CEO Forum: Strategi Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Padi

(Ruang mahoni, 27/07/10), Berbagai kebijakan, strategi, program dan proyek pengembangan/pembangunan telah dijalankan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan mengangkat nasib petani agar mereka mampu menjadi pelaku ekonomi yang dapat bersaing di pasar, dan menjadi suatu masyarakat bermartabat yang mempunyai nilai dan posisi tawar yang baik terhadap pasar dalam mata rantai perdagangan beras. Namun sampai saat ini belum berhasil, atau belum terangkatnya kesejahteraan dan keberadaan nasib Petani di Indonesia. Berikut petikan artikel yang disampaikan Mohamach Abdoula (Praktisi perberasan nasional) dengan tema Strategi Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Padi Dengan Model Industri Pertanian Terpadu Berbasis Padi/Beras dalam acara CEO Forum yang diselenggarakan seperti biasanya oleh MB-IPB.

Dalam presentasinya,  pusat perhatian pengembangan dan pembangunan pertanian tanaman padi ke depan sebaiknya diarahkan kepada pemanfaatan teknologi yang tepat guna dan efisien dalam keseluruhan proses industri perberasan mulai dari Industri di Hulu sampai Hilir. Pembangunan masyarakat tani dilakukan melalui strategi pemberdayaan dan percepatan, dengan memfokuskan kepada peningkatan kapasitas, kualitas dan nilai tambah yang didukung dengan tekhnologi tepat guna dan pendampingan penyuluhan pertanian yang handal, proporsional serta professional – up to date. Dalam pembangunan pertanian terdapat dua strategi yang perlu dikembangkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah, sehingga dapatmeningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani sekaligus sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu 1) transformasi usaha pertanian tradisional ke sistem agribisnis modern. Sistem agribisnis modern akan mampu meningkatkan produktivitas sekaligus kualitas Padi/Beras dan pengembangan industri hilir yang dapat menciptakan diversifikasi usaha pertanian yang lebih menguntungkan secara komersil. 2) penguatan peran pemerintah daerah (Ketahanan Pangan Daerah/Nasional). Peranan Pemerintah Daerah dalam industri perberasan adalah memiliki, menguasaidan memegang pengendalian minimum 50% – 60% stock gabah di daerah.

Dengan Industri Pertanian Terpadu (IPT) berbasis Padi/Beras dapat mendorong aktivitas perekonomian pedesaan berbasis agribisnis yang mampu meningkatkan penghasilan Petani/kelompok tani (Pelaku Utama) yang pada akhirnya Kesejahteraan Petani dapat tercapai seutuhnya. Oleh karena itu, kegiatan Agribisnis perberasan dapat meningkatkan ekonomi pedesaan melalui Pembangunan Industri Pertanian Terpadu berbasis Padi/Beras yaitu kegiatan Pertanian mulai dari hulu sampai dengan hilir dengan orientasi pertanian holistik, yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani dan Pelaku Utama di sentra produksi padi di seluruh Nusantara.

CEO Forum: Memulai Usaha dari Nol

(Ruang Mahoni MB-IPB, 20/07/2010), Pertanyaan yang seringkali muncul bila seseorang memiliki kemauan untuk menjalankan usaha bisnis adalah Bagaimana harus memulai usaha? dan Bagaimana Cara Memulai Usaha? CEO forum kali ini mengangkat topik tentang “Memulai Usaha Dari Nol” yang disampaikan oleh Basri Adhi (Pemilik Jaringan BAZZ-MISTERBLEK-OCHA). Menjalankan usaha dengan merintis usaha dari nol harus dapat memperhatikan dua faktor penting, yaitu faktor non teknis dan faktor teknis. Faktor non teknis disini terdiri daripertama, motif, keinginan untuk bergerak melakukan sebuah usaha. Dalam menjalankan usaha harus memiliki motif tertentu sehingga motif dijadikan target untuk mencapai apa yang diinginkan. Kedua, perlu mengindentifikasi diri sendiri dengan mengindentifikasi secara jelas siapa diri kita, baik personal maupun di lingkungan. Hal ini untuk mengetahui sejauhmana potensi diri kita dalam menjalankan sebuah bisnis dengan tepat. Faktor non teknis terakhir adalah BLEND IT !, menggabungkan motif kita untuk berbisnis dan mengindentifikasi potensi yang ada dalam diri kita.

