Perpustakaan : Koleksi Buku Juli 2008

KOLEKSI BUKU YANG TERBIT JULI 2008

NO NAMA BUKU PENERBIT
1 Consumer behavior: buying, having and being, 7th ed/Michael R.Solomon Pearson  Prentice Hall
2 International business: challenges of..4th ed/John J.Wild Pearson education
3 International  business: the chalenges…3rd ed/John J. Wild Pearson education
4 Options, futures, and…., 3rd ed/John C. Hull Pearson education
5 Consumer behavior: an asia…/Roger Blackwell Thomson
6 Busienss Research methods/Donald R. Cooper, 10th ed McGraw hill
7 International marketing: an Asia-Pacific …/Richard Pletcher Pearson education
8 Marketing management/Russell S.Winer, 3rd ed Pearson education
9 Operation management/Jay Heizer, 9th ed Pearson education
10 Complete englinsh grammar for the toefl test: …/Silvester G.S. Indonesia cerdas
11 Activity based cost system/Mulyadi UGM
12 Manajemen pemasaran: studi kasus indonesia/Eva Z.Yusuf PPM
13 Panduan pendayagunaan open source software: perangkat lunak bebas & open source Ristek
14 Panduan pendayagunaa….: aplikasi perkantoran openOffice.org Ristek
15 Panduan pendayagunaan….: CMS, dan ERP Ristek
16 Panduan pendayagunaan….: bahasa pemograman open source Ristek
17 Panduan pendayagunaan…: Petunjuk instalasi IGOS Nusantara Ristek
18 Panduan pendayagunaan…: Konfigurasi Server Linux Ristek
19 Panduan pendayagunaan…: RDBMS, MySQL Ristek
20 Panduan pendayagunaan…..:aplikasi untuk server Ristek
21 Panduan teknis budidaya kelapa sawit/Iyung Pahan IWH
22 Rice import surge in indonesia/M. Husein sawit ICASEPS & AAI
23 Portfolio theory and performance analysis/Noel Amenc John Wiley & Sons
24 Teknik sistem informasi geografis dan…../Bambang Rudyanto Bakosurtanal

CEO Forum: Strategi Pembiayaan dalam Menunjang Ekonomi Nasional di Sektor Agribisnis

(Selasa, 15/7), CEO Forum kali ini mengundang Dr. Endang S. Thohari (Tenaga Ahli Departemen Pertanian/Adviser Induk Koperasi Tani dan Nelayan) untuk memberikan penjelasan tentang topik ”Strategi Pembiayaan dalam Menunjang Ekonomi Nasional di Sektor Agribisnis” bertempat di ruang mahoni MB-IPB. Topik ini dirasa menjadi topik yang penting bagi mahasiswa yang bergelut di bidang manajemen dan agribisnis karena diharapkan para intelektual yang menekuni bidang ini mampu mengetahui secara detail mekanisme dan strategi pembiayaan yang tepat dalam mendukung kemajuan sektor agribisnis di Indonesia.

Pada awal presentasi Dr. Endang S. Thohari menekankan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang seharusnya menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional karena telah terbukti tangguh selama krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 dan mampu memberikan pertumbuhan positif pada saat itu. Kondisi ini sebenarnya dapat menjadi acuan bagi pemerintah bahwa pembangunan pertanian bersifat strategis dalam menunjang ekonomi nasional. Mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan tidak terlepas dari dukungan pembiayaan di sektor agribisnis itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pembiayaan tersebut kearah sektor agribisnis nasional tersebut.

Beliau mengemukakan bahwa terdapat peluang pembiayaan untuk sektor pertanian itu sendiri. Hal ini dapat ditinjau dari sumber dana yang ada di bank/likuiditas perbankan  yang sangat  tinggi, sedangkan loan to deposit ratio (LDR) baru sekitar 69,87 persen, selain itu alokasi kredit sektor pertanian oleh perbankan masih relatif kecil (< 6 persen) dan potensi usaha mikro, kecil dan menengah di sektor pertanian juga cukup besar. Pemaparan beliau tidak sebatas pada peluang pembiayaan saja. Permasalahan akses pembiayaan pertanian dijelaskan oleh beliau, antara lain: 1) ketidakmampuan petani/ peternak menyediakan agunan; 2) terbatasnya pengetahuan petani/peternak membuat proposal/cash flow usaha; 3) terbatasnya jumlah dan jangkauan operasi bank dan 4) terbatasnya tenaga pendamping untuk menjembatani petani dan lembaga pembiayaan baik perbankan maupun non perbankan. Adapun model skim kredit/pembiayaan sektor pertanian yang dipaparkan adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Pada sesi ini beliau menjabarkan secara detail perkembangan, fitur, penyaluran, ketentuan pokok, landasan teori hingga langkah-langkah menumbuhkan lembaga keuangan mikro dalam model skim pembiayaan tersebut. Pada akhir presentasi, beliau memberikan sebuah kredo pemberdayaan UMKM yang patut kita pikirkan bersama-sama yaitu : ”datangilah mereka, tinggallah bersama mereka, belajarlah dari mereka, cintailah mereka, mulailah dari apa yang mereka ketahui, bangunlah dari apa yang mereka miliki, dengan sumberdaya terbaik yang mereka miliki, ketika semua karya selesai, semua tugas tercapai mereka akan berkata : KAMI TELAH MELAKUKANNYA SENDIRI !”.

