. Karena sumberdaya kita seperti minyak, tambang, gas, serta sumberdaya pertanian sangat melimpah”. Beliau berkesimpulan bahwa krisis global yang saat ini terjadi menunjukkan tatanan ekonomi dunia harus segera diperbaiki agar lebih aman, stabil, adil bagi semua bangsa. Akar penyebab krisis diantaranya terjadinya ketimpangan antara negara-negara maju dengan negara-negara miskin. Presiden juga menyinggung betapa besarnya peran Multi National Corporations (MNCs) dalam memetakan ekonomi dunia. Presiden juga mempertanyakan apakah lembaga-lembaga internasional yang dibentuk pasca perang dunia II seperti IMF dan WTO selama ini berhasil mengatasi permasalahan global ataukah hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, Presiden mengajak segenap bangsa untuk mengelola krisis ini menjadi sebuah peluang. “Sumber-sumber investasi dan pendanaan dalam negeri harus lebih kita perkuat. Jangan mengandalkan dana luar negeri, demikian juga, kita harus mengelola pasar dalam negeri. Kalau kita menggantungkan pada pasar ekspor, maka ketika pasar di luar menciut, maka harga-harga komoditas kita akan serta merta anjlog, ” jelas Presiden SBY.

Presiden pun mengatakan bahwa ketahanan pangan dan energi merupakan domain IPB. Ke depan Indonesia dapat mengatasi krisis pangan dan energi akan sangat terbantu dengan pemikiran-pemikiran kritis dari IPB. Presiden menilai ekonomi saat ini sangat tidak berkeadilan. Maka dari itu, Presiden meminta kita menghadapinya dengan rasional dan tidak emosional. Presiden pun menantang munculnya ekonom-ekonom handal dari IPB di masa mendatang.

Sembilan Visi Ekonomi Indonesia Presiden SBY

Presiden SBY menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-45 IPB, di Bogor, Selasa (4/11) pagi.

Seperti apa ekonomi Indonesia sekarang dan ke depan? Menjawab pertanyaan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan sembilan poin yang bisa disebut imperatif, visi, atau grand strategy. ”Pertama, pembangunan ekonomi Indonesia ke depan harus memadukan pendekatan research, knowledge dan culture,” jelas Presiden SBY dalam orasi ilmiahnya pada Sidang Terbuka Dies Natalis IPB ke-45 di Graha Widya Wisuda, Selasa (4/11) pagi.

Kedua, ekonomi Indonesia harus berkelanjutan. ”Kita tidak ingin menguras milik anak cucu kita nanti. Harus ada keseimbangan, penghematan, dan optimasi sumber daya alam,” SBY menyerukan. Ketiga, yang kita pilih dan anut adalah pertumbuhan disertai pemerataan, growth with equityKeempat, memperkuat ekonomi dalam negeri dan pasar domestik. Kelima, ekonomi nasional harus berdimensi kewilayahan. “Mari kita tebarkan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia. Jangan hanya berpikir Jakarta, Bandung, atau Jawa Barat saja,” Presiden SBY menambahkan.

Keenam, sumber-sumber investasi dan pendanaan dalam negeri harus diperkuat. Ketujuh,kemandirian dan ketahanan pada bidang-bidang dan sektor ekonomi tertentu harus kita lakukan yaitu pangan, energi dan industri pertahanan. Kedelapan, keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dijalankan secara bersamaan. Keduanya jangan dipertentangkan karena dua-duanya harus diperkuat dan kita perlukan,” SBY menjelaskan. ”Kesembilan, kita memerlukan mekanisme pasar untuk efisiensi tetapi kita juga memerlukan peran ekonomi yang tepat untuk keadilan. Yang penting adalah mendatangkan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

Presiden SBY menekankan bahwa yang telah ia sampaikan tersebut bukan sesuatu yang berada di awang-awang. ”Sebagian telah lama dilakukan di negeri tercinta ini. Sebagian yang lain telah kita mulai jalankan akhir-akhir ini. Sebagian lagi masih memerlukan tindak lanjut dan implementasi secara berkelanjutan,” SBY menjelaskan. (osa)

Seminar Membangun Kebun Sawit yang Lestari untuk Industri Pangan, Energi dan Oleokimia Lainnya