Sementara, faktor teknis yang menjadi perhatian dalam memulai usaha dari nol adalah pertama, identifikasi bisnis yang akan kita jalani. Mengindentifikasi sejauhmana kompetitor bisnis yang dijalankan dan upaya inovasi apa yang akan dilakukan sehingga sudah cukupkah memenuhi motif usaha yang ingin dicapai. Kedua, brand yourself, memberikan brand pada produk yang akan ditawarkan kepada konsumen dengan melakukan identifikasi dan diferensiasi. Brand itu sendiri harus unik, mudah diingat dan asosiatif. Ketiga, mengikuti proses dengan menerapkan sebuah proses bisnis itu bersifat akselerasi dan menerapkan tujuh kunci penting kemajuan, yaitu selling, selling, selling, selling, selling, innovating product daninnovating product’s performanceKeempat, multiply your system, not your product, dimana melakukan improvisasi yang membuat produk semakin lama semakin “baru”, fresh dan unik. Bila kedua faktor tersebut sudah terpenuhi, selanjutnya adalah Action!Never Stop Before “End” and Give God a Change.

CEO Forum: Revolusi Manajemen Marketing di Dunia yang Semakin Datar

(Ruang mahoni MB-IPB, 13/07/10), kini perkembangan manajeman marketing mengalami revolusi yang mengarah pada proses konvergensi. Pernyataan tersebut merupakan petikan presentasi dari Amalia Susilowati (Managing Director EURO RSCG Indonesia) yang menyampaikan topik tentang “Revolusi Manajemen Marketing di Dunia yang Semakin Datar” pada acara CEO Forum yang diselenggarakan MB-IPB setiap minggu. Konvergensi secara sederhana adalah suatu perubahan dari vertikal menjadi horizontal, dimana seluruh informasi yang diinginkan dapat diakses hanya dengan satu proses. Bahkan semua orang bisa saling bertukar informasi dan pengetahuan dalam waktu cepat dan biaya yang rendah. Tidak dapat dipungkiri pemicu dari adanya konvergensi adalah kemajuan yang pesat dalam teknologi seperti meluasnya penggunaan internet, pertumbuhan internet dan VoIP yang menawarkan tarif yang rendah serta perkembangan layanan broadband internet yang sangat cepat sehingga memicu kebutuhan pelanggan akan layanan broadband multimedia yang lebih fleksibel.

Pada kesempatan ini, beliau juga menjelaskan gambaran struktur industri yang konvergen mencakup lima aspek, yaitu content, services, network, acces dan terminal. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang tumbuh pesat mengakibatkan perkembangan pula paradigma baru dari komponen pemasaran. Perkembangan paradigma pemasaran dapat kita lihat dimana pada tahun 1940-an, bauran pemasaran terdiri dari empat komponen yang disebut marketing mix yakni product, price, place dan promotion; tahun 1990-an, komponen pemasaran mencakup segmentation, targeting, positioning dan marketing mix, tahun 2000-an komponen pemasaran mengarah kepada experience, engagement dan bonding, sedangkan kini bauran pemasaran terdiri dari content dengan menciptakan kreasi, price dengan menekankan keterjangkuan harga, access dengan meningkatkan interaksi komunikasi dan community yang memperhatikan penyesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan komunitas.