Seminar Nasional: Prinsip Syariah dalam Percepatan Pembangunan Pertanian Organik di Indonesia

Tepat hari Rabu, 9 Juli 2008 Pusat Kajian Pembangunan Syariah (PKPS) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB menyelenggarakan seminar nasional ”Prinsip Syariah dalam Percepatan Pembangunan Pertanian Organik Di Indonesia” bertempat di ruang mahoni MB-IPB. Seminar nasional ini mengundang Bapak Anton Apriyantono (Menteri Pertanian) dan Ibu Siti Ch. Fadjriah (Deputi Gubernur BI) sebagai keynote speech. Dalam seminar kali ini diskusi dibagi menjadi dua bagian dalam jam yang telah ditentukan panitia dengan topik tertentu.

Pembicara yang mengisi diskusi panel 1 mengangkat tema tentang”Prinsip Syariah dalam Percepatan Pembangunan Pertanian Organik”adalah : 1) Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin (Baznas & IPB)), 2) Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS (LP2NU), 3) Dr. Zaenal Soejaiz (Maporina), 4) Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc (Kepala PKPS IPB) dengan moderator Dr. Ir. Ahmad Sulaeman. Sedangkan pembicara diskusi panel 2 tentang ”Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Percepatan Pembangunan Pertanian Organik” adalah : 1) Dr. Mulia M. Siregar (Direktorat Perbankan Syariah BI), 2) Ir. Andi Buchari, MM (Direktur Pemasaran & Administrasi BMI), 3) Ir. Wawan Ruswanto, MBA (PT. BRI) dan Ir. Lukman M. Baga, M.Ec sebagai moderator pada sesi tersebut. Seminar ini diikuti oleh berbagai kalangan yang berjumlah sekitar 150 orang mulai dari Pimpinan yang berada di lingkungan IPB, Perguruan Tinggi, Departemen-departemen pemerintah, asosiasi hingga mahasiswa

Seminar nasional kali ini bertujuan untuk membangun sebuah paradigma baru pembangunan pertanian, khususnya pertanian organik yang mengedepankan prinsip-prinsip syariah di Indonesia. Mengapa pertanian organik? ini disebabkan adanya perubahan life style kearah hidup sehat yang menjadi tren baru dikalangan masyarakat Indonesia kini bahkan dunia. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik harus menjadi prioritas pengembangan pertanian di Indonesia. Keberhasilan pengembangan pertanian organik tersebut tidak terlepas dari modal pembiayaan yang menjadi subsistem pendukung dari usaha agribisnis. Sistem pembiayaan syariah diyakini mampu menjadi alternatif modal pembiayaan dalam  mengembangkan pertanian organik. Hal ini didasarkan bahwa penerapan prinsip syariah dalam pembiayaan agribisnis sebenarnya lebih sesuai dengan karakter petani dan pertanian di Indonesia, sehingga lebih memungkinkan untuk diterapkan, dibandingkan dengan sistem bunga. Dengan penerapan pembiayaan syariah para pelaku agribisnis khususnya wirausaha agribisnis dituntut kemampuan optimalnya. Dimana para wirausaha agribisnis dan petani memperoleh modal guna menjalankan usaha taninnya tanpa harus memikirkan cicilan pengembalian uang pokok dan bunganya pada waktu tertentu. Kewajiban petani adalah memproduksi komoditas pertaninnya yang kemudian hasilnya diserahkan kepada pemodal sesuai yang disepakati pada saat akad kredit.

Dengan adanya seminar ini diharapkan akan mampu meningkatkan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam mengembangkan dan mengaplikasi pertanian organik di Indonesia serta teridentifikasinya konsep pengembangan pertanian organik yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tepat, terarah dan mengedepankan keunggulan lokal.