SB IPB: Prodi Ke-9 Paling Dipilih Mahasiswa IPB

Selain karena brand Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memang sudah ternama sebagai kampus pencetak banyak ahli dan praktisi bidang pertanian, Lokasi kampus SB-IPB yang strategis terletak di tengah pusat kota Bogor, tampaknya menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa.

Pasalnya, saat ini IPB telah mengkonsentrasikan perkuliahannya di kawasan pinggiran Bogor , yaitu kampus Darmaga. Sementara perkuliahan mahasiswa SB IPB dipusatkan di kawasan Jalan Pajajaran, kawasan pusat kota yang sangat strategis. Suasana kampus yang dipenuhi pohon rindang, luas, sangat nyaman dan membuat mahasiswa bisa lebih konsentrasi berkuliah.

Ruang Perkuliahan dikampus ini pun dirancang senyaman mungkin dengan kapasitas 25, 30, 40 dan 80 orang. Auditorium kapasitas 200 orang. Ruang Diskusi Kelompok. Terdapat juga ruang perpustakaan, dilengkapi program penelusuran OPAC (Online Public Acces Catalogue). Jurnal Online: e-journal EBSCO, INFOTRAC, Science Direct dan ProQuest, Infotrac E-Campus. Penerbitan Jurnal Manajemen Agribisnis dan Majalah Agrimedia.

Laboratorium Komputer, dilengkapi 40 unit komputer terhubung dengan LAN dan memiliki akses Internet. Internet Corner, Business Lounge, dan Student Lounge memberikan kesan tersendiri bagi SB IPB sebagai kampus bisnis. Koneksi Internet dengan Teknologi WiFi, Music Room, dan Video Conference juga menjadi fasilitas yang dinikmati mahasiswa SB IPB. Suasana kampus yang mendukung proses perkuliahan diharapkan bisa mendorong lahirnya lulusan yang berkualitas dan mumpuni, menjadi entrepreneur handal yang bisa mengambil keputusan keputusan yang strategik.

Untuk memudahkan mahasiswa, perkuliahan pun diatur dengan cukup fleksible. Untuk kelas pagi perkuliahan dilakukan pagi dan siang hari di Bogor, Untuk kelas sore (senin-kamis sore hingga malam hari di Bogor). Ada juga kelas sore dan hari Sabtu (kamis dan jumat sore hingga malam hari di Jakarta. Selain itu SB- IPB juga menyediakan kelas khusus (inhouse program).

Direktur SB IPB Dr Arief Daryanto MEc mengungkapkan, publikasi dan edukasi tentang SB IPB membawa hasil dengan perolehan SB-IPB yang menjadi prodi peringkat ke-9 dari 42 program studi SI yang ada di IPB, yang paling dipilih oleh calon mahasiswa IPB. Diakuinya hal ini tidak terlepas dari apa yang sebelumnya telah dirintis oleh MB-IPB. Di mana, ketika orang menyebut bidang pendidikan manajemen dan bisnis dengan kekuatan bidang pertanian, kelautan, dan biosainstropika, orang tahu di MB IPB lah tempatnya.

Terlebih MB IPB telah terbukti kualitas dan akreditasinya. Di antaranya meraih peringkat pertama Webometrics diantara negara negara CIVETS (Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey, dan Afrika Selatan). kedua di ASEAN, keenam di Asia, dan ke-50 di dunia (2013).

MB IPB juga mengembangkan jaringan kerja sama dual degree dengan University of Adelaide Australia, Maastricht School of management Belanda, Copenhagen Business School Denmark, dan University of Queensland Australia. Untuk MB, di awal akreditasi, selalu mendapatkan akreditasi A. Ditargetkan untuk program SI pun akan mendapatkan akreditasi yang sama pada tiga tahun ke depan.

Arief memaparkan, betapa jumlah mahasiswanya selalu meningkat, sampai sampai pihaknya terpaksa membatasi jumlahnya karena pertimbangan rasio dosen dan fasilitas.