CEO Forum: How to Steer Knowledge’s to be Real Money Machines

(Ruang Mahoni MB-IPB, 6/07/10), Ilmu pengetahuan memiliki pengaruh besar untuk menghasilkan uang, salah satunya dengan menggeluti wirausaha. Pengetahuan dan kecakapan apabila dipraktikkan akan menjadi ketrampilan dan keunggulan yang akan mendorong pertumbuhan dari dalam diri sehingga wirausahawan tidak mencari pekerjaan tetapi menjadi pencipta lapangan kerja. Hal ini yang dikemukakan oleh Ir. Revino, MM, DBA (Managing Director Epsospaints) dalam acara kegiatan CEO Forum yang mengangkat topik tentang How to Steer Knowledges to be Real Money Machines. Dalam memulai usaha terdapat 7 (tujuh) unsur yang harus dikelola dengan baik yaitu 1) inovasi, 2) momentum pasar, 3) kemampuan menjual, 4) kerja tim, 5) relasi, 6) uang/asset dan 7) waktu. Inovasi dapat dibangun melalui pikiran yang kreatif. Orang kreatif menunjukkan keberanian pada apa yang diyakininya dan dibuktikan dengan pendakian bukit-bukit yang penuh tantangan. Tidak dapat dipungkiri bermimpi (dream) merupakan bentuk awal dari sesuatu yang kita inginkan. Namun, sebuah mimpi minimal harus direalisasikan dengan tujuh tindakan (action). Dalam membangun jiwa kewirausahaan, kapital intelektual juga merupakan faktor penting yang tidak hanya mendorong kemajuan (knowledges) diri sendiri, tetapi juga menekankan tidak bersaing dengan mematikan kompetitor. Seorang wirausaha juga harus melakukan transformasi sikap dengan melakukan berulang-ulang  melawan  sikap negatif  dengan membentuk  sikap mental dan cara berfikir entrepreneur.

Daftar Peserta Wisuda S2 Dan S3 Periode IV, TA. 2009-2010, Tanggal 28 Juli 2010

DAFTAR PESERTA WISUDA
PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN DAN BISNIS – IPB
PERIODE IV, TA. 2009-2010
TANGGAL 28 Juli 2010
No. No. Kuota Nama NRP
1 790 Achmad Fachrodji, Dr., Ir., MM P066060033.2DM
2 690 Erry Ricardo Nurzal, Dr., Ir., MT, MPA P066060133.2DM
3 546 Rico Rizal Budidarmo, Dr., SE, MBA *) P066050143.1DM
4 689 Sadikin Kuswanto,Dr.,  SH, MM P066050173.1DM
5 476 Suharyono, Dr., SE, M.Si P066060243.2DM
Keterangan :
*) : Mahasiswa tersebut tidak mengikuti wisuda
DAFTAR PESERTA WISUDA
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS – IPB
PERIODE IV, TA. 2009-2010
TANGGAL 28 Juli 2010
No. No. Kuota Nama NRP
1 37 Achmad Affan Badar, S.TP, MM P056070412.29E
2 487 Aditya Grandis Silvano, SP, MM P056070422.29E
3 372 Agung C. Wibowo, S.Pi, MM P056070023.28E
4 249 Ahmad Laela, SE, MM P056070432.29E
5 699 Andi Dwianto, SE, MM P056070043.28E
6 39 Arti Yoesdiarti, SP, MM P056071111.39
7 42 Barkah Rahmat, ST, MM P056070472.29E
8 316 Bill Rismon, SE, MM P056070482.29E
9 782 Billa Yulianti Tahier, S.Sos, MM P056070492.29E
10 371 Bobby Formanto, SP, MM P056070113.28E
11 247 Buyung Faiz Yudhistira Supriyanto, S.Hut, MM P056070901.38
12 438 Chinta Satyaning Nugraha, S.Pt, MM P056071431.40
13 485 Deni Wardani, SE, MM P056070133.28E
14 741 Dhita Yudhistira, ST, MM P056070552.29E
15 435 Dwi Indrisetno Putri Valiantri, ST, MM P056070572.29E
16 783 Endah Kartikawati, SE, MM P056070592.29E
17 775 Erman Sutandar, SE, MM P056070163.28E
18 40 Farhanah Hasan Alboneh, S.Pi, MM P056071461.40
19 664 Febri Daniel Valentino Sijabat, SP, MM P056071151.39
20 789 Ganes Hendraditya, SE, MM P056070921.38
21 437 Hariyanto Arfis, S.Si, Apt, MM P056070213.28E
22 486 Karin Ulfa Yusuf, SP, MM P056070951.38
23 314 Ketsia Ch. Atapary, Ir. , MM P056071511.40
24 113 Komarudin, S.Pt, MM P056071191.39
25 374 M. Harja Supena, SP, MM P056070652.29E
26 370 Masluhah, SP, MM P056081101.41
27 394 Melly Octavia, SP, MM P056081121.41
28 967 Moh. Dimas Arif Wicaksono, S.Hut, MM P056081141.41
29 689 Mohamad Syarief, SE, MM P056070243.28E
30 41 Muhammad Alif Danang Wicaksono, ST, MM P056061451.37
31 436 Neneng Giena Fitria, S.ST, MM P056071561.40
32 112 Nono Lusiyono, SE, MM P056070253.28E
33 665 Novi Sulistiyani Pratiwi, SE, MM P056081181.41
34 248 Novy Anggraini, SP, MM P056070991.38
35 488 Oliver Hancock, SP, MM P056070702.29E
36 700 Parnando Soliaton Tambunan, S.Sos, MM P056081201.41
37 788 Peto Syamsul Alam, ST, MM P056070722.29E
38 434 Prasetya Salman Wiradisuria, S.IP, MM P056070742.29E
39 373 R. Akhadi Fajri Ismail, SP, MM *) P056060353.28E
40 317 Rodame Monitorir Napitupulu, SP, MM P056081241.41
41 38 Sahabudin, Ak, MM P056070323.28E
42 781 Samuel Alexander, ST, MM P056070772.29E
43 395 Tomando Joharman, S.TP, MM P056081281.41
44 555 Ulrich Eriki Ginting, S.KH, MM P056070792.29E
45 396 Widi Nugroho, S.TP, MM P056070363.28E
46 313 Windi Prima Saputra, SE, MM P056061601.37
47 433 Yadi, S.TP, MM P056070802.29E
48 776 Yosi Tapjani, SE, MM P056070822.29E
49 114 Yuliyanto, SP, MM P056081311.41
50 315 Zulfikar Andiko, ST, MM P056070393.28E
Keterangan :
*) : Mahasiswa tersebut tidak mengikuti wisud