(Kamis, 30 Oktober 2008), Institut Pertanian Bogor (IPB) yang didukung oleh Departemen Perindustrian menyelenggarakan seminar dengan mengambil topik “Membangun Kebun Sawit Yang Lestari Untuk Industri Pangan, Energi, dan Oleokimia Lainnya” pada pukul 08.00 – 16.45 WIB di ruang mahoni MB-IPB. Seminar ini merupakan rangkaian dari acara Dies Natalis IPB ke-45 yang bertemakan “Kiprah IPB dalam Membangun Kedaulatan Pangan dan Energi menuju Kemandirian Bangsa”. Seminar ini mengundang Menteri Pertanian RI Anton Apriyantono untuk menyampaikan keynote speech dengan tema “Membangun kebun sawit yang lestari di Indonesia”. Beliau menyampaikan bahwa membangun kebun sawit yang lestari perlu didukung oleh kajian-kajian mendalam tentang kelapa sawit dari para akademisi dan tetap memperhatikan pembangunan kebun sawit yang berkelanjutan. Seminar ini merupakan bentuk kontribusi IPB sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang bergerak di bidang pertanian dalam pengembangan sawit di Indonesia.

Seminar ini dilatarbelakangi dari pengembangan kelapa sawit ke depan, khususnya di Indonesia memiliki tiga orientasi, yaitu pemenuhan kebutuhan minyak makan dalam negeri, ekspor dan pengganti bahan bakar (biodiesel), serta berbagai bahan baku oleokimia lainnya. Namun, peningkatan produksi sawit perlu memerlukan prinsip dan criteria pendirian kebun sawit yang lestari sebagaimana tertuang pada prinsip dan kriteria dalam Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang meliputi dimensi hokum, tanggung jawab lingkungan atau ekologi, tenaga kerja dan sosial, dan komitmen ekonomi jangka panjang, untuk mencapai kondisi lestari dari industri kelapa sawit. Dengan demikian, diharapkan dapat menurunkan persoalan dalam industri perkelapasawitan, mulai dari rendahnya produktivitas kebun, isu konversi hutan, kebakaran lahan, konflik dengan satwa liar dan ketidakadilan tenaga kerja dan masyarakat lokal, serta kampanye anti sawit oleh beberapa LSM sampai penolakan pasar beberapa negara Eropa pada produk CPO Indonesia. Dengan seminar ini diharapkan pengembangan kelapa sawit di Indonesia lebih terarah dan berkelanjutan baik secara ekonomi, teknologi maupun lingkungan.

MB-IPB: International Agribusiness Field Trip 2008

(19-25 Oktober 2008) MB-IPB mengadakan field trip ke luar negeri : Thailand – Hongkong – China dalam rangka kegiatan studi banding (Benchmarking) bagi pengembangan manajemen dan bisnis di Indonesia, khususnya pengembangan MB-IPB ke depan. Tema yang diusung dari kegiatan studi banding ini adalah “International Agribusiness Field Trip 2008” yang diikuti oleh para stakeholder MB-IPB sebanyak 37 orang. Tujuan diadakannya field trip ini terlebih untuk menambah wawasan, pengalaman maupun pengetahuan para stakeholder MB-IPB tentang berbagai aktivitas manajemen maupun bisnis di negara lain, serta mampu dijadikan acuan ke depan bagi perbaikan manajemen dan bisnis di Indonesia, terutama MB-IPB. Kegiatan ini diikuti antara lain Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said (Senior Advisor MB-IPB), Ir. Tri Joko Prihanto (Direktur Bank Bukopin), dan Aviliani, SE., MSi (Komisaris Independen BRI). Prof. Dr. Ir. Hermanto, Siregar sebagai Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan serta Dr. Ir. Arif Imam Suroso MSc sebagai Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Komunikasi berkesempatan pula mengikuti kegiatan studi banding ini.

Kegiatan studi banding ini memberikan banyak pengetahuan tentang pengelolaan sektor agribisnis di Indonesia, seperti Suppatra Land yang bergerak pada pengembangan buah-buahan tropis yang dijalankan oleh keluarga Suppatra sendiri di Thailand. Koleksi tanaman buah-buahan yang dimiliki keluarga Suppatra ini ditata rapi berdasarkan yang telah didesain. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya profesionalitas dalam pengelolaan dan penataan kebun pada Suppatra Land sehingga mampu menarik para pengunjung untuk menikmati berbagai buah-buahan yang ada. Suppatra Land ini pun menyediakan transit terminal bagi para pengunjung untuk dapat mencicipi buah-buahan hasil dari kebun Suppatra tersebut. Dr. Arief Daryanto (Direktur MB-IPB) selaku pemimpin rombongan mengatakan bahwa “Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kunjungan ke Suppatra Land adalah keterkaitan penting antara sektor pariwisata dengan sektor agribisnis dan profesionalitas”.