”Jumlah mahasiswa kami selalu meningkat, dan saat ini dalam posisi stabil tinggi. Sehingga kami batasi dengan pertimbangan rasio dosen dan fasilitas. Program S2 dan S3 SB-IPB selalu mendapatkan akreditasi A pada setiap awal akreditasi. Demikian juga dalam proses akreditasi S1 nanti. Target perolehannya adalah A dalam tiga tahun ke depan. Ke depannya kami ingin SB IPB menjadi yang terdepan di Indonesia dan ASEAN,” katanya.

Untuk meningkatkan kualitas, SB IPB secara berkelanjutan melakukan perbaikan dengan mengacu pada tracer study dan lokakarya pengembangan kurikulum yang melibatkan seluruh stakeholder (mahasiswa, alumni, dan perusahaan yang mengirimkan beasiswa, maupun yang memperkerjakan alumni perusahaan nasional maupun multinasional. Serta lembaga yang terlibat secara dalam regulasi di sektor foods dan agribusiness. Selain terus meningkatkan mutu, menawarkan kurikulum unik, SB IPB juga menawarkan harga yang terjangkau.

Terhitung sejak dibuka pada 2006, Total SB-IPB telah melepas 3361 lulusan. Dengan 124 alumni program Doktor dan 3.237 alumni Magister Managemen sejak 1992. Alumni yang telah diluluskan memiliki latar belakang yang beragam mulai eksekutif perusahaan, pegawai pemerintah pusat dan daerah, politisi, NGO, serta para pelaku usaha. (nun)

Sumber: http://www.suarakarya.id/2015/12/28/prodi-ke-9-paling-dipilih-mahasiswa-ipb.html

– See more at: http://www.mb.ipb.ac.id/news/view/id/3a75410bfcc407a8c14dd0570405d9ec/judul/sb-ipb-prodi-ke-9-paling-dipilih-mahasiswa-ipb.html

SB IPB Tawarkan Program Multistrata

Direktur Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) Dr Ir Arief Daryanto MEc memaparkan, SB-IPB berawal dari Program Magister Manajemen Agribisnis (MMA-IPB) yang didirikan pada tanggal 25 September 1991. Program yang ditawarkan pada saat itu hanya Program Magister (S2) dalam Manajemen Agribisnis Dalam pengembangannya, sejak 9 April 2005 MMA-IPB berubah sebutan dan status menjadi Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis.

Dengan status tersebut, selain menawarkan program Magister, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB juga menawarkan program Doktor.

Pada tahun 2015, Program MB-IPB dielevasi menjadi Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB ) dengan tujuan untuk melengkapi portofolio MB-IPB menjadi full pledge business school yang menawarkan program multistrata (S1, S2 dan S3) dalam bidang manajemen dan bisnis.

Program S1 Bisnis dirancang untuk merespons tuntutan bangsa dan pasar akan wirausaha yang mampu mengelola secara profesional dan berkelanjutan kekayaan sektor pertanian, kelautan dan bio-sains tropika yang dimiliki oleh Indonesia. Adapun bidang konsentrasi yang ditawarkan adalah wirausaha dan konsultan bisnis.

Adapun untuk program magister, SB IPB memiliki program Magister Manajemen Bisnis, Magister Manajemen Syariah, dan juga Magister Management, Port Shiping, and Logistic Management.

Program Magister Manajemen Bisnis merupakan program yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi, bersikap etis dan berjiwa wirausaha dalam mencapai kinerja bisnis yang excellence. Program ini memiliki 7 pendalaman ilmu termasuk ilmu manajemen teknologi dan inovasi agribisnis.

Adapun Program Magister Manajemen Syariah bertujuan mengembangkan keahlian bisnis bagi lulusannya untuk menjadi pengambil keputusan (decision makers) yang etis dan berjiwa wirausaha dalam menangani persoalan bisnis syariah di antaranya di bidang perbankan, asuransi, reksadana, pegadaian dan bisnis riil. Adapun pendalamannya meliputi Perbankan dan Keuangan Syariah, Asuransi Syariah, dan Manajemen ZISWAF.