Peluncuran dan Diskusi Buku Karya Dr. Arief Daryanto

(Senin, 20 Juni 2010), Setelah meluncurkan buku yang berjudul “Dinamika Daya Saing Industri Peternakan” pada  Desember 2009 lalu, kini Dr. Arief Daryanto kembali menyelenggarakan launching dua karya terbarunya sekaligus bersama Dr. Yundy Hafizrianda yang berjudul “Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah” dan “Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah” di Auditorium Fakultas Perikanan IPB Darmaga. Kedua buku ini diterbitkan oleh IPB Press yang merupakan perusahaan penerbitan milik IPB. Acara peluncuran buku ini juga termasuk dalam rangkaian Dies Natalis  Fakultas Ekonomi dan Manajemen-Institut Pertanian Bogor (FEM-IPB) ke-9. Dalam acara ini Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Dr. Yusman Syaukat memberikan sambutan yang menyampaikan bahwa kelebihan utama dari kedua buku tersebut adalah terletak pada contoh-contoh serta aplikasinya yang sulit ditemui pada buku-buku yang relatif sama. Harapan Dekan FEM pada peluncuran buku ini “mudah-mudahan buku ini dapat menjadi rujukan bagi para mahasiswa baik sarjana maupun pasacasarjana di IPB agar lebih dapat memahami kembali apa yang dimaksud dengan analisis input-ouput serta analisis-analisis lainnya yang ada di buku tersebut”, ujar Yusman Syaukat.

Dalam kesempatan kali ini Rektor IPB Prof. Dr. Herry Suhardiyanto juga memberikan sambutannya sekaligus membuka acara launchingbuku tersebut. Rektor IPB sangat mengapresiasi buku yang diluncurkan oleh Dr. Arief Daryanto dan Dr. Yundy Hafizrianda karena tidak hanya diperlukan bagi mahasiswa yang sedang belajar, tetapi juga bagi para analis dan praktisi pembangunan. Kedua buku ini jelas merupakan sumbangan yang sangat berharga untuk semakin meningkatkan kemampuan SDM di daerah maupun pusat dalam menerapkan otonomi daerah atau perencanaan pembangunan secara umum. “Tidak mudah menulis buku yang menarik dalam bidang metode kuantitatif, sebagaimana tidak mudahnya membuat mahasiswa tertarik dan antusias dalam mempelajari  subyek ini.  Oleh karena itu dapat dipahami kalau belum banyak ditemukan buku yang diterbitkan dalam bidang ini”, Ujar Rektor IPB.  Pembukaan launchingbuku ini ditandai dengan penayangan audio visual berupa tagline yang dibahas pada kedua buku tersebut, seperti potensi daerah, perencanaan pembangunan daerah, daya saing wilayah, pengembangan wilayah, komoditas unggulan dan lain-lain.

