WhatsApp Image 2018-07-28 at 15.49.44

National Seminar “Entrepreneurial In Indonesia 4.0 Prospects and Challenges”

Pada tanggal 28 Juli 2018, Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) menyelenggarakan acara national seminar dalam rangka penglepasan alumni Program Magister Manajemen (MM) dan Program Doktor Manajemen Bisnis (DMB) di Hotel Pullman Jakarta Central Park. Tema seminar nasional yang diusung yaitu ”Entrepreneurship in Indonesia 4.0: Prospects and Challenges, dengan keynote speaker Menteri Perindustrian RI Bapak Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT juga menghadirkan Co Founder dan CEO Bukalapak yaitu Achmad Zaky dalam sesi Busniness Talk.

Acara dimulai dengan sambutan dari Dekan Sekolah Bisnis IPB Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS. Beliau menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara seminar nasional dalam rangka penglepasan alumni Program Magister dan Doktor Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis. SB-IPB melepas 594 orang alumninya yang telah menyelesaikan studi dan lulus dengan baik dari tahun 2016 hingga 2018, yang terdiri dari 563 orang lulusan MM dan 31 orang lulusan DMB. Dengan demikian hingga saat ini, SB-IPB telah melepas total alumni sekitar 3.962 yang terdiri dari alumni DMB sebanyak 148 alumni DMB sejak pertama dibuka tahun 2006 dan sebanyak 3.814 alumni MM dari tahun 1992.

Prof. Azam juga menyampaikan secara konsisten sejak tahun awal pendiriannya, SB-IPB selalu merespon isu-isu nasional terkini dalam upaya memberikan sumbangsih pemikiran dan kerja nyata untuk kemajuan bangsa. Tema yang diangkat menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi saat ini dimana saat ini kita sudah dihadapkan pada era industri 4.0 yakni revolusi industri terkini atau generasi keempat yang mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Revolusi industri 4.0 mendorong inovasi teknologi, komunikasi dan informasi semakin pesat akan membawa dampak disrupsi atau perubahan fundamental dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Disrupsi terjadi pada seluruh aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Mulai dari pemerintahan, ekonomi, hukum, politik maupun kehidupan sosial. Bahkan dalam dunia usaha pun disrupsi tidak dapat dihindari. Kondisi disrupsi yang terjadi pada dunia usaha ditandai dengan hadirnya berbagai inovasi, teknologi, dan juga model bisnis baru.

Prof. Azam juga menambahkan The Global Entrepreneurship and Development Institute (GEDI) mencatat bahwa Indonesia merupakan negara yang kuat dalam hal jejaring, namun lemah dalam hal pemanfaatan teknologi. Indonesia memiliki komponen kreativitas maupun modal sosial dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang baik, namun saat ini iklim usaha yang terbentuk belum mampu mendorong munculnya kreativitas. Oleh karena itu perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif agar dapat menciptakan kreativitas. Dalam rangka pengembangan kewirausahaan, diperlukan suatu ekosistem kewirausahaan yang saling menunjang dan berkesinambungan, yaitu sinergi dari berbagai elemen masyarakat, baik yang bersifat individu, maupun lembaga atau organisasi.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Rektor IPB Bapak Dr. Arif Satria, SP, MSi. Beliau mengatakan pada era global, tantangan pembangunan nasional saat ini dan mendatang dirasakan semakin berat. Salah satu permasalahan yang masih perlu mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional adalah penguatan daya saing melalui peningkatan kompetensi sumberdaya manusia (SDM). Selain itu, tantangan lain yang patut kita perhatikan adalah jumlah angkatan kerja di Indonesia yang semakin meningkat. Namun demikian lapangan pekerjaan yang tersedia pertumbuhannya tidak sebanding dengan banyaknya lulusan pendidikan tinggi setiap tahunnya. Hal ini harus kita sikapi dengan adaptif, terutama para lulusan yang akan terjun ke dunia kerja.

Rektor juga menyampaikan IPB terus berupaya menumbuhkan aktivitas dan jiwa kewirausahaan bagi lulusan perguruan tinggi untuk menjadi entrepreneur yang nantinya mampu menciptakan lapangan pekerjaan. IPB telah mengembangkan beberapa kebijakan dan program terkait kewirausahaan dalam penguatan SDM melalui agri-technosociopreneur dalam menyongsong revolusi industri 4.0.

Rektor mengatakan IPB siap mencetak SDM yang kompeten dan mampu menghadapi tantangan persaingan global tanpa menghilangkan norma dan budaya Indonesia. Ke depan, IPB memainkan peran-peran kekinian yang selalu berpegang teguh kepada visi dan misi IPB, dengan langkah-langkah strategis dan konkrit.