Sementara Program Magister Manajemen Port, Shipping and Logistics Management dirancang untuk mempersiapkan calon eksekutif pengelola/operator/badan usaha pelabuhan/pelayaran, pejabat publik otoritas pelabuhan/ unit penyelenggara pelabuhan, pemda/instansi terkait, perusahaan logistik dan usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan yang memiliki wawasan nasional dan internasional dengan keahlian Port, Shipping and Logistics Management.

Adapun jenjang tertinggi yang ditawarkan SB IPB adalah Program Doktor Manajemen Bisnis, yang merupakan program yang berplatform akademik di mana mahasiswa akan dibekali keahlian teoritikal dan metodologikal untuk melaksanakan penelitian-penelitian tingkat lanjut dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kasus bisnis yang dinamis di era persaingan global. Konsentrasi yang ditawarkan adalah manajemen strategi agribisnis, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, serta manajemen keuangan dan investasi.

SB IPB memiliki jaringan kerja sama bisnis yang sangat luas dengan baik nasional maupun internasional. Antara lain memiliki program Dual-degree dengan University of Adelaide, Australia (dalam bidang GlobalFood Policy) University of Applied Science Bremen, Jerman (dalam bidang Port, Shipping and Logistic Management.

Maastricht School of Management, Belanda (dalam bidang Sustainable Business Development). Copenhagen Business School, Denmark (dalam bidang Blue MBA), University of Queensland, Australia, Ministry Of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) – Japan.Higher Education and Leadership Management (HELM), ACIAR Australia, USAID, Ohio State University, Indiana Univesity dan University of Illinois Urbana Champaign.

Lulus dari kampus ini, bagi yang tidak memulai wirausaha, tak perlu khawatir dengan ketatnya persaingan mencari lapangan pekerjaan. Pasalnya SB IPB telah bekerja sama terkait alumni recruitment. Antara lain dengan PT Bank Negara Indonesia, PT Danone Indonesia (Danone Aqua, Danone Biscuits, dan Danone Diary), PT Cenralpertiwi Bahari (Charoen Pokphand Group) Sara Lee, PT Makarizo Indonesia, Astra Credit Companies (ACC), ARRBEY Indonesia PT Tempo Scan Pacific, Tbk (Tempo Group) , PT Anugerah Argon Medica, PT Capricorn MARS Indotama, PT Cheil Jedang Superfeed, Group Kencana (Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit), dan PT Columbindo Pratama. (nun)

Sumber: http://www.suarakarya.id/2015/12/28/b-ipb-tawarkan-program-multistrata.html

– See more at: http://www.mb.ipb.ac.id/news/view/id/f883f2f0c2ddbef1b2ffe9732d6ccf42/judul/sb-ipb-tawarkan-program-multistrata.html

Sekolah Bisnis-IPB: Lahirkan Entrepreneur Handal Sektor Agribisnis

Permintaan komoditas pertanian yang terus meningkat, namun di sisi lain lahan pertanian kian sempit, membuat tuntutan untuk melakukan penguatan produktifitas menjadi sebuah keharusan.  Pertanian bukan hanya terkait farm (ladang pertanian) , tetapi juga menyangkut rantai nilai (value chain) yang panjang dalam pengelolaannya, hingga sampai ke meja konsumen. Dalam rantai itulah adanya bisnis from farm to table. Ini berimbas pada luasnya segmen pasar agribisnis. Mulai dari pedagang, perusahaan makanan, retailers, hingga end user yaitu konsumen.

Kenyataan luasnya pasar agribisnis inilah yang membuat Institut Pertanian Bogor (IPB) mendirikan Sekolah Bisnis (SB) IPB, yang juga mulai menerima mahasiswa dari jenjang strata 1. Bukan hanya jenjang magister dan doktor seperti saat SB IPB masih bernama MB (Manajemen dan Bisnis)-IPB. Direktur MB-IPB/SB-IPB Dr Arief Daryanto mengungkapkan, saat ini pasar telah semakin berkembang sehingga ilmu bisnis tidak lagi cukup dipelajari dari jenjang S2. Mempelajari nya sejak dini, selepas SMA kini sudah menjadi kebutuhan.