Sebelum masuk dalam sesi diskusi kedua buku ini, Dr. Arief Daryanto bertindak sebagai salah satu penulis terlebih dahulu memberikan pemaparan bahwa buku ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi para mahasiswa yang mendalami ilmu ekonomi, baik program S1, S2 dan S3 serta para praktisis pembangunan pertanian dan pedesaan dalam rangka menyusun kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan yang inklusif. Sesi diskusi peluncuran buku ini menghadirkan 1) Prof. Dr. Bunasor Sanim (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB) dan 2) Prof. Dr. Bustanul Arifin (Guru Besar Universitas Lampung) dengan moderator Dr. Arif Imam Suroso (Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Komunikasi).

Prof. Dr. Bunasor Sanim menyampaikan bahwa kedua buku tersebut mampu menjawab tantangan “Dynamic Business Environment” utamanya dalam mengungkap sektor-sektor unggulan melalui “resources allocationdan first think first principle dalam perencanaan pembangunan daerah. Disamping itu, bila dicermati dari lingkup substansinya, kedua buku tersebut telah membahas : 1) konsep dan teori (dasar maupun terapan) yang diperlukan untuk memahami latar belakang dari metode analisis yang diperlukan dan 2) teladan terapan yang bersifat hipotesis, terutama yang memanfaatkan data lokal daerah (mis. Regional Papua) telah dapat mengurangi “kesenjangan/gap’ dalam mengisi “knowledge & experiences” dari para pembacanya. Hal inilah yang dapat emnepis kritikan almarhum W.S Rendra bahwa seseorang academician dalam hal ini Dr. Arief Daryanto tidak hanya dapat berpikir mengawang-awang, tetapi juga mencoba menarik suatu konsep/teori down to the earth untuk menjadi kenyataan dalam apliaksi, implementasi dan operasionalisasinya. Sementara, Prof. Dr. Bustanul Arifin menyampaikan bahwa substansi buku ini menggambarkan pentingnya penggunaan kuantifikasi dan scientific dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah untuk meningkatkan kualitas (performa) dari pembangunan ekonomi daerah itu sendiri. Diskusi buku diakhiri dengan sebuah refleksi tentang “Aplikasi metode kuantitatif dalam perencanaan pembangunan pertanian dan perdesaan” yang disampaikan dengan cukup menarik oleh Dr. Ir. Bayu Krisnamurti (Wakil Menteri Pertanian RI).

Seminar: Pelaksanaan Demokrasi Industrial dan HRM di Indonesia

Dalam konteks Indonesia ada baiknya kita harus bijak dalam menerapkan kebijakan demokrasi industrial. Mengapa demikian? Karena penerapan demokrasi industrial perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti (1). seberapa jauh pihak manajemen sudah siap berbagi kekuasaan dengan karyawan dan mengembangkan tanggung jawab dan wewenang pengambilan keputusan? (2). apa peran serikat pekerja dalam berpartisipasi? (3). seberapa jauh peluang yg sama bagi semua karyawan untuk berpartisipasi? dan (4). apa saja manfaat dari partisipasi karyawan untuk pengusaha dan karyawan itu sendiri. Untuk itu sebelum sampai adanya kehendak politik tentang pentingnya demokrasi industrial ini maka kalangan perguruan tinggi hendaknya mengkaji secara mendalam bagaimana merumuskan aspek-aspek normatif filosofis dan kaidah-kaidah aplikasi dari demokrasi industrial ini. Berikut petikan sambutan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam Seminar tentang ”Pelaksanaan Demokrasi Industrial dan HRM di Indonesia: Tantangan dan Harapan”yang diadakan pada hari Sabtu lalu tanggal 5 Juni 2010 di ruang mahoni MB-IPB.