Karakteristik lain dari Thailand yang tidak ketinggalan menggagumkan adalah pengembangan industri rumah tangga yang menganut sistem klaster dengan slogan OTOP (One Tambon One Product), artinya satu kecamatan satu produk unggulan. OTOP yang dikunjungi adalah OTOP kerajinan tangan yang terbuat dari bambu dan telah berkembang sejak 30 tahun yang lalu. Kelebihan ini tidak disia-siakan oleh kerajaan Thailand, kerajaan Thailand memberikan fasilitas kemudahaan dalam hal pembiayaan (bantuan kredit modal dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga pasar) dan pemasaran untuk mendorong percepatan industri rumah tangga bambu tersebut. Sistem klaster yang digunakan OTOP kerajinan tangan ini memberikan beberapa keuntungan antara lain : (1) Meningkatkan daya saing produk, (2) Memahami kebutuhan konsumen dan peluang pasar; (3)Meningkatkan hubungan bisnis; (4) Peningkatan mutu (kelas dunia); (5) Memangkas biaya internal; (6) Joint procurement; (7) Memiliki akses ke lembaga dan pemerintah dan (8) Fasilitas bersama. Namun, Pengembangan OTOP ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari pemerintah dari sisi sistem permodalan, pemasaran dan managemen (rancangan produk).

Dalam kesempatan ini para peserta juga mengunjungi salah satu universitas yang menduduki posisi top ranking di Asia (No 3) dan juga Dunia (No 26) versi THES 2008 yaitu Hongkong University (HKU). HKU adalah universitas tertua yang didirikan pada tahun 1911. Dengan tradisi yang kuat di bidang pendidikan sekaligus penelitian yang dicerminkan dengan motto HKU : “The Great Learning”, maka kunjungan ini memberikan inspirasi dan semangat bagi IPB dalam upaya mencapai world class university.

Para peserta juga mengunjungi Hang Seng Stock Market yang memiliki peran signifikan sebagai salah satu barometer industri keuangan dunia. Hang Seng Stock Market ini berlokasi di Hongkong, dimana kota Hongkong ini dikenal sebagai salah satu propinsi di Republik Rakyat China (RRC) yang mayoritas aktivitas ekonominya ditunjang oleh sektor finansial. Dalam kunjungan ke Hang Seng Stock Market ini peserta mendapatkan penjelasan yang berarti terkait dengan sejarah pasar modal di Hongkong, regulasi yang mengedepankan prinsip kehatian-hatian dan kepercayaan sehingga menjadikan Hang Seng berada pada urutan ke 7 dunia berdasarkan kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar.

Para peserta field trip ini pun tidak lupa berkunjung ke Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd yang merupakan perusahaan agribisnis skala internasional yang bergerak pada agribisnis peternakan. Perusahaan ini merupakan gabungan dua perusahaan besar di China yaitu Beijing Dafa Livestock Co, dan Thailand yaitu : Chia Tai Group pada tahun 1986. Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd menerapkan prinsip contract farming yang mengedepankan prinsip membangun kebersamaan dengan para peternak sehingga dua per tiga dari produk yang dihasilkan merupakan buah kerjasama dengan peternak. Dengan prinsip contract farming ini Beijing Dafa Chia Tai Co,Ltd tetap menekankan pada standar kualitas bagi para peternak. Oleh karena itu, terciptalah simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak baik peternak maupun perusahaan sehingga mampu menghasilkan multiplier effect yang sangat besar. Perusahaan ini memang patut untuk dijadikan Benchmarking bagi pengembangan industri peternakan Indonesia yang ditunjukkan oleh kinerja perusahaan yang telah mencapai standar internasional dengan meraih ISO 9001 dengan elemen keamanan makanan, produk pertanian bebas polusi (HACCP) sejak tahun 1999. Perusahaan juga telah memperoleh penghargaan sebagai “Dual Excellent Foreign Investment Enterprise” di China dan mampu menjadi peringkat tertinggi di Nation’s 500 Largest Join Venture Enterprise.