Selama ini, masyarakat mengartikan bisnis pertanian secara sempit sehingga promosi tentang ruang lingkup bisnis pertanian sangat diperlukan. ”Mulai dari input companies yang menghasilkan, benih, pupuk, bahan makanan. Lalu petani (farmer), pedagang (trader), perusahaan pengolah makanan (food companies), retail (supermarket, hypermarket, bakery, dairy), hingga sampai ke konsumen baik di perkotaan maupun perdesaan. Itu value chain bisnis pertanian,” katanya.  Dipaparkan Arief, saat ini di masyarakat ada pergeseran permintaan produk pertanian dari karbohidrat ke protein, baik itu protein hewani maupun nabati. Peningkatan daya beli masyarakat yang berbasis protein hewani dan nabati ini, sudah pasti dibarengi dengan tuntutan penguatan produktifitas dan lahan. Jika tidak Indonesia bisa jadi net importir.

”Permintaan komoditas pertanian akan semakin meningkat. F bukan lagi hanya food, tetapi masih ada yang lain, misalnya feed (pakan), fuel (bahan bakar), fun (agrowisata), farmasi (obat-obatan), fertilizer (pupuk),” kata Arief. Arief mencontohkan, banyak masyarakat tak tahu kelapa sawit bukan hanya menghasilkan minyak untuk kebutuhan pangan sehari hari. Sawit bisa menjadi energi (fuel), dan bahan berbagai produk kebutuhan manusia lainnya. Demikian halnya dengan ayam potong, yang sebelum menjadi ayam konsumsi juga membutuhkan pakan (feed). Di dalam pakan ada kebutuhan jagung yang sangat besar. Lagi-lagi semuanya menyangkut produk pertanian.

Dia berharap wirausahawan lulusan IPB dapat berperan besar dalam industri agribisnis ini. Lulusan SB IPB dapat terserap selain menjadi wirausahawan dan juga bekerja dalam rantai bisnis pertanian itu Terlebih pada hakekatnya program ini dirancang untuk merespons tuntutan bangsa dan pasar agar lahir para wirausahawan muda yang handal, yang mampu mengelola kekayaan sektor pertanian, kelautan dan bio-sains tropika yang dimiliki oleh Indonesia secara profesional dan berkelanjutan.  ”Kita harus bisa bersaing di pasar Asean, untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian di setiap rantainya. Janganlah melulu berfikir tentang impor, karena kenyataannya kita saat ini adalah eksportir. Ini harus kita manfaatkan, kita harus punya posisi tawar kuat di pasar,” katanya. Dia memberi contoh untuk kelapa sawit dan coklat, Indonesia adalah eksportir terbesar dunia. Namun, kenyataannya, negara tujuan eksporlah yang menikmati nilai tambahnya.  ”Kita ekspor coklat, mereka negara importir yang olah, coklatnya malah kembali ke kita dengan harga yang tinggi,” katanya. Demikian halnya dengan karet, yang nota bene saat ini Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Melihat kenyataan inilah SB-IPB dibentuk.  ”Itulah mengapa tagline kita creating new entrepreneur and ventures. Kita hasilkan sarjana yang bisa meningkatkan nilai tambah pertanian di setiap rantainya,” katanya. Terlebih, negara kita masih minim pengusaha. Padahal negara maju memiliki pengusaha minimal 2 persen dari penduduknya. Saat ini Indonesia masih jauh di bawah itu. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN pun Indonesia masih jauh tertinggal soal banyaknya pengusaha.

Mengapa entrepreneur di bidang pertanian, karena pertanian memiliki peran strategis dalam pencapaian produk domestik bruto (PDB) RI. ”Masyarakat harus tahu bahwa pertanian bukan hanya menyangkut sektor hulu tetapi juga sektor hilir. Melihat pada rantai nilai (value chainnya), tentu sektor ini signifikan menyerap lapangan kerja dan menambah devisa,” katanya. (nun)

Sumber: http://www.suarakarya.id/2015/12/28/lahirkan-entrepreneur-handal-sektor-agribisnis.html

– See more at: http://www.mb.ipb.ac.id/news/view/id/424ffde074177caba059efa82e3622e9/judul/sekolah-bisnis-ipb-lahirkan-entrepreneur-handal-sektor-agribisnis.html