Seminar ini diselenggarakan atas kerjasama Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) dengan Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia (AHII). Kegiatan Seminar tersebut merupakan salah satu rangkaian acara besar dalam dunia Hubungan Industrial yakni Kongres International Industrial Relationship Association (IIRA) Regional Asia Ke–7 yang akan berlangsung di Bali tanggal 20 – 23 September 2010 mendatang. Acara tersebut baru pertama kali dipercayakan kepada Indonesia untuk dapat bertindak sebagai tuan rumah penyelenggara kongres yang sangat bergengsi di tingkat Regional Asia. Presentasi tentang “Pelaksanaan Demokrasi Industrial dan HRM di Indonesia” dibagi dalam dua sesi yaitu, para pembicara dalam sesi 1 terdiri dari 1) Prof.Dr.Ir. Sjafri Mangkuprawira; 2) Dr. Ir. Dyan Vidyatmoko, MSc; 3) Dr. Kun Wardana dengan moderator Dr. Sutanto, M.Sc. Pada sesi kedua menghadirkan para pembicara 1) Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak; 2) Dr.Ir. Aji Hermawan, MM; 3) Michael Nicholson dengan moderator Prof.Dr.Ir. Ujang Sumarwan, MSc. Diharapkan dari seminar ini dan khususnya pada kongres IIRA Regional Asia ke–7 di Bali nanti dapat dibahas bagaimana pengusaha dapat menjalin hubungan baik dengan pegawai/karyawannya dalam suatu tataran demokrasi industrial yang disesuaikan dengan kondisi sosiobudaya Indonesia. Studi tentang relevansi dari demokrasi industrial untuk konteks Indonesia menjadi hal yang sangat strategis untuk dilakukan oleh lembaga perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Sustainable Business Development Menjadi Salah Satu Konsentrasi MB-IPB

MB-IPB bekerjasama dengan Maastricht School of Management (MSM)  menyelenggarakan dua angkatan konsentrasi Sustainable Business Development (SBD) untuk mahasiswa MB-IPB (Newsletter Round Table Indonesia, 12/05/10).Terdapat tiga mata kuliah wajib dalam bahasa inggris yang harus diambil mahasiswa, yaitu Competitiveness, Value Chains in the Agricultural Sector dan Institutional Entrepreneurship for Sustainability. Seluruh mahasiswa yang mengambil konsentrasi harus melakukan penelitian dengan pendekatan rantai nilai (value chains) untuk lima subsektor yang telah ditetapkan yaitu kelapa sawit, hortikultura, udang, poultry dan agro/eco tourism.

Penyelenggaraan konsentrasi ini merupakan salah satu bagian proyek Round Table Indonesia (RTI) kerjasama antara IPB dengan MSM. Proyek membagi kegiatannya kedalam dua kelompok. Kelompok pertama, adalah lingkaran riset (Research Cycle) yang terdiri dari penawaran pendalaman minat Sustainable Business Development di Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) dan penelitian empiris dengan pendekatan rantai nilai. Kelompok kegiatan kedua adalah lingkaran implementasi (implementation cycle) yang bertujuan untuk menghasilkan proyek kemitraan yang konkrit antar pelaku bisnis yang terlibat dalam rantai nilai. Tujuan dari proyek RTI ini tidak lain untuk memperbaiki iklim investasi dan usaha berkelanjutan pada sektor pertanian Indonesia melalui: penguatan kapasitas ilmu pengetahuan, identifikasi peluang investasi yang konkrit, dan fasilitasi kemitraan antar stakeholders. Proyek ini pun pernah dilaksanakan di Afrika (Round Table Africa) yang dijadikan bencmarkinguntuk melaksanakan Round Table Indonesia. Pengalaman di Afrika memberikan pelajaran untuk memperbaiki kinerja capaian tujuan di RTI nantinya.

Seminar Nasional: Sustainable Business Competitiveness: The Next Challenge

Pada tanggal 24 April 2010, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) kembali menyelenggarakan acara tahunan berupa penglepasan alumni Program Magister Manajemen Agribisnis (MMA) dan Program Doktor Manajemen Bisnis (DMB) Tahun Akademik 2009/2010 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Pada kesempatan ini MB-IPB melepas 145 orang alumninya yang telah menyelesaikan studi dan lulus dengan baik pada tahun akademik 2009/2010. Diantara 145 orang, terdapat 3 orang lulusan DMB dan 142 orang lulusan MMA. Dengan demikian hingga saat ini, MB-IPB telah melepas sekitar 2.511 alumni sejak berdirinya tahun 1991 untuk berkiprah dan berkarya nyata di masyarakat. Alumni yang telah diluluskan memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari para eksekutif berbagai perusahaan, pegawai pemerintah pusat dan daerah, wirausahawan serta calon-calon pelaku usaha.