Rektor juga menambahkan Rata-rata negara maju memiliki 14 persen penduduknya sebagai entrepreneur. Sedangkan Indonesia masih terus berpacu menuju angka tersebut. Meskipun demikian, kita harus optimis untuk mendukung pemerintah dalam menciptakan entrepreneur melalui lulusan IPB sehingga bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan mampu bersaing sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. IPB sebagai bagian dari komponen bangsa mempunyai tanggungjawab untuk turut berkontribusi dalam peningkatan daya saing tersebut. Adanya program-program entrepreneurship yang diusung oleh IPB masih perlu terus ditingkatkan pada masa-masa mendatang.

Acara dilanjutkan dengan national seminar dengan keynote speaker Menteri Perindustrian RI Bapak Ir. Airlangga Hartarto, MBA, MMT. Pemaparan Bapak Menteri Perindustrian diawali dengan penjelasan revolusi industri mulai dari revolusi industry pertama hingga ke empat. Revolusi industry ke-4 mengaburkan batasan antara lingkungan fisik, digital dan biologis. Revolusi ke 4 ditandai dengan terciptanya system cyber-physical dimana terjadi konektivitas antara manusia, mesin, dan data yang terjadi disegala aspek. Lima teknologi utama dalam industry 4.0 yaitu Artifical intelligence, Internet of things, wearble, advanced robotics, serta 3D printing.

Bapak Menteri menyebutkan dampak langsung industry 4.0 terhadap pembangunan di Indonesia yaitu dapat merevitalisasi sector manufaktur Indonesia melalui inisiatif “Making Indonesia 4.0” serta Indonesia dapat meraih kembali posisi Net Export. Sedangkan dampak tidak langsung dari adanya revolusi industry 4.0 yaitu dapat meningkatkan kekuatan keuangan negara, belanja negara, investasi, perekonomian yang kokoh, serta pasar tenaga kerja yang lebih baik. Lima sektor utama yang telah dipilih sebagai sector prioritas untuk “Making Indonesia 4.0’’ yaitu makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, elektronik dan kimia.

Bapak Menteri menyampaikan dalam mengimplementasikan Industri 4.0. Kementrian Perindustrian telah menetapkan 10 prioritas nasional untuk ‘Making Indonesia 4.0’’yaitu perbaikan alur aliran material, mendisain ulang zona idustri, akomodasi standar sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi serta harmonisasi aturan dan kebijakan

Bapak Menteri juga menyampaikan perlu adanya kolaborasi antara Pemerintah, Perguruan Tinggi serta industri untuk menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten dalam menghadapi Indonesia 4.0. Adanya pendidikan vokasi baik ditingkat sekolah atas maupun perguruan tinggi yang berbasis kompetensi yang link and match dengan industri merupakan salah satu bentuk implementasi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang siap menghadapi industri 4.0. Bapak Menteri juga menambahkan strategi yang dilakukan untuk mendorong industri dalam implementasi industri 4.0 yaitu dengan telah mendirikan start up incubation seperti Bandung Techno Park serta Tohpati Center.

Sesi selanjutnya yaitu business talk yang disampaikan oleh Achmad Zaky, Co Founder dan CEO Bukalapak. Achmad Zaky mengawali sesi business talk dengan menceritakan sejarah berdirinya Bukalapak. Dimulai pada tahun 2010, yang berawal dari sebuah kos-kosan dimulai dan saat itu hanya memiliki 5 UKM yang bermitra, kemudian ditahun 2011 Bukalapak sudah memiliki karyawan walaupun jumlahnya masih sedikit yaitu hanya 5 orang karyawan, ditahun tersebut jumlah UKM yang bermitra meningkat menjadi 10.000 UKM. Pada Tahun 2018, jumlah pelapak yang bermitra dengan kami sudah mencapai 3 juta pelapak yang yang telah terhubung dengan 50 juta pengguna baik UMK maupaun lainnya.

CEO Bukalapak juga berkomitmen untuk membangun Indonesia melalui teknologi dan pemberdayaan UMKM Indonesia. Bukalapak menjadikan revolusi industri Indonesia 4.0 sebagai peluang. Peluang tersebut merupakan bagian optimisme dari sebuah tantangan di era 4.0 dan dikuatkan dengan dukungan proaktif dengan berbagai pihak untuk menjalin networking yang luas guna meningkatkan dayasaing bisnis. Hal ini merupakan tujuan hidup dalam memacu semangat dan menjadikan hidup lebih bermakna dengan memaknai revolusi teknologi 4.0 sebagai peluang dalam bisnis di Indonesia.

Acara ini dihadiri juga oleh sekitar 700 orang peserta yang terdiri dari pakar/pemerhati pembangunan ekonomi dan bisnis nasional; eksekutif dan profesional dari berbagai perusahaan swasta maupun BUMN; birokrat pemerintahan; alumni program Doktor Manajemen Bisnis dan Magister Manajemen SB-IPB; Mahasiswa dan sivitas akademika IPB; dan Para Mitra/Stakeholder SB-IPB.