Acara Penglepasan Alumni kali ini pun mempunyai arti yang tidak kalah istimewa seperti tahun-tahun sebelumnya, karena dilakukan bersamaan dengan dimulainya Penyelenggaraan Program Doktor Manajemen Bisnis Angkatan 6 (DMB 6) yang berjumlah 31 orang peserta. Bertindak sebagai Keynote Speaker pada Acara Seminar Nasional kali ini adalah Ir. M. Hatta Rajasa (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI) dengan tema “Sustainable Business Competitiveness: The Next Challenge”. Hadir pula pada kesempatan tersebut Menteri Pertanian RI, Ir. Suswono, MMA. Seminar ini menampilkan para pembicara yaitu Presiden Direktur PT SMART Tbk Daud Dharsono, Presiden Direktur PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera (Lonsum) Benny Tjoeng, Kepala Departemen Kelestarian PT Musim Mas Gan Lian Tiong dan Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) Arief Daryanto. Presenter program stasiun TV Swasta ANTV Dwi Anggia bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut.

Tema ini merupakan rangkaian lanjutan dari tema besar mengenai peningkatan daya saing dunia usaha Indonesia yang telah diangkat selama beberapa tahun terakhir oleh MB-IPB dalam setiap Seminar Nasional yang dilakukan. Pada kesempatan ini Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menilai bahwa masalah pangan adalah persoalan yang serius dan menjadi salah satu tantangan ke depan untuk menciptakan daya saing bisnis yang berkelanjutan. Maka dari itu, pengelolaan pangan tidak bisa dilakukan secara main-main. Pemerintah akan melanjutkan program revitalisasi pangan gelombang II yang ditargetkan terealisasi tahun 2014. Diharapkan, program ini dapat memantapkan swasembada beras, jagung, gula, dan daging sapi. Dalam target pertumbuhan rata-rata produksi pangan periode 2010-2014, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan produksi padi dapat melaju sampai 3,22 persen per tahun. Kemudian produksi jagung tumbuh 10,02 persen per tahun, kedelai 20,05 persen, gula 12,55 persen, dan produksi daging sapi 7,30 persen per tahun. Dengan kondisi ini, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa meminta agar Institut Pertanian Bogor (IPB) tetap menjadi pusat riset pengembangan teknologi pertanian untuk membangun basis ketahanan pangan dalam negeri.

Dalam sambutannya, Hatta menyampaikan bahwa tantangan lain yang harus dihadapi adalah negara di berbagai belahan dunia saling berkompetisi untuk menarik investasi. Mereka menawarkan tenaga kerja berketrampilan sangat tinggi, riset iptek, dan standar pendidikan. Karena itu, menurutnya, produktivitas menjadi kunci dari keunggulan kompetensi. “Produktivitas merupakan kunci efisiensi, menjelaskan seberapa besar perusahaan atau negara berproduksi dengan sumber daya yang terbatas. Memproduksi lebih besar dengan sumber yang lebih kecil akan lebih baik,” Ujar Hatta. Pada bagian lain, Hatta menuturkan, pemerintah akan memprioritaskan pembangunan ekonomi pada dua belas sektor hingga 2014. kedua belas prioritas sektor tersebut terdiri atas peningkatan ekspor, peningkatan investasi, optimalisasi pengeluaran pemerintah, peningkatan industri, peningkatan pertanian, pengembangan sektor industri, peningkatan pertanian, pengembangan sektor tersier.Prioritas lainnya adalah stabilitas moneter, APBN yang berkelanjutan, stabilitas sektor keuangan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pengembangan usaha kecil menengah (UKM). Kedua belas sektor tersebut yang menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing Indonesia di dunia internasional. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen pada akhir 2010 dan sebesar tujuh persen pada akhir 2014.

Tentunya, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan daya saing bisnis berkelanjutan yang menjadi tantangan ke depan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang dikenal memiliki resiko tinggi (high risk). Kini, perusahaan perkebunan nasional seperti PT SMART Tbk, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera (Lonsum) dan PT Musim Mas menjalankan praktik manajemen terbaik dengan pendekatan kelestarian. Pendekatan kelestarian tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi permintaan pasar internasional.  Produsen minyak kelapa sawit mentah dengan sadar menjalankan seluruh prinsip kelestarian mengikuti regulasi pemerintah demi membangun bisnis yang berkesinambungan.

SMART merupakan unit usaha agrobisnis terintegrasi Sinar Mas Group yang mengelola 140.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan 450.000 hektar perkebunan kelapa sawit milik Golden Agri Resources yang tercatat di Bursa Efek Singapura. LONSUM adalah perusahaan berusia 105 tahun dan unit usaha agrobisnis Indofood dengan perkebunan kelapa sawit 140.000 hektar. Adapun MUSIM MAS GROUP termasuk perusahaan yang mendapatkan sertifikat kelestarian minyak kelapa sawit mentah (CPO) sesuai dengan standar Meja Bundar Minyak Sawit Lestari (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

Ketiga eksekutif perusahaan perkebunan itu menyatakan, kelestarian lingkungan kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam menjalankan bisnis. Bumi, manusia, dan laba (planet, people, and profit) telah berpadu dalam bisnis perkebunan. Daud Dharsono mengungkapkan pemicu bisnis perkebunan kelapa sawit berkesinambungan adalah pertumbuhan permintaan yang berdampak pada kenaikan produksi. Manajemen dapat menaikkan produksi dengan cara, yaitu produktivitas dan ekspansi.

SMART berkonsentrasi membangun kelapa sawit terintegrasi dari hulu ke hilir menargetkan peningkatan produktivitas tandan buah segar 30 ton per hektar per tahun dan CPO 7,5 ton per hektar per tahun. Sementara ekspansi merupakan cara peningkatan produksi yang berkait dengan isu kelestarian. Isu lingkungan dan persaingan dagang minyak nabati internasional juga menjadi tantangan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Namun, tantangan terbesar adalah ketidaksinkronan kebijakan pemerintah pusat dan daerah, pungutan liar, dan tata ruang. Benny Tjoeng menjelaskan, cara penanaman dan perawatan kelapa sawit tak banyak berubah dalam 100 tahun. Namun, perusahaan memberikan perhatian lebih pada kompetensi pekerja yang punya kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar kebun. Hal ini penting untuk mempermudah penerapan praktik manajemen terbaik dalam mendukung produksi CPO lestari.

Selain itu, talk show ini pun menyinggung muncul kecenderungan pemerintah daerah untuk mengubah nama pungutan yang sebelumnya sudah dinyatakan Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri sebagai pungutan yang memberatkan dunia usaha. Ini perlu menjadi perhatian karena upaya pemerintah pusat untuk menekan pungutan yang membebani dunia usaha belum maksimal. Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Daryanto mengatakan, ketidakpastian aturan menjadi salah satu faktor yang memberatkan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya.

CEO Forum: Praksis Ekonomi Politik Indonesia

(Ruang Mahoni MB-IPB, 4/05/2010), CEO Forum mendatangkan Dr. Arif Budimanta, M.Sc (Anggota Komisi XI DPR RI) dengan menyampaikan topik tentang “Praksis Ekonomi Politik Indonesia”. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) dan Pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB serta PPS UI. Topik Ekonomi Politik merupakan topik yang menarik diangkat karena pada kenyataannya realitas ekonomi tidak sama dengan teks ekonomi. Kebijakan ekonomi dalam praktiknya tidak hanya tentang supply – demandatau proses input – output semata. Pada dasarnya kebijakan ekonomi adalah bentuk kontestasi antara rakyat, swasta dan negara sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan ekonomi terkait dengan proses politik. Tentunya proses politik berhubungan pula dengan kontestasi kekuasaan/kekuatan yang dikenal dengan power. Kekuatan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki pelaku dan bila pelaku tersebut mampu mempengaruhi orang lain maka kekuatan berubah menjadi kekuasaan, ujar Arif. Pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan politik yang dijalankan oleh suatu negara. Dengan adanya keterkaitan antara ekonomi dan politik maka ekonomi merupakan arena politik atau arena pertarungan, dimana bila tidak mampu bertahan dalam persaingan yang ada tidak dapat dipungkiri tertinggal dari negara-negara lain. Untuk menang dalam pertarungan dibutuhkan daya saing yang tinggi dan menciptakan nilai tambah (value added). Oleh Karena itu, dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari segi kehidupan masyarakat pengaruh ilmu politik dan ekonomi jelas saling bergantung, keduanya saling membutuhkan, bisa dikatakan salah satu diantara keduanya tidak bisa berjalan tanpa iringan satu sama lain.